05. Surat Pengantar

257 43 20
                                    

Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang.
Alm. Sapardi Djoko Damono

◀❇❇✳❇❇▶

Foto-foto yang sengaja Krisan cetak tiga tahun yang lalu masih terpampang rapih diatas rak. Diselimuti oleh pigura putih yang manis, foto tersebut masih betah Krisan pandangi walau mulai kusam kacanya.

Dimas tersenyum lebar dengan wajah cemong di salah satu foto. Memamerkan gigi rapihnya sembari menunjukan kue tart yang telah hancur setengahnya. Di sebelah Dimas, ada Krisan dan Jihan yang tersenyum.

Salah satu momen yang berharga bagi Dimas. Sebab kala itu, Dimas sedang berulang tahun ke tujuh belas.

-

"Abang Dimas! Selamat ulang tahun!"

Pluk!

Tanpa aba-aba, Jihan menubrukan kue tersebut di wajah Dimas. Menghasilkan wajah kejut Dimas yang kian lama memerah layaknya udang dipanggang.

"JIHAN!"

"Tujuh belas tahun Abang hidup, terima kasih udah nemenin Kakak aku disaat dia lagi sedih."

Krisan masih ingat masa-masa itu. Dimana perasaannya diputar dua kali sehingga bingung ingin marah atau terharu karena adiknya. Namun dia memutuskan untuk bungkam.

"Jihan..."

"Iya Abangku tersayang? Ingin kado apa?"

"Macam-macam sama Abang ya..."

"Abang bisa langsung makan kue tanpa nunggu potongan yang baru, soalnya di wajah Abang udah ada kue. Hahahaha!"

"...."

Dimas tidak membalas lewat sepatah kata. Pria itu mengusap separuh krim yang menempel di wajahnya, melempar senyum manisnya kepada Jihan sebelum menghantam krim tersebut ke wajah mulus Jihan. Jihan yang paling bungsu disana ternganga,

"Rasain!" cibir Dimas dengan wajah yang penuh dendam. Seluruh pegawai Kafe tertawa, tidak menyangka kalau seorang yang usianya masih tiga belas tahun tersebut berani bertingkah pada Dimas yang terkenal dengan orang bertelinga tipis.

-

Krisan masih belum menunjukan ekspresi apapun, namun hatinya terenyuh perlahan-lahan. Diantara lima foto Dimas yang dia ambil sebagai kenangan, foto berikut yang paling membuat Krisan selalu merindu kepada Dimas. Benar-benar momen yang tak terlupakan karena Dimas berhasil membuat Krisan bahagia seharian penuh.

"Krisan! Sini, ada hadiah buat kamu."

"Ngaco! Kamu yang ulang tahun kenapa aku yang dapat hadiah."

"Gak papa. Aku beli ini dari jauh-jauh hari."

Siang menjadi angan-angan, malam menjadi buah mimpi. Krisan tidak pernah melupakan seluruh memori bahagianya dengan Dimas bahkan setitik pun.

Krisan menghela napas panjang sekalian mengalihkan pandangan. Wanita itu menyambar tas yang tergeletak diatas kasur, kemudian melangkah keluar kamar.

[i] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang