5. Taman Hiburan

424 54 4
                                    

Nggak terasa waktu cepat berlalu, tepat tiga bulan Kengkla berada di Kota S dan itu menyenangkan. Sekarang, kedua orang tuanya Kengkla sudah kembali dari perjalanan—bulan madu—bisnis mereka.

Sekarang adalah liburan tengah semester. "Kla, bagaimana dengan sekolahmu?" tanya maminya saat Kengkla datang dan duduk di kursi ruang makan untuk sarapan.

"Ya, begitu, lah, Mi." Kengkla hendak membalik piring, tapi keheranan dengan semangkuk makanan yang nggak dikenal ada di hadapannya. "Sangat menyenangkan," ujarnya sambil memberi isyarat, makanan apa yang ada di depannya itu kepada sang mami.

"Itu Lontong Gulai, Khun." Tiba-tiba saja pelayan yang menghidangkan sarapan pagi itu datang dengan membawa satu pitcher berisi penuh susu. "Koki kepala sedang mencoba resep baru yang terlihat mirip dengan masakan Thai."

"Itu masakan Indonesia, Sayang," timpal sang mami.

Kengkla manggut-manggut paham. Meski agak aneh untuk menyantap makanan seperti ini di pagi hari, nyatanya Kengkla tersihir dengan rasa gulai yang begitu kental. Berkali-kali dia mengecap rasa itu, dan memang. Memang dia nggak salah merasa. Rasanya enak.

"O, ya, Mi. Aku harus berangkat lebih awal hari ini. Ada sesuatu yang harus kukerjakan," Kla berkata sambil menyuapkan lontong yang sudah dipotong-potong agar pas untuk satu kali suapan.

"Dai, ja. Selesaikan sarapanmu dulu dan hati-hati di jalan!"

Sekarang jam masih menunjuk pada angka tujuh. Tetapi, Kla sudah mengakhiri makannya yang tersisa setengahnya karena sudah nggak sabar pengin segera ketemu dengan orang spesial. Terlebih, memang porsi yang Kla santap tadi bukan porsi biasanya bagi Kla.

Beberapa hari yang lalu ....

"Kla, bagaimana liburan nanti kita ke taman hiburan saja?" ajak Technic kala itu saat sedang istirahat jam kedua.

Kla tersedak minumannya. "Hah?! Taman hiburan? Kau kekanakan sekali!" ejeknya sambil menahan perih akibat minuman yang masuk ke rongga hidung.

Tecnic mendecak. "Aku juga merasa begitu, Kla. Bahkan aku membencinya. Terakhir, aku ke sana dengan pacarku dan berakhir dengan diriku yang muntah-muntah akibat dia mengajaku menaiki roller coaster."

Wajah Kengkla menengadah. Dia masih sibuk membersihkan ujung hidung mancungnya dengan tisu akibat minuman yang tersedak tadi. "Trus, kenapa kau mengajaku ke sana?" tanyanya kebingungan.

"Bukan aku yang pengin ke sana." Nic menghela napas. "Tapi Phi No. Kemarin, dia memintaku untuk menemaninua ke tempat itu. Sepertinya, dia nggak pernah ke sana. Karena, aku saja diajak pacarku. Trus dia? Siapa yang mengajak? Pacaran juga nggak pernah," ujarnya menyeringai penuh ejekan.

Sialan, kau Nic! Dasar adik kurang ajar!

Kengkla kebingungan. Dia bingung harus bereaksi seperti apa mendengar celotehan temannya itu. Apakah dia harus marah karena Nic telah mengejek "calon pacarnya" itu, atau malah merasa senang karena dia tahu jika Phi No-nya benar-benar polos seperti dugaan Kla.

Dan seperti dugaan pemirsa yang budiman, baru beberapa saat yang lalu Khun Kengkla ini menolak dan mengejek Technic saat mengajaknya ke taman hiburan. Tapi, setelah tahu siapa yang menginginkan itu, alhasil dia dengan cepat menyanggupi untuk besok pergi ke taman liburan.

Huh! Anak labil!

.

.

.

Sebuah mobil terparkir di depan rumah dengan cat sewarna putih. Seorang cowok terdiam di belakang kemudi dan akhirnya dia keluar setelah melihat kakak beradik keluar dari pintu. Seorang cowok berkulit kuning langsat yang memakai T-shirt sewarna hitam selaras dengan jins berwarna serupa dan sudah jelas dia adalah Technic teman sekelasnya. Dan yang satu lagi ... seorang pria jangkung mengenakan hoody putih bermerk Puma terlihat sama dengan warna kulitnya itu tersenyum begitu manis ke arah Kengkla. Dia adalah orang yang menjadi alasan hidup Kla jadi bersemangat akhir-akhir ini.

Mengejar Cinta Phi Techno (Remake Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang