11

29 3 0
                                    





Nanti malam rencananya gue mau ngebut Bab 5 yang berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka, sama bener-benerin lagi yang salah di bab awalan. Kalau lusa gue bisa bimbingan lagi dan langsung di acc, maka karya tulis punya gue selesai hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan. Padahal waktu yang diberikan adalah 6 bulan, sampai semester pertama ini berakhir.

Waw gila gak tuh. Memecahkan rekor dunia tingkat sekolah.

Bocah yang lain masih pada stuck di Bab 2 karena kesulitan cari buku referensi. Renjun si juara kelas saja masih berkutat dengan Metodologi Penelitian di Bab 3, songong sih dia pakainya metode kualitatif. Kebanyakan dari mereka terkendala di guru pembimbing yang pelit acc, terutama yang kebagian sama Bu Seulgi yang perfeksionis, pusing dah tuh gak kelar-kelar si Haechan sama Chenle disuruh revisi mulu.

Paling enak ya Pak Kun dan Pak Yuta, udah gampang ditemui, murah acc, kadang kalau lagi baik bakal bantu di editin sama beliau karya tulisnya. Makannya Jaemin sama Jeno udah mau kelar bab 2 nya padahal mereka ngerjainnya sembarangan.

Gue sih dapet sama Pak Taeyong, beliau itu gampang-gampang susah. Tapi menurut gue gampang sih, asal selama bimbingan kita aktif menjelaskan juga apa yang kita tuangkan dalam karya tulis itu, udah pasti di acc. Gue cuma pernah revisi satu kali di bab 2 karena buku referensinya kurang satu, selebihnya acc terus dong.

Fix sih kayaknya gue akan mengikuti jejak Kak Namjoon membuka jasa pembuatan karya tulis. Ntar soal biaya gue konsultasikan sama Koeun dulu deh enaknya pasang tarif berapa per Bab, terus kalau judulnya agak susah bakal kena biaya tambahan atau enggak, ya gitu lah masih banyak lagi yang perlu dibahas.

'Sandal siapa nih?' batin gue melihat sepasang sandal kulit berwarna cokelat di teras rumah. Nampaknya bukan sandal dari salah satu mamas Kosan Ganteng. Tamu dari mana ya?

Seperti kebiasaan pulang setiap harinya, gue menenteng masuk sepatu dan kaus kaki melewati ruang tamu. Tapi ternyata ada seseorang yang keberadaannya tidak gue sangka.

"BAPAK KOK DISINI?"

Teriakan gue membuat Pak Doyoung yang sedang membongkar alat elektronik itu kaget, obeng yang dipegangnya sampai terlempar. Mama yang tadi di dalam langsung menuju ke ruang tamu.

"Pulang-pulang bikin ribut, bukannya disapa dulu gurunya."

"Bapak ngapain disini?" tanya gue galak, tanpa menjawab sindiran Mama. Gue menatap penuh selidik ke Pak Doyoung yang hanya mengenakan kaos putih yang ditekuk lengannya dan celana hitam olahraga.

"Benerin rice cooker Mama. Kalau enggak besok pagi kamu nggak makan nasi." jelas Mama.

"Emangnya bisa?"

Karena Mas Ten, Mas Hendery, dan Mas Yangyang bisa memperbaiki alat rumah tangga lain, kecuali rice cooker. Mas Hendery pernah mencobanya tapi hasilnya malah jadi tambah rusak dan tidak bisa dipakai lagi.

"Bisa," jawab Pak Doyoung percaya diri. "Saya pernah benerin rice cooker di rumah kok,"

Hmmm, lihat aja ntar.

"Sana kamu masuk, ganti baju dulu," suruh Mama. Lalu Mama dan Pak Doyoung itu ngobrol-ngobrol di ruang tamu.

Yang paling menyebalkan dari kedatangan tamu di rumah adalah gue harus pakai baju yang sopan. Padahal biasanya sepulang sekolah, setelah melepas seragam gue akan singletan saja sampai waktunya mandi sore. Tapi karena ada tamu terutama dia adalah guru gue, jadi gue terpaksa pakai kaus kebesaran dan celana training panjang untuk keluar dari kamar.

"Mama udah masakin kesukaan kamu," ujar Mama saat gue sampai di dapur. Gue membuka penutup wajan dan menemukan ayam goreng tepung saus asam manis disana, menggoda sekali. Tapi gue belum terlalu lapar, jadi gue hanya mengambil air putih dingin dan mencomot toples kerupuk udang di meja makan.

KELAS SEBELAS +Doyoung LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang