13

26 2 0
                                    







Gue sudah selesai mengikat tinggi rambut dan menyemprotkan sedikit parfum ke seragam olahraga berwarna merah khas sekolah kami. Semoga saja olahraga hari ini tidak membuat rambut gue lepek karena gue baru keramas tadi pagi.

"Tungguin dong, Na." seru Koeun mengejar gue yang pura-pura tidak mendengarnya.

"Lo masih ngambek?"

"Na, maapin,"

Kali ini Koeun bergelayut manja di lengan gue, lalu menunjukkan wajah yang diimut-imutkan. Sial, gue hampir tersenyum.

"Ogah ah, marah gue sama lo." gue melepaskan pegangan tangannya, berjalan lebih cepat sebelum benar-benar tersenyum.

"Abisnya gue gemes banget kalo lihat mukanya. Pen gue maki-maki gitu loh," ungkap Koeun.

"Tapi lo nggak mikirin perasaan gue juga goblok,"

"Namanya juga refleks." Koeun membela diri lagi. "Udah ah, masa kita ngambekan cuma gara-gara seonggok Jung Jaehyun?

Gadis itu kembali meraih tangan gue. "Maafin ya?"

Hmmm.

"Dimaafin. Tapi jangan gitu lagi dong, lo sama aja bikin gue semakin susah move on tauk."

"Emang belum move on?"

"Nggak tau."

Kami baru teringat kalau pelajaran olahraga bersama Pak Johnny bukanlah waktu yang tepat untuk bersantai santai. Namun anehnya peluit tanda berkumpul belum di bunyikan, bahkan ketika kami semua sudah siap di lapangan.

Gue mengencangkan tali sepatu, sebagai persiapan kalau tiba-tiba guru olahraga itu datang dan langsung memerintahkan kami lari lapangan untuk pemanasan. Padahal lapangan sekolah kami bukan main luasnya, beliau hanya memberi waktu 3 menit untuk memutari nya dua kali. Gue dan Koeun pernah mencoba curang dengan memutari nya hanya sekali, tapi setelah ketahuan kami dihukum lagi dengan 5 kali putaran sampai mau mampus rasanya.

Walaupun sekejam itu, tidak ada yang berani membantah seorang Bapak Johnny.

"Tumben loh bapaknya telat masuk jam pelajaran." Renjun mengangkat pergelangan tangannya yang memakai jam. "Coba kalo kita yang telat, auto push up 25 kali."

"Gamau tau, nanti kalo bapaknya dateng kita suruh push up 25 kali juga biar adil." celetuk Koeun.

"Mark sana panggil Pak Johnny, daripada kelas kita yang dimarahi karena nggak nyariin gurunya." ujar Lami mewakili kami semua.

Belum sempat Mark melangkah, sosok Pak Johnny yang tinggi menjulang akhirnya datang juga. Namun kali ini tidak seperti biasanya, beliau tidak membawa peluit, stop watch, atau membawa buku nilai. Beliau juga tidak memberikan instruksi pemanasan apapun, malah menyuruh kami duduk melingkar di rumput taman.

"Selamat pagi anak-anak, sehat semua ya hari ini?" ucap Pak Johnny membuka pertemuan.

"SEHAT PAKKK," jawab kami serempak.

"Ya, jadi seperti yang sudah kita semua ketahui kalau hari ini adalah pertemuan terakhir saya sebagai guru olahraga di kelas ini. Karena mulai minggu depan saya sudah tidak lagi menjadi guru disini, melainkan pindah tugas ke SMP yang masih satu yayasan dengan SMA kita."

"Yahhhhh," seru bocah-bocah sok sedih. Padahal aslinya mah mereka girang banget satu guru killer bakal minggat dari sekolah ini.

"Jangan sedih ya anak-anakku. Bapak juga sebenarnya berat meninggalkan SMA ini, tempat bapak berkarya selama hampir 10 tahun lamanya. Tapi apa boleh buat, ketika kesempatan yang lebih baik datang kan kita tidak boleh menyia-nyiakannya. Betul?"

KELAS SEBELAS +Doyoung LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang