Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Bab 5

99K 10.4K 229
                                    

Bab 5

Tsamara merasa amat bersyukur karena hari-harinya menjalani pekerjaan begitu aman dan damai. Tidak ada pertemuan dengan Ghaly Badrayudha, sedetik pun. Kali ini ia amat sependapat dengan Leo yang mengatakan Ghaly tidak akan menyambangi kantornya. Buktinya setelah bekerja hampir tiga minggu, dia tidak pernah lagi mendapat kabar tentang kehadiran Ghaly di kantor.

Apalah perusahaan asuransi yang amat kecil ini, tidak lebih penting dari pada perusahaan properti yang sedang membangun kota baru yang modern.

Takdir nampaknya berpihak kepadanya karena begitu gigih berdo'a.

Dan untuk sore di hari pertama bekerja saat tak sengaja satu lift dengan Ghaly dan bahkan ditegur lelaki itu, Tsamara memainkan perannya dengan apik. Mengatakan jika ia sedang flu, basa-basi menyapa dan segera melenggang pergi dengan langkah seribu.

"Tsa, mau pesan ayam geprek enggak, buat makan malam?"

Tawaran Nisa dari sebelah kubikelnya membuat Tsamara mendongak dari fokusnya menatap layar monitor. "Boleh, aku pesan satu, ya."

"Minumnya?" Nisa kembali bertanya sembari sibuk menatap layar ponsel.

"Es jeruk, aja, Nis. Thanks, ya." Senyum Tsamara melebar. Hari ini dia ada lembur sampai jam 9. Dia tidak menolak, tentu saja. Uang lemburnya bisa dipakai untuk beli susu Alta. Dan selagi ada Fanny yang belum mendapat pekerjaan, bisa menjaga Alta 24 jam.

Setelah memberi uang pembayaran ayam geprek pada Nisa, Tsamara kembali berkutat dengan pekerjaan. Begitu bersemangat untuk menyelesaikannya.

Untuk beberapa saat terlewat, dia bertahan membungkam bibirnya begitu rapat, dengan jemari yang sibuk menari di atas keyboard. Hingga dering ponsel yang ia simpan di dalam laci mengalihkan perhatiannya. Saat ia mengambil ponselnya, nama Fanny tertera di layar yang menyala. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengangkat panggilan sang adik.

"Kenapa, Fan?" Tanya Tsamara setelah menjawab salam dari Fanny. Sebelumnya ia sudah mengabari pada gadis itu bahwa akan lembur dan pulang sedikit malam.

"Aku sama Alta nyari makan ke bawah, ya, Mbak. Alta juga merengek minta es krim. Mana tanya-tanya terus kapan Mbak pulang."

Tsamara melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Memang jam-jam segini ia sudah sampai rumah biasanya, karena jarak kantor dan apartemen tidak terlalu jauh. Naik ojek online akan cepat sampai karena bisa sedikit nyelip-nyelip di kemacetan.

"Ya udah, boleh. Tapi, jangan keluar terlalu malam dan jangan main ke mana-mana. Cukup di sekitar apartemen."

Jakarta masih jadi kota yang baru untuk Fanny, Tsamara tidak akan pernah tenang melepas Fanny dan Alta sendirian tanpa ia dampingi untuk berjalan-jalan di Jakarta, terlebih malam hari.

"Iya, Mbak. Aku enggak akan jauh."

"Mbak lebih suka kamu pesan makan online, Fan."

"Nanti aku ajak Mas Leo buat temenin kalau udah pulang."

Tsamara mendesah pelan. "Hati-hati, Mbak pulang jam 9."

Setelah menyelesaikan obrolan singkatnya dengan Fanny, dan juga Alta yang mengatakan ingin berbicara dengannya sekadar merengek minta es krim cokelat, Tsamara menutup panggilan. Seharian tidak bertemu Alta dia sudah begitu rindu dengan celoteh sang putra.

***

Fanny menuntun Alta keluar lobi apartemen, dia mengayun langkah mantapnya ke arah mini market di ujung blok.

"Alta mau tiga es krim, Tante." Alta mengangkat jari-jari mungilnya ke udara sejumlah tiga.

"Banyak banget, mau dibagi buat Tante dan Mama, ya?"

Play DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang