17. Mark Siwat!?

307 40 3
                                    

Sebenarnya Techno masih bingung dengan status dia dan Kla. Dia mau menerima Kla pun karena dia merasa bersalah dan alhasil menerima semua kesepakatannya.

Sejak Kla memproklamasikan jadian mereka, sajak itu pula otomatis bertambah anggota keluarga di rumah Techno. Dia dengan santainya akan berkunjung ke rumah Techno, dari sekadar main, alasan belajar bareng Technic, atau hanya numpang makan saja yang berujung menginap.

"Ayo sarapan dulu!"

"Tak usah tante."

"Eh ... kan, sudah dibilang. Panggil saja mama. Jangan tante."

Ya, seperti itulah kurang lebihnya. Orang tua Techno nggak mempermasalahkan itu, karena Kla adalah sahabat Nic. Lagipula, dulu juga Type sering melakukan hal yang sama.

"Phi ...," Kengkla memanggil Techno manja. Malam ini Kla akan menginap—lagi—di rumah No dan sekarang mereka tengah menonton TV di ruang tengah.

"Arrai?"

"Malam ini aku tidur di kamarmu, ya Phi?" pinta Kla dengan tatapan yang menggemaskan seperti anak kucing.

"Eh? Kau bukannya biasa tidur di tempat Nic? Sudah, tidur di sana saja!"

Kengkla yang mendapat penolakan pun tiba-tiba berdiri dari duduknya di atas karpet lalu berpindah duduk di atas sofa di samping Techno. Perlahan bibirnya mendekat ke arah telinga No dan berbisik, "Phi, kita, kan pacaran. Lalu, kenapa kita nggak berduaan seperti yang lain?" Nada suaranya lembut, ditambah kecupan dan jilatan di daun telinga Techno, membuat si empunya bergidik dan menjauhkan kepalanya sembari menutupi telinga yang memerah.

Tapi Kla nggak tinggal diam, di tahan tubuh No agar tetap dekat dan dihimpit tubuh tersebut. "Hentikan, Kla ...!" Sekarang posisi No sudah berbaring di atas sofa dengan Kla di atasnya. Berkali-kali Techno mencoba mendorong dada Kla tapi, bukannya berhenti, Kla malah semakin menekan Techno dan nggak menyisakan jarak sedikit pun.

Untungnya ini sudah agak malam. Kedua orang tua Techno dan Technic sudah tidur, dan Technic sendiri sedang di kamarnya. Jadi, agak aman Kla melakukan ini di ruang tengah. Meski memang akan ada risiko sekecil apa pun.

"Jika Phi nggak ngizinin aku tidur bareng Phi, sebagai imbalannya ... aku akan mencium Phi di sini sekarang juga."

Tunggu! Imbalan macam apa yang menekan orang lain? Bahkan ini seperti ancaman.

Techno benar-benar kebingungan. Dia bisa saja nggak mempermasalahkan ancaman Kla itu, lagi pula dia, kan pacarnya. Tapi, dia belum berani memberitahukan hubungan dia kepada semua orang dan alhasil dia takut jika sewaktu-waktu ada orang yang lewat dan menangkap basah mereka tengah melakukan hal yang nggak senonoh.

"Dai .... Kau boleh tidur di kamarku malam ini," ujar Techno begitu frustrasi. "Tapi ingat! Hanya malam ini saja."

****

Sebagai pacar yang pengertian, baik hati, dan nggak sombong, hari ini Kla berniat menjemput Techno kekasihnya itu. Meski sebenarnya Kla selalu menjemput Techno, tapi kali ini nggak seperti biasanya. Kali ini dia nggak memakai seragam SMA-nya, Kla datang dengan pakaian yang kasual. Kaus oblong putih yang dibalut dengan kemeja lengan panjang hitam kotak-kotak. Begitu seirama dengan celana jin hitam panjangnya. Nggak lupa, sepatu sewarna putih yang membuat dia terlihat sempurna dari sisi mana pun. Dia keluar dari mobilnya, bersandar di atas bumper mobil sembari menunggu sang kekasih datang.

Techno keluar dari kelas, hari ini dia harus pulang cepat karena dia naik bus. Tadi pagi Kla bilang jika dia nggak bisa menjemputnya.

"Heui, Meung! Kau lihat tadi? Ada cowok ganteng banget. Dia jurusan mana, ya? Aku belum pernah melihatnya."

Mengejar Cinta Phi Techno (Remake Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang