Semua hal tentu masih dalam kendali, setelah insiden pengeroyokanku di ruang makan aku masih bisa menjalani kegiatanku seperti biasa. Tidak banyak yang bisa dilakukan di tempat ini, tentu ini bukan sebuah sekolah. Tempat ini adalah panti asuhan, tempat anak anak yang di buang, di telantarkan, tidak diinginkan dan bahkan tidak diakui oleh kedua orang tuanya, tentu diriku juga sama sejak bayi baru lahir aku sudah berada disini. 13 tahun lamanya, sungguh waktu yang lumayan singkat. Aku hanya berjalan mengelilingi lorong yang sudah kusam ini, berjalan pelan menuju kamarku yang letaknya di ujung lorong ini. Aku membuka pintu kayu tua dan masuk ke dalam ruangan, yah kamar tercintaku.
Tidak banyak barang yang bisa di lihat di dalamnya hanya ada 3 kasur kosong yang berdecit setiap seseorang menaikinya, 1 buah lemari berukuran sedang yang seharusnya menjadi lemari bersama dan 1 meja kecil di samping kasur paling ujung dekat jendela. Aku sendirian menempati ruangan ini, selain memang tidak ada yang ingin satu kamar denganku, kamar ini lebih pengap dan bau lembab tembok yang sudah tua lebih terasa. Aku berbaring di ranjang di samping jendela kecil setalah membuka jendelanya agar rasa pengab sedikit berkurang. Tanpa kusadari mataku sudah tertutup dan mimpi adalah hal yang tidak kusenangi.
Aku berada di sebuah bangunan megah dengan aksitektur yang mewah, bahkan dekorasinya kebanyakan berwarna emas dan terlihat seperti emas asli, temboknya berwarna putih bersih tanpa noda. Aku menolehkan kepala ke arah lain setelah mendengar suara dua orang yang saling berbincang, mereka berdua berjalan menembusku tentu ini mimpiku dan aku tidak mengerti kenapa mimpiku sering seperti ini. Aku mengikuti langkah kaki mereka dan berjalan pelan di belakangnya serta mencuri-curi dengar dari apa yang mereka bicarakan.
"Sudah hampir 14 tahun pangeran tidak kunjung di temukan"
"Apakah mungkin?"
"Tidak, sang Ratu pasti tau ketika anaknya sudah tidak bernyawa"
"Saya harap pangeran segera di temukan dengan begitu sang Ratu tidak perlu bersedih lagi"
"Ya, saya juga berharap seperti itu "
Obrolan kedua pria berpakaian nyentrik berwarna serba putih dengan bordiran emas itu membuatku mengerutkan keningku dan sedetik kemudian semuanya berganti.
Kali ini aku berada di sebuah tempat kumuh di gang kecil dengan terdapat orang orang berselimut kain lusuh di pinggirannya, mungkin ini yang disebut dengan para gelandangan. Mataku menyipit melihat salah satu anak yang berpenampilan lusuh dan rambut berantakan. Dia berdiri di depan sebuah pintu dan ketika aku mencoba melihatnya lebih dekat ekpresinya menatap pintu seolah menunggu sesuatu. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena sebagian wajahnya tetutup baret berwarna coklat.
Pintu itu terbuka di saat aku sibuk meneliti penampilan anak yang kuasumsikan seorang lelaki, dari pintu itu seorang wanita gemuk dengan tampang nya yang sama sekali tidak bersahabat keluar, dengan satu keranjang besar dia melemparkan isinya asal kepada anak itu. Anak lelaki itu hanya tersenyum sambil sedikit terhuyung kebelakang karna isi dari keranjang itu menabrak tubuhnya yang kurus , perlahan dia melangkah mundur dan menunduk memungut roti yang di lemparkan wanita tadi. Anak itu menyimpan beberapa potong roti di sakunya dan berjalan pelan ke arahku, anak itu tersenyum aku bisa melihat bibirnya terangkat ke arahku. Langkah kakinya semakin mendekat dan dia berhenti tepat satu langkah sebelum menabrakku. Dengan jarak sedekat ini aku tetap tidak bisa menebak bagaimana wajahnya, tapi terlihat dari sebagian wajahnya ia seperti seorang anak seumuranku, mungkin lebih muda dan dia terlihat lebih pendek dariku. Aku mengira dia hanya tak sengaja berhenti di tempat yang begitu dekat denganku tapi aku menyadarinya sebelum gambaran di hadapanku memudar, dia tersenyum ke arahku dan aku melihat bibirnya bergerak mengucapkan sebuah kata. Dia melihatku, diriku yang sedang bermimpi.
Aku terbangun dengan keadaan peluh menetes di dahiku dan juga punggungku basah oleh keringat. Kepalaku menoleh ke arah jendela di sampingku dan terlihat cahayanya mulai menghilang, mimpiku tadi terus berputar seperti sebuah film dalam kepalaku, senyuman anak itu terus membuatku bertanya-tanya. Selama ini tidak ada yang menyadari keberadaanku saat diriku berada di dalam mimpi. Kepalaku pening ketika terus memikirkan skenario yang sama sekali tidak masuk akal yang akhirnya kuputuskan untuk membersihkan diri sebelum keringat ini mengering dan membuat tubuhku lengket, sekalian mendinginkan kepalaku yang mulai memikirkan hal aneh[]

KAMU SEDANG MEMBACA
BEGIN ; The Lost Prince
FantastikMenceritakan kisah tentang seorang anak lelaki yang tumbuh dan besar di tempat dimana dirinya tau bahwa dia di buang. Satu langkah awal yang membuat ia mengetahui kejamnya dunia, terhisap dalam ketidak-normalan yang terus berdatangan. Membuat sebuah...