A•H•S! 23

223 13 17
                                    

Tidak ada hari yang menyenangkan bagi Rey ketika berada di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada hari yang menyenangkan bagi Rey ketika berada di rumah. Sindiran pedas, menjadi makanan sehari-harinya. Cukup kenyang setelah mendengar sindiran tersebut a.k.a tidak nafsu makan.

Sudah sekitar dua tahun, dia merasakan itu semua. Kini bukan hanya dengan orang rumah atau tetangganya saja, dia mempunyai masalah. Dia mempunyai masalah dengan temannya. Entah bermula dari mana sampai masalah ini belum kelar. Rey capek, dia lebih memilih menyendiri untuk saat ini.

Mempunyai teman ataupun tidak mempunyai teman, itu sama saja bagi Rey. Ketika nanti lulus, pasti akan masing-masing dan jarang bertukar kabar. Semua akan mempunyai kesibukannya sendiri.

"Rey, aku minta maaf. Aku bener-bener minta maaf sama kamu. Hati aku gak tenang sebelum kamu maafin," ucap seseorang.

Rey menatap orang tersebut tanpa ekspresi.

Seseorang tersebut kembali memohon terhadap Rey, "Rey, please ... tolong maafin aku."

"Hmm." Rey hanya berdeham. Keheningan melanda keduanya. Sepertinya tidak ada lagi urusan Rey dengan seseorang tersebut. Dia bangkit dari duduknya, dan berniat pergi.

Pergelangan tangan Rey ditahan seseorang tersebut. "Rey, kamu maafin aku, kan?" tanyanya sekali lagi.

Rey tidak menjawab sekitar satu menit. "Ya." Akhirnya, kalimat itulah yang terucap dari Rey.

Rey melepaskan tangan seseorang tersebut tanpa melihatnya, dan kembali berjalan pergi meninggalkannya.

Tak ada penahanan dari seseorang tersebut, menurutnya Rey sedang ingin sendiri terlebih dahulu.

***

Seorang gadis tengah memperhatikan Rey dengan saksama. Sedari tadi, dia melihat perubahan raut wajah Rey hanya dalam hitungan menit. Rey tiba-tiba mengeluarkan air mata. Dia gelagapan mengapa Rey seperti ini. Dia mencoba memanggil Rey, "Rey, kenapa kamu nangis?"

Tak ada sahutan dari Rey, yang ada hanya tatapan kosong yang dia lihat dari kedua retina Rey. Dia tetap memanggil Rey berulang kali, dan respon Rey masih tetap sama.

Namun, ketika dia akan menyentuh Rey, dia mengurungkan niatnya itu. Rey kini tiba-tiba tertawa meskipun air matanya tetap mengalir. "Tidak ada yang peduli dengan saya," ucap Rey.

Dia bingung, mengapa Rey berbicara seperti itu? Dia mencoba mengingat-ngingat kejadian apa saja yang membuat Rey seperti ini. Nihil, tak ada yang bisa dia ingat jika di waktu seperti ini.

Rey kembali berkata disela-sela tangisnya, "Saya memang tidak berguna bagi siapapun."

Dia mondar-mandir, kembali memikirkan sesuatu yang terjadi pada Rey. "Aku kenapa gak bisa ingat, sih, dalam waktu seperti ini!" serunya.

Daripada mondar-mandir tidak jelas, dan tidak menemukan apa yang harus dia ingat. Dia memilih duduk di kursi yang tak jauh dari Rey. Beberapa menit ini hanya ada keheningan. Rey sudah berhenti menangis, berhenti tertawa tiba-tiba, dan hanya ada pandangan kosong saja. Dia melihat jam di arloji yang dia pakai di lengan kirinya. Jarum jam sebentar lagi akan bergeser ke angka tujuh, waktunya untuk berangkat kerja. Dia memilih menyadarkan Rey, daripada nantinya telat. "Rey! Ayo berangkat kerja!" serunya di samping telinga Rey.

Rey tersentak kaget, dan langsung menormalkan ekspresi wajahnya menjadi datar. "Apa?" tanya Rey.

"Kamu dari tadi mikirin apasih, sampai nangis sama tertawa tiba-tiba?"

Rey diam, menatap dengan lurus ke dalam retina dia. "Biasa," singkat Rey.

Dia melebarkan matanya dengan mulut terbuka. Dia baru ingat apa maksud dari kata 'biasa' yang Rey lontarkan. Pasti kejadian yang Rey alami empat tahun lalu.

"Udah, kamu jangan ingat mereka dulu. Kamu fokus dulu sama apa yang kamu tuju. Buktikan kepada mereka! Semangat Rey!" Dia melontarkan kalimat sederhana untuk mengingatkan Rey dengan tujuannya.

Rey tersenyum tipis. "Iya. Terima kasih."

"Nah, gitu dong. Senyum." Dia menyunggingkan senyum lebar. "Ayo berangkat kerja, takutnya nanti telat."

Rey mengangguk, dan mengikuti dia keluar dari dalam kost. Tak terasa empat tahun berlalu. Rey merantau ke pulau Jawa, dan bekerja di salah satu restoran yang berada tak jauh dari wilayah tempat Rey tinggal. Sifat kaku, dan dinginnya keluar semenjak Rey menginjak kelas 12. Sampai sekarang sifat itu masih melekat dalam diri Rey. Bahasanya pun menjadi baku. Jarang tersenyum, apalagi sampai tertawa. Hanya ada wajah datar, dan dingin yang Rey tampilkan.

Rey menghentikan langkahnya di depan kost, sembari menunggu dia untuk mengunci pintu.

'Perjalanan baru saja dimulai tahun lalu. Saya harus membuat ayah, dan bunda, bangga ... mempunyai anak seperti saya. Akan saya buktikan suatu saat nanti bahwa pandangan mereka terhadap saya itu salah.

Perempuan yang bekerja pada sektor pariwisata akan memiliki stereotipe tidak baik di masyarakat, khususnya akan dikaitkan dengan dunia malam pariwisata yang hingar bingar.

Akan, dan akan, saya buktikan bahwa stereotipe itu tidak sepenuhnya benar.'

'Perjalanan saya masih panjang,

"Saya harus sukses!"

Huaa, akhirnya cerita saya ending😭Terhura saya😢 meskipun ending-nya tidak jelas, tapi yang penting ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huaa, akhirnya cerita saya ending😭
Terhura saya😢 meskipun ending-nya tidak jelas, tapi yang penting ending.

Kalian ngerti gak itu maksud dari ending-nya apa?
Yang gak ngerti sini saya jelaskan. Sebenarnya ... cerita ini hanya flashback Rey 4 tahun yang lalu. Rey menatap kosong karena tengah flashback dari awalnya masuk sekolah, kejadian karena kasus orang, terjebak dalam lift, dan menjauh dari temannya. Cukup lama juga Rey flashback, sekitar 1 jam lebih.

Adakah yang emosi membaca cerita saya? Kalian emosi juga gak baca ini ending gak jelas yang saya buat?

Wahai para sider! Kalian keluarlah! Berikan tanggapan kalian terhadap cerita ini. Saya hanya tahu beberapa orang yang sedari awal saya publish.

Terima kasih untuk kalian para readers setia cerita ini. Semoga saja kalian dapat pelajaran dari cerita ini. Kalau kalian tidak dapat pelajaran apapun, itu kebangetan! Karena saya ada memasukkan satu pelajaran kalau tidak salah. Nah, ini dapat pelajaran bukan?

Apasih saya gak jelas banget bikin author note banyak gini🙄 sekali lagi saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Nih, saya kasih lope banyak-banyak💕💕💙

Salam dari saya Penpen,
29 Januari 2021

Aku Harus Sukses! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang