Tigapuluh Tiga

26.4K 1.7K 664
                                    

Happy Reading🐥

Setelah dua hari Ashley mendapatkan perawatan dirumah sakit, ia kini diperbolehkan pulang, bukan dokter, tetapi suaminya, Edward. Sebenarnya Ashley sudah diperbolehkan pulang oleh sang dokter kemarin, namun Edward membantah karena melihat luka tembakan pada tubuh istrinya belum benar benar kering, maka ia memutuskan untuk Ashley tetap berada dirumah sakit selama satu hari lagi.

Dan kini mereka berada dipekarangan rumah sakit, Edward sedang menyusun barang barang kedalam mobil, sedangkan kedua bayi itu Edric dan Edza sedang digendong oleh kedua nenek mereka. Jika ada yang bertanya Ashley, Ashley duduk diatas kursi roda atas permintaan Edward pada dokter. Yah kalian tau sendiri Edward seperti apa.

"Edward!" seorang wanita yang duduk dikursi roda bersama seorang suster yang mendorongnya dari belakang memanggil Edward dan mendekatinya.

Seketika Edward menoleh dan Ashley beserta kedua orang tuanya ikut melihat siapa yang memanggil Edward. Edward sedikit terkejut melihat seorang wanita yang kini tepat dihadapannya, wanita yang dulu pergi meninggalkannya karena musibah yang terjadi pada dirinya.

"Jesslyn?" ujar Edward pelan, Ashley mendengar dan Ashley baru menyadari wanita itu siapa.

"Edward, kau bisa berjalan sekarang?" wanita itu menatap Edward dari bawah hingga keatas.

Edward mengangguk, ia melihat kearah istrinya sejenak namun Ashley hanya membuang wajahnya. Ia melihat ibunya Sarah, namun Sarah hanya tersenyum. Nampak Calvin yang membulatkan matanya sambil menatap Edward berulang kali.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Edward kembali, Ashley nampak hendak meninggalkannya dengan cara berdiri meninggalkan kursi rodanya, namun Edward menahan pundak Ashley dan itu dilihat jelas oleh Jesslyn.

"Dia siapa Ed?" tanya wanita itu pada Edward sambil tersenyum.

"Istriku, maaf aku harus pulang." saat Edward hendak membantu Ashley untuk berdiri, Jesslyn sudah lebih dulu membuka suara.

"Ah Edward, bisakah aku meminta bantuanmu juga kedalam mobilku ini?" Edward yang terpangil, melihat Jesslyn, wanita itu memiliki mobil, dan mobilnya tepat bersebelahan dengan mobilnya.

Dengan santainya dan tak memikirkan perasaan istrinya, Edward berjalan mendekat kearah Jesslyn dan menggendongnya masuk kedalam mobil tersebut. Jelas, itu sangat jelas terlihat dimata Ashley, ada segenang air mata yang hendak jatuh dari mata itu, namun Ashley tahan.

Dengan kekesalannya, Ashley berdiri dan meninggalkan kursi roda itu dan masuk kedalam mobil yang berbeda, mobil Calvin. Tania ibu kandung Edward dan Dynna yang sedang menggendong cucu mereka ikut masuk kedalam mobil yang dinaiki Ashley. Carla, Irene, dan Annita pun ikut. Lalu dengan cepat mobil itu pergi meninggalkan Edward, ayah kandungnya, ayah mertuanya dan Johnson.

Edward kembali hendak ingin menjelaskan, namun ia hanya melihat kursi roda tersebut dan ketiga pria paruh baya itu berdiri menatap dirinya kesal. Ia mendekat dengan raut wajah penasaran.

"Ayah, dimana Ashley? Ibu? Anakku? Dimana mereka?" tanya Edward, Adlyson mendekat dan menepuk pundak putranya itu.

"Kau yang meninggalkannya sendiri dan memilih wanita yang bahkan aku tak kenal, pria bodoh." Adlyson masuk kedalam mobil milik Edward dan diikuti oleh kedua pria paruh baya lainnya.

"Ada apa denganku?" tanyanya sendiri, ia memukul kepalanya dan masuk kedalam mobil.

"Ayah, apakah mereka pulang kerumahku?" tanya Edward lagi, bukannya diberikan jawaban, Adlyson memukul kepala Edward dengan sebuah botol minuman plastik.

"Bodoh, tentu saja dia pulang kerumahmu." ujar Adlyson, Johnson dan Dawin yang melihat itu hanya menepuk pelan jidat mereka. Tak mau berlama lama, Edward menyalakan mesinnya dan meninggalkan pekarangan rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, Edward sampai dirumah miliknya. Dengan cepat ia turun dari mobil dan mencari keberadaan Ashley, namun saat ia mencarinya ia dihadang oleh para wanita, pasti kalian tahu siapakann.

"Apa maumu Edward?" tanya Irene selaku anak tertua didalam rumah itu, menatap Edward tajam.

