Selamat membaca...
.
.
.
[Perpustakaan - JYP University]
DRRRTTTT DRRTTTTT DRRRTTT
Lagi, ponsel Yien bergetar. Meskipun begitu, tidak ada hasrat dari sang pemilik untuk meraih benda pintar itu dan membuka sebentar puluhan chat yang telah dikirimkan oleh Jinyoung kepadanya. Yah, semua pesan itu berasal dari Jinyoung. Terhitung sejak dua jam lalu, pemuda itu telah mengirimi Yien pesan. Akan tetapi, tidak sekalipun Yien membalasnya. Jangankan membalas, membuka dan membaca sebentar pesan itu saja ia enggan.
.
.
.
TAP TAP TAP
Suara langkah kaki yang terdengar begitu keras mendekat kearah Yien yang masih saja sibuk dengan laptop dan juga catatannya. Namun, pemuda itu tidak memalingkan wajahnya. Ia tahu benar siapa pemilik langkah itu.
"Yien—ah" mendengar suara ini, Yien tersenyum remeh. Siapa lagi pemiliknya, jika bukan Park Jinyoung. Yien tahu, cepat atau lambat Jinyoung pasti akan menyusulnya kemari.
"Sekarang sudah pukul 15.00 KST—Tidakkah kita seharusnya segera pulang?" suara Jinyoung kesal.
"Bukan kita—Tapi, kau—Hanya kau—" balas Yien dengan mata yang masih berfokus pada laptopnya.
Jinyoung berdecak pelan. "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?"
Jari jemarinya yang tadinya masih sibuk bergerilya pada keyboardnya pun mendadak berhenti. Kini, Yien sudah benar-benar menatap Jinyoung. "Pertemuan malam ini adalah milikmu—Pria asing itu ingin melamarmu, bukan aku—" ujar Yien setelahnya.
Jinyoung yang tidak habis pikir dengan jawaban menjengkelkan Yien pun sungguh dibuat naik darah karenanya. Ia mengenal pemuda itu, ia tahu jika Yien memanglah tidak menyukainya sedari awal mereka dipertemukan sebagai sebuah keluarga. Akan tetapi, ini sudah lebih dari sepuluh tahun. Tidakkah pemuda didepannya ini dapat bersikap lebih manusiawi pada dirinya?
"Baiklah—Terserah kau saja—" ucap Jinyoung sembari menahan rasa kesalnya.
Yien tidak membalas. Ia lebih memilih mengabaikan saudara tirinya itu.
"Aku pulang—" suara Jinyoung lagi. Pada akhirnya, memang Jinyounglah yang harus selalu bersabar menghadapi Yien. Ia sangat tahu, ia tidak akan pernah menang didalam perdebatan ini.
.
.
.
[Kediaman Keluarga Park]
Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, maka pria yang merupakan kolega dari Tn. Park pun tiba dikediaman mereka. Dengan ramah, Tn. Dan Ny. Park menyambut sang tamu. Sementara itu, Jinyoung yang masih harus mengatasi debaran tidak menentu pada dadanya memilih untuk berdiam dikamarnya.
Meski begitu, rasa penasarannya yang teramat besar pada akhirnya mendorong pemuda itu untuk mengintip sosok pria asing itu melalui jendela kamarnya yang menghadap langsung ke pintu utama kediaman mereka. Tidak sulit untuk menentukan yang manakah sosok pria yang ingin melamarnya itu dikarenakan pria itu datang seorang diri.
DEG
Satu hal yang terlintas dibenaknya ketika netranya menangkap sosok asing itu—tampan. Pria asing itu terlihat begitu tampan. Selain itu, pria yang entah siapalah namanya itu sungguh memiliki senyuman terindah yang pernah Jinyoung lihat. Pria itu terlihat seperti malaikat. Oh astaga, barang sepersekian detik saja pria itu sudah menjungkirbalikan dunianya. Rasa khawatir dan gelisahnya akan percintaan sesame jenis yang semalaman menghantui dirinya sirna entah kemana. Tiba-tiba saja, ia merasa siap dan yakin akan masa depannya bersama pria asing itu.