Selamat membaca...
.
.
.
[1 bulan kemudian]
[JYP University]
Beriringan dengan derap langkah cepatnya, mulut Yien juga tidak kalah cepatnya memuntahkan kekesalannya pada sahabatnya, Bambam. Gerutuannya sudah seperti alunan musik pengiring suatu pertunjukkan. Tidak akan berhenti sebelum langkahnya berhenti juga.
"Huh-Ini sudah satu bulan-Tapi-Aku sama sekali belum melihat hasil pekerjaan orang itu-" suara pemuda Park itu jengkel.
"Bukankah kau pernah mengatakan jika dia adalah seorang yang handal?" lanjutnya lagi. Kali ini, Yien membalik tubuhnya cepat, menatap Bambam tajam.
Yang ditatap balas menatap sinis kearah Yien. Pemuda itu tampak mengernyitkan keningnya. Ia kesal sekarang. "Yaa-Yien-ah-" ini suara Bambam yang hendak memberikan balasan. Sayangnya, mulut Yien beserta kalimat protesnya jauh lebih cepat ketimbang Bambam dan pikiranya.
"Aku akan mencari orang itu dan menuntutnya-" sela Yien. Pemuda itu sepertinya tidak begitu peduli akan pembelaan yang hendak dikatakan oleh sahabatnya itu.
Hal ini jelas membuat Bambam sangat kesal. "Yaa-"
DRRRTTTT DRRRTTTT
Nampaknya Bambam memang tidaklah beruntung. Pemuda itu tidak kunjung mendapatkan kesempatan untuk bicara. Yah, kali ini bukan Yien, tapi ponsel pemuda itu.
Suara dering dan juga getarannya sontak membuat kedua orang ini diam sejenak.
Yien, si pemilik ponsel, langsung saja merogoh benda pintar yang ada di kantongnya itu untuk melihat siapa yang menghubungi dirinya. Dan saat ia melihat ID Caller yang tertera pada layar ponselnya, seketika kening pemuda itu mengernyit dalam.
"Ayah-"
.
.
.
[Park Corporation]
Setelah dirinya menerima panggilan dari sang ayah, Yien pun segera menuju Park Corporation. Ia sama sekali tidak menolak permintaan sang ayah untuk bertemu dengannya walau sesungguhnya ia sendiri tidak ingin bertemu dengan pria itu.
.
Setibanya pemuda itu disana, ia langsung menuju ruangan sang ayah.
TAP TAP TAP
Tanpa mengetuk, Yien membuka pintu yang ada didepannya.
CEKLEK
Saat pintu dibuka, hembusan nafas kasar pun terdengar dengan jelas. Keberadaan sang ibu dan juga Jinyounglah penyebabnya. Keberadaan kedua orang itu rupanya memperkeruh suasana hati Yien.
Disisi lain, kedatangan Yien justru disambut hangat oleh ibu dan juga saudara tirinya itu. "Ah-Yien sudah tiba-" ini suara sang ibu dengan senyum sumringahnya. Ah, sungguh kontras sekali dengan sang anak.
"Yien-ah, masuk dan duduklah-" panggil sang ayah dengan nada yang kelewat ramah.
Mengabaikan sang ibu, Yien pun segera mendudukan dirinya.
"Ibu senang-Kau kemari-" suara Ny. Park lagi.
Yien tidak membalas.
"Hari ini, ayah mengajak kita makan malam diluar-Kita akan makan malam di restoran favoritemu-" Kali ini Jinyounglah yang bersuara. Saudara tiri Yien itu tampak bersemangat dengan apa yang ia katakan.