"Aku.. Aku hanya.. Ah maafkan aku, aku hanya ingin membantunya saja." jawab Edward dengan wajah melasnya.

"Membantu kau bilang? Kau bisa saja membantunya untuk mencarikan perawat laki-laki atau siapapun, bukan dengan cara kau yang membantunya." kini Tania ibu kandungnya yang bersuara.

"Ibuu.. Aku tahu aku salah, tapi dia itu.." belum selesai ia berbicara Carla sudah memotongnya.

"Mantan kakak? Kak, kau tahukan kak Ashley baru saja selesai melahirkan anak kalian, jadi tolong jangan mencari masalah dulu." ujar Carla.

"Aku bukan mencari masalah Car, hanya saja dia meminta bantuan, dia..." Dynna ikut memotong perkataan menantunya itu.

"Jangan sampai cintamu pada putriku berhenti disini, lalu kau memilih wanita yang terkena azabnya itu, lalu kau meninggalkan Ashley, aku akan memotong lehermu secara hidup - hidup." ujar Dynna lalu pergi meninggalkan Edward.

Ibu kandungnya juga meninggalkannya, begitupun dengan adik adik perempuannya. Edward merasa bersalah, entah kenapa dirinya berbuat seperti itu, tangan dan kakinya seolah bekerja sama. Ada apa ini, dan kini pikirannya bukan kepada Ashley, namun pertemuannya pada Jesslyn.

Edward mendengar suara tangisan bayi dari dalam kamarnya bersama Ashley. Ia segera masuk dan melihat Edric sedang menangis. Saat ia lihat lebih dekat, ternyata istrinya juga menangis, hatinya merasa bersalah, ia menggendong Edric dengan hati - hati. Ashley menghapus air matanya dan mencoba untuk tak menatap Edward.

"Maafkan aku Ash, aku tahu kau marah, aku minta maaf, aku salah." ujar Edward yang masih menggendong Edric disana.

Tak ada jawaban.

"Sayang, ayolah aku mohon maafkan aku, kau tahu aku hanya mencintaimu hm." ujarnya sambil menyenggol lengan istrinya pelan.

"Aku tak peduli." dengan santainya Ashley mengeluarkan puting susunya dan memberi Edza asi tepat dihadapan Edward, suaminya.

Edward duduk dipinggir kasur, Edric masih dalam gendongannya. Ia melihat Edza yang meminum asi Ashley dengan lahapnya, lalu ia tersenyum.

"Bagaimana jika Edric ingin meminum asimu juga?" Ia langsung diberikan tatapan tajam dari Ashley.

"Kau tidak perlu tahu." Edward kekeh.

"Ash, aku mohon maafkan aku, aku dan dia baru kali ini bertemu, tadi hanya kesalahpahaman saja, aku membantunya sebagai seorang teman, tidak lebih, hanya membantu saja." Edward menjelaskannya sambil mengelus pipi Edric yang ada dipangkuannya.

"Dan meninggalkanku sendiri? Kau mendahulukan wanita itu dari pada aku? Bagaimana perasaanmu jika kau yang berada diposisiku?" Edward tersenyum.

"Aku sudah minta maaf padamu sayang, kau yang mengatakan, membantu orang itu adalah perbuatan kecil namun besar berkatnya. Benar bukan? Aku hanya membantu, selain itu tak ada apa-apa." jelas Edward lagi dan itu disimak baik oleh Ashley. Ashley menatapnya dan Edward memberikan senyuman.

"Apa benar tidak ada apa apa setelah itu?" tanya Ashley, dan diberikan anggukan dengan senyuman manis dari Edward.

"Kau tak akan berpindah haluan kan?" tanya Ashley lagi, dan Edward mengangguk mengiyakan. Namun saat hendak ia ingin menjawab 'tidak akan' ada rasa lain dihatinya yang malah ingin menjawab.

'Aku tak tahu'

To be continued..

Huaaahhhh kangen sama kaliannnn, maaf baru bisa up malam" begini..
Kalian tau kemarin aku seharusnnya tinggal up doang, karena udah ada 2000+ kalimat untuk di up dalam satu chap..

Saat aku mau up, itu udah tinggal pencet ok udah langsung udah terpubliskan kan? Nah aku kebelet buang hajat, dan kalian tahu apa kejadian berikutnya?

Abangku tercinta mengembalikannya tanpa memencet 'OK' terlebih dahulu, dannn HILANGLAHHHHHHHHHH!
HILANG WOII, TEHAPUSSSSS ELAHH..

dan terpaksa, aku yang setengah lupa dan ingat sama cerita sendiri, mengulangnya dari awal, maafkan aku..
FORGIVE ME, PLEASE! HUAAA😭
Next aku panjangin dehh, janji👍

Eh btw, jangan lupa pencet bintangnya, jangan lupa juga komen kalian gimana sama cerita ini, makin ngebosenin yahh?
Wkwkwk, maaf guysss🙏

My Husband In The Wheelchair.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang