5

29 2 0
                                    




"Pada di kost semua kan?"

"Iya, Mas Yangyang udah balik dari kampung kok kemaren sore. Mas Ten sama Mas Hendery kayaknya juga masuk pagi."

"Ohhh," Mama memasukkan lebih banyak lagi sayur cap cay dan ayam goreng ke rantang.

Mama adalah ibu yang baik bukan cuma bagi gue, tapi juga bagi para mas mas yang tinggal di Kostan Ganteng. Kalau sedang memasak dalam jumlah besar pasti Mama akan menyisihkan bagian untuk diberikan ke mas mas di sana, dan gue yang bertugas mengantarkannya. Seringnya sih weekend seperti ini, karena para penghuni kost akan full team.

Katanya hidup mandiri sebagai anak kost tuh nggak gampang juga karena harus pintar-pintar mengatur pengeluaran, makannya Mama paling tidak ingin meringankan beban mereka dengan cara seperti ini. Apalagi mereka juga selalu siap sedia jika dibutuhkan bantuannya, contohnya untuk membetulkan pompa air atau kipas angin yang macet. Intinya pekerjaan yang Mama atau gue tidak bisa lakukan, mereka para pria tangguh akan dengan senang hati membantu.

"Udah nih?" gue bersiap menenteng rantang dan kerupuk di meja makan.

"Iya, nasinya suruh masak sendiri ya."

"Oke."

Gue berangkat, berjalan menuju Kostan Ganteng yang hanya berjarak 2 rumah saja dari seberang rumah gue. Kostan ini nggak mirip kostan, bentuknya seperti rumah biasa yang di dalamnya berisi 4 kamar untuk disewakan.

Pintu depan tidak terkunci, menandakan ada orang di dalam. Jadi gue langsung masuk saja tanpa ketok-ketok dahulu, toh sudah biasa.

"Annyeong," teriak gue seperti biasa sambil berjalan santai ke ruang tengah.

"Wihh sistur gua." sapa Mas Yangyang sok asik, baru saja keluar dari kamarnya.

Mas Hendery juga tiba-tiba keluar kamar karena mendengar suara gue. "Mama masak apa cantik?"

"Buka sendiri nih," gue menyodorkan rantang dan kerupuk, lalu beralih mencari remote untuk menyalakan TV.

"Masak nasi gak, bro?" seru Mas Yangyang ke arah kamar mandi. Dari suara gemercik air berisik dan kerannya yang hidup, gue bisa menebak kalau Mas Ten sedang mandi.

"Masak banyak," sahut Mas Ten dari dalam kamar mandi.

Oh yodah, soalnya gue mau ikut makan disini.

Dengan semangat Mas Hendery menuju dapur untuk mencabut rice cooker dan di bawa ke ruang tengah. Di belakangnya mas Yangyang mengikuti dengan membawa 4 piring, sendok, garpu, dan gelas. Gue sudah membuka rantang, bahkan kerupuknya sudah gue cemilin. Nggak sabar, kami bertiga mulai makan duluan.

"Mas, kamu kelamaan mandinya aku habisin semua loh ayamnya." ancam gue ke Mas Ten yang mandinya emang lama banget macam anak perawan. Pakai acara konser juga tuh pasti di dalam.

Setelah diancam begitu baru deh Mas Ten keluar dengan handuk yang hanya menutupi pinggangnya kebawah. Penghuni kost yang paling tua itu memang suka pamer badannya yang gue akui memang bagus sih, makannya dia sombong banget. Kadang aja dia suka workout di depan kostan cuma bertelanjang dada, apalagi kalau ada ibu-ibu di kampung yang memujinya, wah jadi semakin congkak dia.

Tapi gue mah biasa aja lihatnya. Dulu waktu awalan emang kaget, mana gue masih SMP pas itu. Kalo sekarang bosen malahan, efek terlalu sering disuguhi kali ya. Mas-mas di Kostan Ganteng ini juga nggak ada malu-malunya kok di depan gue, pakai boxer buluk, kaos tanpa lengan, atau bahkan nggak pakai kaos, sambil pamer bulu ketek. Namanya juga laki-laki, apalagi di kostan. Jadi gue pun kalau kesini ya seadanya cuma pakai kaos kedodoran, celana pendek, dan sandalan.

KELAS SEBELAS +Doyoung LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang