VIII

78 19 8
                                    

Selamat membaca ...

.

.

.

[Kediaman Keluarga Im]

Mendapati senyum manis yang terpatri indah pada wajah kekasih hatinya, Jaebum yang baru saja pulang itupun tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya.

"Apakah aku melewatkan hal baik hari ini?"

Jinyoung menoleh kearah Jaebum. Pemuda itu mengangguk cepat. "Hari ini Yien berkunjung—" balas pemuda itu dengan nada riangnya.

Berbanding terbalik dengan Jinyoung, Jaebum justru terkejut mendengarnya. Yien? Pria Im itu mengangkat satu alisnya tinggi. "Saudaramu?"

Dengan polos, Jinyoung kembali mengangguk. "Kami saling bertukar cerita—walau sedikit—" jelasnya seraya melangkah kearah Jaebum.

SRET

Isterinya Jaebum itu membantu sang suami untuk melepas dasinya.

GREP

Jaebum melingkarkan kedua lengannya pada leher Jinyoung. "Itu sungguh tidak seperti saudaramu—Bukankah kalian tidak dekat?" ujar pria itu hati-hati.

JInyoung mendongak.

"Yaa—Kuakui kami memang tidak dekat—" Pemuda Park itu meghembuskan nafasnya ketika harus mengakui fakta akan hubungan dirinya dengan saudaranya itu. "Tapi, tidakkah ada kesempatan bagi kami untuk berbaikan? Maksudku menjadi lebih dekat?" sambungnya. Kini Jinyoung memberikan tatapan intensnya pada sang suami, meminta jawaban.

CHUP

Sebuah kecupan singkat mendarat di dahi Jinyoung.

"Baiklah—Semua orang yang bermusuhan selalu memiliki kesempatan untuk berbaikan, termasuk dirimu dan juga Yien—Pertengkaran selalu bisa didamaikan—" ucap pria Im itu pada isterinya.

JInyoung mengulas senyumnya.

Disisi lain, Jaebum sendiri dapat merasakan gemuruh aneh pada dadanya seolah apa yang disebut berbaikan bagi Jinyoung adalah semu. Walau begitu, Jaebum tidak ingin berdebat dan membuat isterinya khawatir. Oleh karenanya, kalimat bijak nan menenangkan hati barusanlah yang keluar dari mulutnya.

Mudah dan lancar untuk diucapkan, tapi nyatanya Jaebum sendiri masih merasa sulit untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh isterinya itu. Yien, pemuda itu tidak seperti Jinyoung. Pemuda itu tidak dapat dibaca. Ia sungguh misterius. Begitulah pendapatnya usai bertemu dengan pemuda itu beberapa kali..

.

.

.

[Disuatu tempat—]

Dengan wajah bosannya, si cantik menatap layar computer didepannya sembari menghentak-hentakkan jemarinya pada keyboard dengan keras. Sesekali ia melirik kekasihnya yang tengah sibuk berdiskusi dengan seorang pemuda blonde menyebalkan yang sedaritadi sibuk menanyakan hal-hal yang tidak perlu pada pujaan hatinya.

Pria cantik itu mendesis.

"YAA—Berhentilah menyusahkan kekasihku! Tidakkah semua yang dijelaskan olehnya mudah untuk dicerna?" erangnya kesal.

Kedua pria yang duduk tidak jauh dari si pria cantik itu tampak kaget.

Pria yang mengenakan tank top hitam, kekasih si pria cantik, hanya memberikan senyumannya pada sang kekasih. Sedangkan si blonde terlihat memutar bola matanya. "Apa salahnya bertanya—" gumamnya kesal.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang