1

6.6K 300 23
                                    

Namaku Amakusa, aku adalah seorang pria pengangguran biasa. Hidup di apartemen murah. Kerja serabutan, dan tidak memiliki bakat sama sekali.

Sejak kecil aku sering dimanja oleh orangtuaku yang membuatku selalu bergantung pada orang lain. Setelah lulus sekolah SD, aku langsung menjadi anak yang pemalas dan bandel, namun orangtuaku tetap menyayangiku. Walaupun aku tahu mereka mendesah dalam hati mereka karena memiliki anak yang bandel.

Pada saat itulah, aku mulai mengenal komputer ketika aku meminta ayahku untuk membelikannya karena aku selalu bosan dirumah. Ayahku pun dengan bodoh menyetujui permintaanku, padahal dia sendiri menggertakkan giginya saat mengambil tabungannya sendiri untuk memenuhi permintaanku.

Akhirnya, aku kecanduan dengan internet dan menjadi NEET sejak SMP. Orangtuaku sangat sedih pada saat itu, dan Ayahku menyesal membelikanku komputer. Mereka sudah mencoba berbagai cara agar aku kembali bersekolah, tapi tetap saja tidak berhasil, karena aku selalu mengurung diri dikamar.

Dua tahun mengurung diri, orangtuaku akhirnya menyerah untuk menyuruhku pergi bersekolah dan dengan pasrah menerima kenyataan bahwa aku menjadi NEET sejak dini.

Saat itu aku senang sekali karena orangtuaku akhirnya tidak menyuruhku untuk tidak bersekolah lagi, namun, saat itu aku tidak tahu, kalau keputusan untuk tidak bersekolah pada saat itu adalah keputusan super bodoh.

Ketika umurku sudah 17 tahun, sebuah kejadian yang paling aku takuti terjadi. Yaitu, orangtuaku meninggal. Mereka meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat dalam perjalanan keluar kota untuk membelikanku kacamata.

Saat itu aku menangis keras hingga pingsan dikuburan orangtuaku. Untungnya ada tetangga yang membantuku untuk membawaku kembali kerumah.

Tabungan yang ditinggalkan orang tuaku cukup banyak, namun aku dengan cepat menghabiskannya selama 3 tahun karena aku tidak tahu cara menghemat. 50% uangku aku belanjakan untuk ratusan kardus mie instan, dan 50%-nya lagi, aku habiskan untuk game online.

Bodoh bukan?

Saat uangku habis, aku tidak tahu harus berbuat apa. Keseharianku hanya bermain game online dan membual di internet. Aku memiliki ide untuk menulis novel, namun aku dengan cepat menyerah karena aku tidak memiliki bakat untuk menulis sama sekali.

Kehidupan NEET-ku hanya bermain game dan media sosial, dan aku dulu tidak tertarik dengan yang namanya Anime dan hiburan seperti novel, manga, dll.

Setelah mencoba berbagai cara untuk menghasilkan uang di internet, aku hanya memiliki satu pikiran.

'Aku sama sekali tidak memiliki bakat untuk menghasilkan uang.'

Menggertakkan gigi, akhirnya aku memutuskan untuk menjual akun game online milikku dan uang itu hanya cukup untuk sementara waktu, ketika aku kehabisan uang lagi, aku tidak punya apa-apa lagi untuk dijual selain rumah yang ditinggalkan orangtuaku.

Karena itu, aku memutuskan untuk keluar rumah dan dengan putus asa mencari pekerjaan disekitar kota. Hasilnya? Tidak ada yang menerimaku. Hanya lulus sekolah SD, tidak memiliki bakat apapun, pemalas. Siapa yang mau menerima seorang sampah seperti itu?

Untungnya aku memiliki paras yang lumayan tampan, hingga aku bisa direkrut menjadi — Kasir Supermarket.

Walaupun penghasilannya pas-pasan, aku tidak mengeluh dan tetap bekerja untuk sesuap nasi. (Menyedihkan). Namun, keseharianku yang damai berakhir ketika preman membuat rusuh di toko.

Para preman mulai mengacak-acak toko ketika mereka tidak aku berikan uang perlindungan yang jelas-jelas omong kosong. Akhirnya, aku berusaha mati-matian untuk mengentikan mereka dengan berkelahi.

Seharusnya aku menerima pujian setelah mengusir preman itu, namun, dengan bodoh aku dipecat oleh bosku.

Alasannya?

Teman kerjaku iri denganku karena aku memiliki pekerjaan yang lebih baik darinya. Dia menuduhku tanpa alasan bahwa aku yang mengundang preman itu ke supermarket agar aku bisa mengusir mereka dengan heroik dan mendapatkan kesan baik bos.

Tentu saja, itu semua adalah omong kosong!

Saat aku menanyai bukti bahwa aku benar-benar melakukan itu, teman kerjaku yang iri itu mengeluarkan sebuah foto yang menunjukan diriku yang sedang membayar preman.

Meskipun foto itu menunjukkan bahwa itu jelas-jelas aku, tapi aku tahu bahwa yang di foto itu bukan aku, melainkan seseorang yang berpakaian seperti diriku. Foto itu juga tidak menunjukan wajahku, difoto dari belakang punggungku pula.

Aku tidak memiliki bukti yang kuat untuk membela diriku, dan akhirnya aku dipecat dengan tambahan biaya ganti rugi untuk barang yang dirusak.

Sialan! Darimana aku mendapat uang untuk ganti rugi!? Gajiku saja tidak cukup untuk menghidupi keseharianku. Aku hanya bisa menggertakkan gigiku dan menjual rumah serta semua aset milikku.

Uang yang kudapatkan dari menjual rumah sudah lebih dari cukup untuk membayar ganti rugi, dan sisa uangnya aku gunakan untuk menyewa apartemen sebelum aku mencari kerja lagi.

Namun, nasib buruk terus menimpa diriku. Aku sama sekali tidak mendapat kerja karena teman kerjaku dulu yang menuduh diriku itu menyebarkan fitnahnya tentang diriku yang membayar preman untuk mengobrak-abrik supermarket ke publik.

Pikiranku ingin meledak dan mencabik-cabik dia ketika aku menemukan fitnah itu. Awalnya aku ingin membalas dendam dia, namun, aku mengurungkan niatku karena aku tahu, bahwa dendam akan berakhir dengan buruk juga.

Setelah berbagai kejadian dalam hidupku, aku akhirnya menyerah untuk mencari kerja dan menggunakan semua uangku untuk bersantai sampai akhir hayat. Aku mabuk-mabukan, judi, dan berbagai perbuatan tidak berguna lainnya.

"Fuh.... Hidupku memang benar-benar menyedihkan..."

Aku menghembuskan asap rokok terakhir dan mematikannya. Aku merogoh sakuku dan membuka bungkus rokok, sayangnya, itu sudah kosong.

"Habis kah? Hah... Padahal aku ingin merokok lagi... Tidak ada pilihan lain... Mari kita beli saja..."

Aku membuang bungkus rokok itu dari jendela sebelum aku keluar dari rumah. Ketika aku keluar dari apartemenku, aku mendongak keatas dan melihat bulan yang entah kenapa lebih terang dari biasannya. Bintang-bintang menghiasi langit kosong yang membuatnya semakin indah.

Ketika aku melihat pemandangan ini, aku mendesah.

"Andai saja kehidupanku indah seperti langit malam ini..."

Aku sudah tiba didepan lampu lalu lintas. Ketika aku melihat lampu untuk pejalan kaki sudah berubah menjadi hijau, aku melangkahkan kakiku di zebra cross.

*TINNNNNNN!!!*

Apa itu!? Aku terkejut ketika mendengar suara klakson. Ketika aku menoleh kesamping, aku terlambat.

*BRAK!*

Truk yang kehilangan kendali mencium diriku hingga membuatku terpental beberapa meter.

Aku tidak tahu kenapa, kenangan dari seluruh hidupku berputar dalam kepalaku layaknya film. Dari aku anak-anak, masa sekolah, masa pemberontakan, dan berbagai kenangan baik maupun buruk berputar dalam ingatanku.

'Sial....'

Ketika aku mulai melihat diriku dulu yang tidak pernah mendengarkan orangtuaku dan selalu bandel, aku mulai meneteskan air mata. Andai saja aku tidak melawan orangtua, andai saja aku tidak malas, andai saja aku melanjutkan sekolah ... mungkin hidupku tidak akan berakhir dengan menyedihkan seperti ini.

Tubuhku mulai dingin, aku kehilangan banyak darah, ahhh... Kesadaranku mulai gelap ... Selamat tinggal... Dunia....

'Semoga saja, di kehidupanku selanjutnya, aku akan menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, pekerja keras, dan berpendidikan...'

Amakusa Story in DXDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang