Akhirnya Rey terbebas dari banyaknya gosip yang dia dengar. Kini Rey dengan semangat berjalan menuju parkiran, dan tidak seperti biasanya yang menunggu terlebih dahulu koridor sepi. Samping kanan-kiri, depan-belakang, Rey masih saja mendengar gosip tersebut. Beginilah risiko pulang terlebih dahulu. Rey yang tadinya semangat, kini malah kebalikannya.
'Ini juga, kenapa jalannya pada lama, sih! Bisa gak gosipnya nanti aja, kasihan aku yang mau cepet pulang jadi terhambat.' Batin Rey.
Sayangnya Rey hanya berani membatin, tanpa mengungkapkan unek-uneknya secara langsung.
'Sabar Rey, sebentar lagi sampai di parkiran.' sambungnya.
Akhirnya Rey sampai di parkiran, dan segera mencari motor yang tadi diparkirnya. Setelah ketemu, Rey segera menaiki dan menghidupkannya. Rey melajukan motornya dengan santai, dia ingin menikmati terpaan angin yang menerpa wajahnya. Ketika gerah seperti ini, memang enak terkena angin yang menghembus.
Rey sampai di depan rumah, dan segera memarkirkan motornya.
"Assalamualaikum," salam Rey setelah membuka pintu, dan langsung memasuki rumah.
Tak ada satupun orang yang menjawab salam dari Rey. Keadaan rumah pun sepi, tidak ada satu orangpun yang berada di dalamnya. Entah mereka pada kemana, Rey tidak mengetahuinya karena tak diberitahu.
Rey segera memasuki kamar, untuk berganti baju. Selesai berganti baju, Rey berjalan menuju dapur, dan mencari-cari makanan yang ternyata tidak ada satupun untuk dia makan. Untungnya Rey masih mempunyai uang saku yang tadi untuk sekolah, masih utuh pula uangnya, belum dibelikan apapun.
Rey dengan terpaksa mengambil uang tersebut di dalam saku seragamnya, dan segera ke warung untuk membeli mie. Sebelum sampai di warung tante Juu, Rey harus terlebih dahulu melewati ibu-ibu gosip yang tengah berkumpul.
Firasat Rey sudah tidak enak, sepertinya akan ada perdebatan antaranya dengan ibu-ibu gosip. "Semoga aja, ibu-ibu kang gosip gak ngajakin debat," gumam Rey.
Rey melewatinya dengan menunduk, tak lupa juga menggumamkan kata 'permisi' agar tidak digosipin. Entah ini hanya perasaan Rey atau bukan, ibu-ibu gosip itu tengah meliriknya dengan berbagai tatapan. Tadi yang Rey terlihat sangat serius menggosip dari jauh, kini ketika dia mendekat, langsung sunyi. Rey merinding jadinya.
Rey mempercepat jalannya menuju warung. Tanpa basa-basi lagi, Rey langsung mengambil mie dan segera membayarnya.
"Kenapa Rey? Kok, kayak lagi buru-buru gitu?" tanya tante Juu, sembari mengambil uang kembalian.
"Ah, itu ... enggak," jawab Rey dengan gugupnya.
Tante Juu memberikan uang kembalian tersebut, "Nih kembaliannya."
Rey langsung mengambil uang tersebut, dan segera pulang dengan jalan terburu-buru seperti tadi. Rey harus melewati jalan tadi, yang otomatis melewati ibu-ibu gosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Harus Sukses! [End]
Teen FictionReynanda Raden Akbar. Banyak yang ngomongin? Udah biasa. Banyak yang gak suka? Udah biasa. Banyak yang ngeremehin? Udah biasa. Aku hanya bisa membiarkan dan diam tanpa harus ikut campur pendapat mereka. Biar aku buktikan, dan ubah cara pandang merek...