Betrayed

2.4K 324 22
                                    

Cklek

Pintu besar berwarna cokelat itu terbuka pelan. Jaejoong berjalan masuk dengan perasaan was-was di hatinya. Dia bisa melihat pria beruang itu tengah duduk di kursi direkturnya namun yang membuat Jaejoong terkejut adalah Hanbin juga ada disana.

"Sajangnim..." ucap Jaejoong pelan.

"Oh, kau....duduklah" perintah Yunho santai.

"Apa yang bisa saya bantu tuan?"

Yunho melirik namja cantik itu sekilas. Dia mengambil beberapa dokumen yang ada di meja kerjanya kemudian menyodorkanya pada Jaejoong.

"Sejak beberapa bulan yang lalu aku telah menerima laporan bahwa terdapat beberapa kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan"

Jaejoong sontak merasa tidak enak. Dia menerima dokumen-dokumen itu dan membacanya.

"Kita sering kecolongan start oleh perusahaan saingan kita. Setiap perusahaan kita ingin mengeluarkan produk baru, mereka selalu mendahului kita dan mengeluarkan produk yang mirip. Baik itu secara design, kualitas, dan juga harga. Seolah mereka tahu setiap gerak-gerik kita dan mencontohnya."

"I-Ini...". Jaejoong terkejut melihat design sebuah laptop milik perusahaan lawan mereka.

"Bukankah design itu terlihat familiar?"

Ya. Tentu saja!

Design bunga lily api itu adalah milik Jaejoong. Dia mengerjakan proyek itu selama tiga bulan jadi dia hapal di luar kepala. Setiap sapuan yang ada di design laptop itu menandakan itu miliknya. Semuanya terlalu mirip jika disebut kebetulan.

"Apakah kau membocorkanya?"

Mwo?

"Ti-Tidak sajangnim"

Jaejoong hampir saja berdiri dari tempat duduknya. Mata bulatnya memandang Yunho dengan putus asa tapi namja tampan itu seolah tidak memperdulikanya.

"Saya benar-benar tidak melakukanya tuan!"

"Tapi menurut tuan Hanbin, dari penyelidikan yang telah dilakukanya...aku mendapatkan laporan bahwa ada sebuah email yang dikirim dari komputer di meja kerjamu tuan Jaejoong. Email itu berisi proyek lengkap seperti dokumen yang kau pegang sekarang"

"Tapi saya-"

"Benar kan Hanbin-ssi?" potong Yunho sembari memandang Hanbin dengan tajam.

"Benar tuan" Hanbin menundukan kepalanya.

"Hyung...." bisik Jaejoong tak percaya.

Kenapa Hanbin tidak membelanya? Lebih parah lagi Hanbinlah yang melaporkanya. Air mata Jaejoong sontak mengumpul di pelupuk matanya.

Yunho melirik Jaejoong yang kini terlihat shock dan ingin menangis. Pria tampan itu berdiri dari tempat duduknya dan menyuruh Hanbin pergi.

"Baiklah. Kau boleh keluar Hanbin-ssi"

"Baik tuan"

Hanbin keluar dari ruangan itu begitu saja. Namja tampan itu bahkan tidak menoleh lagi pada Jaejoong.

Bibir hati Yunho menyeringai tipis. Pria berwajah dingin itu menghampiri Jaejoong yang kini tertunduk lesu di depanya. Diambilnya sepuntung rokok dari meja kerjanya dan menyalakanya. Bibir tebalnya menghisap rokok itu dengan pelan.

"Pria seperti itukah yang menjadi kekasihmu?"

Bahu mungil Jaejoong terlihat naik-turun karena tangis. Yunho masih memperhatikanya dalam diam. Lelaki tampan itu duduk bersandar di meja kerjanya sembari menghembuskan rokoknya dengan santai.

"Hik.."

"Tidak usah menangis..." ucap Yunho pada namja cantik itu.

"Kenapa kau pergi begitu saja pagi ini hm? Seharusnya kau menungguku" tangan besarnya meraih dagu mungil Jaejoong kemudian mengangkatnya sedikit. Pandangan mereka bertemu. Mata bulat Jaejoong terlihat memerah dan basah. Namun itu justru membuatnya terlihat semakin cantik di mata Yunho.

"Apa yang anda inginkan dari saya?".

Jaejoong memandang Yunho tepat di manik cokelatnya. Hal ini cukup membuat namja beruang itu terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kelinci manis itu bisa melakukan itu.

"Apakah ini sama dengan kejadian 14 tahun yang lalu? Saat anda mendorong keturunan jerapah itu dari tangga? Hikss...apakah anda masih ingin memakan saya tuan Jung?!"

Cairan bening itu jatuh bercucuran di pipi Jaejoong. Namja cantik itu menggigit bibirnya hingga memerah. Tangan putihnya menampik genggaman Yunho di wajahnya.

Grepp

"Ahh". Lengan kekar itu menarik pinggang ramping Jaejoong ke dalam pelukanya.

"Hikss...lepaskan saya..."

Jaejoong berusaha membebaskan dirinya dari pelukan namja tampan itu tapi lengan kekarnya melingkar dengan kuat di pinggangnya. Yunho memajukan wajahnya berniat mencium bibir merah Jaejoong tapi kelinci putih itu menggelengkan kepalanya. Bibir hati Yunho akhirnya mendarat di pipi namja cantik itu.

"Aku sudah memakanmu tadi malam" senyum Yunho puas.

"Ya, kau benar Jaejoong. Kejadian ini sama seperti kejadian 14 tahun yang lalu" diusapnya pipi basah Jaejoong dengan lembut.

"Aku tidak suka melihat orang lain ada di dekatmu. Kau miliku Kim Jaejoong, sejak pertama kali kita bertemu kau mengeluarkan wangi yang selalu membuatku gila" hidung mancung Yunho menelusuri leher putih Jaejoong kemudian mengecupnya pelan.

"Nn..." Jaejoong semakin mendorong pundak namja tampan itu ketakutan.

"Untuk itulah aku kembali ke Korea...aku datang untuk menjemput pasanganku. Kau terikat padaku dan aku tidak akan membiarkan namja brengsek seperti Hanbin merusakmu. Aku harus menyingkirkanya".

"Mmhh...tidak!"

Yunho menyesap bibir plum Jaejoong kemudian melepaskan pelukanya saat Jaejoong mulai memukuli pundaknya. Mata bulat kelinci manis itu memandang Yunho dengan ketakutan. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat hingga terasa sakit.

Yunho tersenyum tipis, dia menjentikan jarinya kemudian mengangkat tanganya. Muncul sebuah benang merah yang menghubungkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jaejoong. Yunho menariknya sedikit dan Jaejoong ikut tertarik ke arahnya.

Jaejoong memandangnya tak percaya. Itu adalah tanda bahwa mereka benar-benar terikat. Tidak semua orang memiliki ikatan seperti itu, hal ini menunjukkan bahwa ia dan Yunho merupakan jodoh dari lahir. Namja cantik itu memundurkan tubuhnya dan berlari keluar dari ruangan direktur itu. Yunho sengaja membiarkanya.

Biarkan namja cantik itu mengatur hatinya.

.

.

bersambung~

Cerita ini ada bentuk PDF(ready) hubungi bubble di whatshap 0838-4730-9673.

.

Bubble's note

Hai ~ wkwkwk. Malam minggu kemana nih?

See ya !

Bunny  and Bear  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang