BMHP--5

300 81 25
                                    

HEYYO, udah hari ke-8 2021 nih. Gimana Tahun barunya? Maaf ya, baru bisa update lagi xoxo

Selamat membaca, jangan lupa buat vote dan komen. 

***

Ibram bersandar pada tempat duduknya, kemudian meletakan sebelah tangannya tepat diatas jantung dan mengucap nama Allah terus menerus.

Fikirannya tertuju pada Aura yang sudah ingkar janji lima hari. Itu berarti sudah satu minggu Ibram tidak berjumpa dengan Aura.

Permasalahannya bukan berjumpa atau tidaknya, untuk masalah itu tentu saja Ibram tidak akan terlalu urus. Lagipula, untuk apa ia merasa risau tidak berjumpa dengan Aura. Melainkan, ia merasa bersalah terhadap ucapannya di telpon minggu lalu terhadap Aura.

Bisa-bisanya ia menyetujui saja ucapan Aura, ketika perempuan itu sedang dalam ambang batas kepercayaan diri. Ah, Ibram merasa buruk terhadap Aura.

Harusnya Senin kemarin, Aura datang ke sekre seperti yang sudah Ibram katakan, tapi gadis itu tidak datang sama sekali bahkan sampai hari ini. Ibram membuka matanya dan menatap keluar jendela yang tampak jingga. Ibram kemudian meletakan beberapa buku dasar agama kedalam lacinya.

Lama ia duduk, akhirnya Ibram bangkit dari duduk dan memutuskan untuk pulang. Ia mengunci sekre, dan jalan ke parkiran untuk mengambil motor. Entah iseng atau memang takdir, matanya malah menangkap mobil Aura masih terparkir.

Berdecak sejenak untuk menghalau fikirannya, Ibram memasang helm dan melajukan motornya menuju ruko yang ia sewa dan ia tempati untuk menjalankan usahanya.

Molenku

Ibram tiba disana dan disambut dengan beberapa sapaan karyawannya. Meskipun baru dua tahun menggeluti usaha makanan ringan dan frozen food ini, bisnis Ibram ini bisa dikatakan sukses.

Selain karena harga yang terjangkau, varian rasa yang kreatif membuat orang ingin membeli makanan ringan dengan bahan utama pisang itu.

"Bram, cokelat kacangnya habis ini. Aing ke pasar dulu ya. Sekalian beli yang lain" ujar Riko, salah satu karyawan Ibram yang bertugas di dapur kotor. Ibram meletakan helm dan mengangguk.

Ia kemudian mengambil apron miliknya, lalu mulai bekerja dibagian menggoreng dan melayani pembeli.

***

"Ayolah Ra" ujar Odhi, sembari menarik tas Aura agar berjalan cepat menuju parkiran. "Jujur, gue capek Odhi" ucap Aura, ia kemudian membuka pintu mobilnya dan masuk. Kemudian Odhi ikut masuk kedalam mobil Aura.

"Enggak boleh berduaan doang, tahu"

Odhi berdecak dan memutar bola matanya sebal, sebal sekali dengan perubahan Aura yang menjadi sangat tidak asik. Padahal mereka sudah lama berteman, baru kali ini Odhi jengkel.

"Ga asik lo, sumpah" ucap Odhi, lalu turun dari mobil Aura dengan jengkel, kemudian berjalan menuju parkiran motor dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sampai-sampai diteriaki oleh satpam kampus.

Aura menghela nafas, Odhi mengajaknya ke kaffe Molenku. Alias, kaffenya Ibram. Sedangkan orang yang ia hindari ada disitu, bahkan pemilik dari tempat itu. Tentu saja Aura menolak.

Aura tidak punya muka sama sekali bertemu dengan Ibram, dirinya benar-benar memalukan dan tidak tahu diri. Ia tidak berhenti memaki dirinya sendiri dari minggu lalu, menangis, lalu berakhir pergi kuliah dengan mata bengkak. Ia merutuki kebodohannya.

Aura menghela nafas, lalu menyandarkan kepalanya di stir mobil sejenak, kepalanya cukup pusing karena kebiasaannya seminggu terakhir yang sering menangis. Tanpa sadar ia tertidur, Aura baru terbangun karena gedoran pada kaca mobilnya yang terdengar beberapa kali.

BE MY HUSBAND PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang