______
3. Setan teriak Setan
____
Malam hari di rumah milik keluarga Fatur, Raffa memainkan robotnya bersama Bintang—sepupunya.Malam ini, Bintang sengaja menginap. Tidak sendiri, akan tetapi bersama kedua orang tuanya juga.
Ibu dari Bintang, adalah adik dari Papanya---Fatur.
"Bintang, kenapa nama kamu Bintang? Kenapa gak Binatang aja?"
"Aku manusia," jawab Bintang.
Raffa menghentikan pergerakan tangannya yang tengah memainkan robotnya. "Raffa tau. Raffa gak bego," jawabnya.
"Aku gak bilang kamu bego."
"Aku denger, aku gak budek."
Bintang menghela napasnya. Umur bintang dan Raffa hanya berbeda beberapa bulan. Bintang lahir pada tanggal 12 Mei sedangkan Raffa, ia lahir pada tanggal 5 Desember.
"Bintang, kenapa Tante Ara sama Om Leo masih muda? Kenapa Papa Raffa udah tua?" tanya Raffa lagi.
"Papa kamu nikah waktu udah jadi perjaka tua kali," jawab Bintang tidak acuh.
Bintang memang memiliki sikap cuek. Menjawab pertanyaan sekenanya. "Enak aja, Papa kamu kali nikahnya waktu masih taman kanak-kanak," jawab Raffa tak terima.
Dia yang bertanya, dia pula yang tidak terima. Dasar Raffa.
"Heh, Cil. Mana ada orang nikah waktu masih anak-anak?"
Raffa menoleh, pria kecil itu berdecak kala mendapati Bima yang sudah duduk bersila di sampingnya. "Ada, itu Papanya Bintang," jawab Raffa.
Bintang mendongak, "Papa aku kenapa?" tanya Bintang.
"Apaan sih? Raffa gak ngomong sama Kamu!" jawab Raffa sewot.
"Udah gila."
Bintang beranjak, pria kecil itu menguap lebar. "Aku mau tidur."
"Raffa gak tanya."
"Aku cuman pamit."
"Raffa gak peduli," jawab Raffa.
Bintang mengedikan bahunya tidak acuh. Pria kecil itu lantas berjalan memasuki kamar tempat Mama dan Papanya menginap.
Raffa melempar mainannya kemudian beranjak. "Om, gak pulang?" tanya Raffa menatap Bima.
"Gue aja gak tau kenapa gue bisa di sini, Cil. Mau pulang ke mana? Ke kuburan?" tanya Bima.
Raffa mengangguk, "Om kan setan. Sana pergi."
Bima menyentuh dadanya sendiri. "Sakit hati gue, Cil."
Om Ocong melompat dari arah dapur. Dia menghampiri Raffa dan juga Bima. "Cil gak ada makanan? Gue laper banget, nih."
"Gak ada, makannya kalau mati bawa duit."
"Harta sebanyak apapun, kalau udah mati gak akan bisa dibawa, Cil. Bilang sama Papa lo, jangan terlalu sibuk ngejar dunia."
Om Ocong memasang wajah sedihnya. Bibir bawahnya mencebik, "Pengen peluk. Tapi gue ditakdirkan buat meluk diri gue sendiri." Om Ocong menunduk menatap dirinya yang dibungkus oleh kain putih.
"Sedih banget," ujarnya lagi.
Raffa memilih berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Membuka pintu kamar orang tuanya, Raffa langsung menyelinap di antara Mama dan juga Papanya. "Pa, kenapa Papa udah tua?"
Fatur membuka matanya. Tua katanya? Umurnya yang masih menginjak kepala tiga Raffa bilang tua?
"Kamu yang kemudaan," jawab Fatur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi dong! [Pindah Ke Dreame]
Fiksi RemajaPindah ke Dreame ________________ Harapannya yang menginginkan anak perempuan tidak terkabul. Katanya, ia terlalu banyak dosa. Raffa Mahendra putra dari pasangan Dena Andriana dan Fatur Mahendra ini memiliki sifat songong yang begitu menyebalkan. Pa...