A•H•S! 22

99 10 5
                                    

Entah Rey mendapat keberanian dari mana, keluar rumah dengan alasan untuk ke warung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah Rey mendapat keberanian dari mana, keluar rumah dengan alasan untuk ke warung. Sepertinya, Rey tengah merencanakan sesuatu.

Di tengah perjalanan menuju warung, Rey celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. Rey melewati tempat biasanya ibu-ibu kumpul, dan di sini ada beberapa ibu-ibu tengah bergosip. Rey dengan santai melewati mereka, seperti tidak ada masalah sebelumnya.

Tatapan sinis Rey dapatkan. Rey masih mempertahankan sikap santainya walaupun hatinya sedang tidak santai. Setelah dari warung, Rey harus kembali melewati mereka. Di dekat mereka, Rey memberhentikan langkahnya dan mencoba menyapa dengan sikap ramah. "Hai, Tan. Lagi pada bahas apa nih?" tanya Rey sekadar basa-basi.

"Alah, sok-sokan nyapa kayak gak ada masalah aja," cibir seorang ibu-ibu yang paling muda.

"Apa salahnya aku nyapa, Tan?" Rey mencoba mempertahankan sikap ramahnya.

"Apasih, jijik." Ibu muda tersebut memasang ekspresi jijiknya.

'Sabar Rey, sabar.'

Rey seolah tidak memperdulikan tatapan jijik tersebut, padahal di dalam batinnya dia juga malas bersikap ramah. "Tumben Tan, kumpulnya sedikitan?"

"Apa urusannya sama kamu? Gak ada, kan? Mendingan pulang deh," usir Jumi.

"Ya Allah, Tan. Galak bener sampai aku diusir," sahut Rey. "Mana Tante Sarah? Kok, gak kelihatan?" Rey celingak-celinguk mencari keberadaan Sarah.

Jumi membentak Rey, "Ngapain kamu cari si Sarah? Mau menjelek-jelekannya? Mau nampar? Mau apalagi, hah!"

Rey terkejut atas bentakkan Jumi. Bukannya dia yang waktu itu ditampar Sarah? Kok, jadi Sarah yang ditampar, sih? Wah, makin tidak beres nih mak lampir. "Enggak, Tan. Aku mau minta maaf sama Tante Sarah." Rey berusaha sebisa mungkin sabar.

"Alah, itu hanya akal-akalan kamu doang," celetuk ibu yang lain. "Iya nih, bener," lanjut ibu muda membenarkan perkataan ibu itu.

"Beneran, Tan. Aku mau minta maaf."

Jumi tertawa mengejek, "Jadi, kamu sekarang mau minta maaf sama si Sarah?"

"Iya."

"Yasudah, nanti Tante bilang ke si Sarah," ucap Jumi.

Para ibu-ibu yang lain sontak langsung melontarkan protes tidak terima dengan yang Jumi ucapkan. Jumi mengedipkan sebelah matanya, seperti tengah mengode yang lain.

Rey mengejapakan matanya dengan ekspresi polos. Dia tidak mengerti dengan mereka yang tiba-tiba diam setelah Jumi mengedipkan matanya. Kan, tadinya mereka protes tidak terima. Tak mau memikirkannya kembali, Rey memilih segera pulang, dan tak lupa berpamitan, "Aku pulang dulu, ya, Tan. Jangan lupa bilangin sama Tante Sarah, nanti sore aku ke sini."

Rey berjalan menjauh dari mereka, dan sesekali melihat ke arah belakang di mana mereka tengah kumpul. Yang Rey lihat sekilas, mereka tengah berbisik-bisik dan sesekali melihat ke arah Rey dengan tatapan yang sulit Rey artikan. Entah tatapan itu akan membuat Rey bahagia, atau tatapan yang akan membuat Rey sengsara. Rey tidak mengetahuinya.

Aku Harus Sukses! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang