Gadis biarawati itu melihat bahwa ada orang yang mengulurkan tangannya untuk menolongnya dan dia menerimanya tanpa ragu-ragu.
"Terimakasih sudah membantu."
"Jangan terlalu dipikirkan. Ini sudah tugasku untuk membantu orang yang butuh bantuan," jawab Amakusa.
Pada saat bersamaan, tiba-tiba ada hempasan angin yang membuat kerudung yang dipakai gadis itu terhempas dan mengungkapkan wajahnya yang cantik dengan rambut pirang panjang.
Meskipun wajahnya cantik, Amakusa hanya sedikit terpesona dan tidak memiliki pikiran apapun selain memuji kecantikannya. Dia kemudian langsung melompat dan mengambil kerudung yang hampir jatuh ke tanah sebelum mengembalikannya ke gadis itu.
"Ini kerudungmu. Ngomong-ngomong, apakah kamu turis dari luar negeri?" Amakusa bertanya seperti itu karena dia mendengar gadis ini berbicara dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang. Dia bisa berbicara Bahasa Inggris dengan lancar karena sudah menguasai itu dengan baik saat bersekolah.
"A - Ah, benar. Saya baru pindah ke Jepang dari luar negeri namun saya sekarang tersesat dan tidak bisa bertanya kepada siapapun disini karena tidak ada yang bisa mengerti perkataan saya..." kata gadis itu dengan wajah sedikit bermasalah.
Amakusa merasa sedikit kasihan dengan gadis ini dan memutuskan untuk membantunya, "Kalau begitu, apakah kau mau aku membimbingmu ketempat yang kau tuju?"
Gadis itu menjadi sedikit bahagia namun dia sedikit ragu-ragu dan bertanya lagi, "A - Apakah kamu yakin?"
"Iya."
Mendengar jawaban Amakusa, gadis itu menjadi benar-benar bahagia dan dia menunjukan senyum yang sangat tulus.
"Aku akan menerima tawaranmu dan terimakasih lagi atas bantuannya," dia mengatakan itu sambil menundukkan kepalanya. Setelah itu dia menatap Amakusa dan melanjutkan, "Ngomong-ngomong, namaku adalah Asia Argento. Kamu bisa memanggilku Asia. Kalau kamu?"
Melihat senyumnya itu, Amakusa mengakui bahwa Asia benar-benar polos dan baik hati hingga membuatnya merasa ingin melindunginya.
Amakusa tersenyum dan kemudian menjawab.
"Namaku Fuyu Amakusa."
***
"Aku benar-benar bersyukur bertemu dengan orang baik seperti kamu ketika aku baru saja pindah kesini, Amakusa," Asia berkata dengan penuh syukur dan dalam kata-katanya tidak ada maksud apapun selain memuji Amakusa dengan tulus.
Benar-benar Biarawati yang baik.
Dipuji oleh Asia, Amakusa tidak merasakan apapun. Dia tidak menganggap dirinya baik ataupun jahat. Dia juga tidak membenci orang jahat atau baik. Tidak ada yang namanya baik atau jahat di dunia ini. Semuanya tergantung kepada pandangan orang masing-masing.
"Yah. Aku juga senang membantu gadis cantik seperti kamu, Asia," kata Amakusa dan sedikit memujinya. Dia tidak mencoba untuk menggoda Asia atau apapun, dia sudah memiliki Rias.
Tidak mengharapkan pujian seperti ini, Asia memerah dan malu-malu ketika mendengar Amakusa memujinya.
"T - Tidak... Aku belum cukup cantik untuk dipuji oleh kamu Amakusa..."
'Ah. Semoga aku tidak mengibarkan Flag,' Amakusa berpikir diam-diam ketika melihat reaksi Asia yang seperti ini, namun dia tidak menyesal untuk memujinya karena dia merasa bahwa Asia itu benar-benar imut dan cantik.
Pada saat mereka melewati sebuah taman bermain, mereka tiba-tiba melihat anak kecil yang terjatuh ke tanah hingga membuat lututnya berdarah. Anak kecil itu tidak bisa menahan rasa sakit yang dialaminya dan menangis.
Amakusa awalnya ingin berjalan menuju anak itu untuk membantunya namun Asia sudah terlebih dulu berlari kearah anak itu dan mulai membelai kepalanya untuk menenangkan anak itu.
"Kamu kan anak laki-laki. Jadi jangan menangis, ini cuma goresan."
Setelah mengucapkan kata-kata menghibur untuk anak itu, Asia mulai mengulurkan kedua tangannya keatas lutut yang terluka itu dan dengan tiba-tiba sebuah cahaya hijau keluar, menyembuhkan luka anak itu secara perlahan.
'Penyembuhan? Apakah Asia ini adalah seorang pengguna Sacred Gear? Hm. Sepertinya kedatangan dia ke Jepang ini tidak sesederhana itu,' Amakusa berpikir diam-diam ketika melihat Asia sudah menyembuhkan luka itu sepenuhnya.
"Lihat! Lukamu sudah menghilang! Sudah tidak apa-apa sekarang," kata Asia sambil tersenyum lembut dan menepuk kepala anak itu dengan lagi.
Anak itu pertama berterimakasih kepada Asia sebelum dia kembali berlari menuju Ibunya.
Melambaikan tangannya ke anak itu, Asia kemudian berdiri dan kembali ke Amakusa sebelum berkata, "Maaf membuatmu menunggu, Amakusa. Kamu pasti terkejut 'kan ketika melihat itu."
"..... Tidak. Biasa saja sih," jawab Amakusa dengan polos. Dia kemudian menunjuk jalan dan berkata, "Ngomong-ngomong, Gereja yang ingin kau kunjungi sudah dekat. Ayo."
"Ah, iya!" Asia menganggukan kepalanya dengan linglung dan mengikuti Amakusa yang sudah berjalan duluan.
Berjalan beberapa menit, mereka kemudian sampai ditempat dimana mereka bisa melihat Gereja dari kejauhan.
"Itu Gerejanya," kata Amakusa sambil menunjuk sebuah Gereja kosong yang ada di atas gunung. Dia kemudian menoleh ke Asia dan berkata, "Apakah kau baik-baik saja, kesana? Disana kelihatannya kosong sih."
"Iya, saya tidak apa-apa. Disana sudah ada seseorang yang menungguku," kata Asia sambil tersenyum.
Meskipun merasa aneh, Amakusa tidak menanyakan apa-apa lagi. Dia kemudian melambaikan tangannya, "Karena kau sudah sampai tujuanmu, aku akan pergi dulu. Sampai jumpa."
Asia nampak murung ketika mendengarnya dan melambaikan tangannya sambil mencoba untuk tersenyum, "Iya, semoga kita bertemu lagi..."
Saat Amakusa ingin berbalik dan pergi, dia seperti mengingat sesuatu yang membuatnya berbalik ke Asia lagi sebelum mengeluarkan sebuah boneka naga berwarna hitam dari dalam tasnya. Dia menyerahkannya ke Asia.
Asia melihat boneka itu sangat cantik, walaupun warnanya berwarna hitam. Boneknya juga sangat lembut dan nyaman untuk dipeluk. Dia menerimanya dengan bingung dan menatap Amakusa, "Uh, ini?"
"Tanda pertemanan," kata Amakusa sambil menggaruk pipinya. Dia kemudian melanjutkan, "Setelah berbicara denganmu, aku merasa nyaman dan aku ingin menjadikanmu sebagai temanmu."
Asia terkejut ketika mendengarnya. Ini pertama kalinya seseorang ingin menjadi temannya. Dulu dia sama sekali tidak memiliki teman, semua orang menatapnya dengan mata seperti melihat monster penyembuh luka karena Sacred Gear [Twilight Healing]-nya. Dan Amakusa ini, bahkan setelah melihat kemapuan penyembuhannya, dia masih ingin berteman dengannya.
Apakah ini berkah dari Surga? Rasanya dia ingin bersyukur berkali-kali kepada Tuhan sekarang.
Asia menatap Amakusa dan tersenyum manis sebelum menjawab, "Iya! Aku ingin menjadi temanmu, Amakusa."
***
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Asia, Amakusa melanjutkan perjalanannya untuk berangkat ke sekolah.
Dia memberikan boneka naga bukan hanya sebagai tanda pertemanan saja. Dia memberikan itu karena ada alasan tersembunyi, yaitu misi dari sistem tadi datang kepadanya.
*Ding!* [Misi penting dikeluarkan!]
[Tugas: Selamatkan Asia dari ancaman! ]
[Hukuman kegagalan: Asia mati ]
[Penghargaan: Duplikat penuh Sacred Gear [Twilight Healing] dan 20.000 poin sistem ]
---
Amakusa menjilat bibirnya ketika mendapatkan misi ini. Meskipun misi yang dikeluarkan ini agak ambigu, karena harus menyelamatkan Asia dari ancaman yang mengancam nyawanya tanpa menjelaskan siapa ancaman itu. Tetapi, menurutnya ini wajar karena hadiah yang akan dia dapatkan adalah [Twilight Healing], Sacred Gear yang miliki oleh Asia tadi. Dia juga mendapatkan 20.000 poin sistem dan itu bisa membantunya untuk meningkatkan peringkatnya.
Apakah ini berkah dari Surga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amakusa Story in DXD
Fiksi PenggemarAku, Amakusa mati dan tiba-tiba bereinkarnasi ke dunia DXD dengan sebuah sistem?