16. Hadiah Paling Berharga

156 34 11
                                    

The Advantures of Jimmy Neutron sempat menjadi animasi yang populer tahun 2002. Kartunnya dibagi menjadi tiga season. Dan sesuai tajuk, kartun ini mengisahkan tentang bocah jenius bernama Jimmy yang melakukan banyak petualangan bersama dua temannya, Sheen dan Carl.

Animasi yang tengah tayang di televisi tersebut usianya memang lebih sedikit lebih tua daripada Jihan, tapi Jihan menyukainya. Beberapa kali ia menonton ulang animasi berikut dan mendeklarasikan kalau The Adventures of Jimmy Neutron adalah serial kartun favoritnya beberapa tahun belakangan.

Lamun sepertinya bukan hanya Jihan yang menyukai animasi itu, tapi juga dua bocah berwajah kusam yang sedang memperdebatkan karakter paling keren diantara tiga tokoh utama. Spontan senyum selalu menyungging setiap kali ia mendengar celotehan polos dua anak tersebut. Hatinya menghangat.

"Kamu kayak Carl, gendut."

"Kamu kali yang kayak Carl, aku Jimmy!"

"Enggakkk!!! Kamu yang Carl!"

Jihan tidak ikut-ikutan walau ia lebih memihak kepada laki-laki kurus yang menghina temannya segemuk Carl. Selain mirip Carl, anak itu juga mirip Milhouse The Simpsons.

Ketika pandangannya masih terfokus kearah layar kaca, suara alas kaki yang bercumbu mesra dengan lantai kedengaran menggema di ruang sekitar. Jihan bisa melihat eksistensi Jeffrey dari sudut mata. Waktu pria itu mendadak berhenti dengan jarak yang terpaut cukup jauh, baru ia menoleh kearahnya. Jihan mengernyit, memerhatikan Jeffrey yang beku di tempatnya berdiri.

"Kenapa, Bang. Kok matung, Kakak udah bangun kah?" tanya Jihan heran. Tapi tak kunjung mendapat jawaban dari Jeffrey, hal itu spontan membuat Jihan mendecih dan mengembalikan atensinya ke televisi.

Jepri Kang Delay balik lagi. Batin Jihan, sudah tidak heran dengan Jeffrey yang tiba-tiba suka diam semenjak ditinggal Krisan koma. Kalau dari presepsi orang-orang, Jeffrey itu sedang banyak pikiran.

Sebelum akhirnya Jihan teringat dengan keberadaan Kakaknya yang masih ada di dalam unit perawatan intensif, Jihan kembali menoleh kearah Jeffrey. Remaja yang sedang berkacamata itu ikutan bingung saat Jeffrey terlihat linglung. Ia berdiri meninggalkan tas kecilnya di bangku dan berniat masuk ke ICU, tapi kekasih kakaknya itu menggagalkan rencananya.

Bahu Jihan diremat, "Ntar dulu, Krisan lagi diperiksa."

"Oke."

Satu menit Jihan menunggu diluar, pria itu memutuskan kembali berjalan. Tapi lagi-lagi Jeffrey menghalangi jalannya sambil tersenyum pahit, "Masih lama diperiksanya."

Anak itu memerhatikan Jeffrey dengan tatapan menyelidik. Jihan tidak ingin menaruh rasa curiga sebenarnya, tapi perbuatan Jeffrey sekarang itu menurutnya janggal. Untuk apa sang kekasih menghalangi seorang adik bertemu kakaknya yang sedang sakit?

"Gantian Bang, aku juga mau ketemu Kakak." Lantas ia menggeser tubuh Jeffrey secara paksa. Kakinya melangkah seimbang, pikiran Jihan mulai bertanya-tanya karena sikap Jeffrey yang seperti orang menutup-nutupi sesuatu.

Dikira Jihan sepolos itu, sampai iya-iya saja saat Jeffrey kelihatan sekali bohongnya.

Waktu pintu dibuka, arah mata Jihan langsung tertuju ke brankar Krisan yang dikerubungi beberapa petugas medis. Ia melihat defibrilator berulang kali ditempelkan ke dada kakaknya, diiringi dengan layar monitor yang memperlihatkan ritme detak jantung yang tak beraturan.

[i] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang