VII

87 25 15
                                    

Hi readers, 

Sudah lama sekali ya cerita ini tidak up, hehe... Bagi yang menantikan kelanjutannya Minchan mohon maaf ya...

.

.

.

Selamat membaca ...

.

.

.

[JYP University]

Tidak lama setelah Mrs. Hwang keluar dari kelas mereka, Yien pun bergegas mengemasi semua barang-barangnya yang ada diatas meja.

"Apakah kita masih ada kelas yang harus dihadiri?" tanya pemuda itu pada sahabatnya, Bambam, sembari memasukkan laptopnya kedalam ranselnya.

"Tidak—" balas pemuda bertubuh ramping itu seadanya.

Yien mengulas senyumnya. Si pemuda Park itu menyandang ranselnya, "Baiklah—".

Mendapati Yien yang sudah bersiap, Bambam yang sedaritadi sibuk dengan ponselnya langsung bersuara heran. "Kau mau kemana?" tanya pemuda itu.

SRET

Yien menyibakkan rambutnya kebelakang. Kemudian, pemuda itu meletakkan kembali ransel miliknya diatas meja.

"Aku akan pergi kerumah Jinyoung—" ungkap pemuda Park itu riang seraya mendudukan dirinya.

JInyoung?

Mendengar Yien menyeret nama saudara tirinya itu, agaknya membuat Bambam dan pikirannya semakin runyam. Jinyoung?

"Kerumah Jinyoung?" ulang Bambam, memastikan. Kerutan-kerutan dalam pada dahinya terlihat begitu jelas.

Yien mengangguk cepat.

Bambam mengernyit. "Untuk apa?" tanya pemuda Thailand itu penasaran.

PLAK

Tiba-tiba saja, Yien memukul lengan kurus Bambam. Tidak sakit memang, namun cukup untuk membuat Bambam terpekik.

Saudara tiri Jinyoung itu terlihat kesal. "Yaa—Kau lupa dengan rencanaku?" suaranya dengan nada yang sedikit ditinggikan.

Rencana? Ya tuhan, apa lagi ini.

Bambam mau tidak mau berpikir keras untuk memanggil kembali potongan-potongan memorinya demi menemukan sesuatu yang disebut 'rencana' oleh Yien, sahabatnya itu.

Sayangnya, hasiknya nihil. Pemuda itu tidak dapat menemukannya. Oh ayolah, ada begitu banyak rencana ataupun pemikiran jahat yang telah mereka diskusikan selama ini. Bambam tidak tahu yang mana yang dimaksud oleh sahabatnya itu sekarang.

"Rencana yang mana?" pasrah pemuda bertubuh ramping itu pada akhirnya.

Yien berdecak keras.

"Rencanaku untuk merebut suami Jinyoung—" jawab pemuda itu dengan mata yang melotot tajam kearah Bambam.

CTTTRRRR

Kedua netra Bambam membola seketika. Ah, ia ingat sekarang. Rencana keji yang amat luar biasa ini.

"Kau gila? Kau sungguh akan melakukannya?" ucapnya tidak percaya.

"Aku tidak gila—" tukas Yien. "Aku hanya ingin membuat hidup mereka berantakan—" sambung pemuda itu dengan wajah datarnya.

Bambam menjatuhkan tubuhnya pada sandaran kursi miliknya. Pemuda itu tampak shocked. "Kau gila—" komentar sahabatnya Yien itu lagi. Bambam kehilangan kata-katanya. Ah, nampaknya kata 'gila' memanglah cocok disandingkan dengan sahabatnya ini, Park Yien.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang