22. Kecelakaan

212 32 5
                                    


Flashback ....

Meski Techno sudah melarang Kla untuk ke rumahnya, tetap saja dia masih keukeuh. Dia tiap hari datang ke rumah meski alasannya bermain dengan Nic dan Techno akan mengunci dirinya di kamar atau tiba-tiba dijemput teman sekampusnya. Saat Kla hendak mengantar Techno ke kampus atau menjemput pun pastinya Techno sudah raib dari peredaran.

Berkali-kali dia mengirimi Techno pesan permintaan maafnya, nggak ada satu pun dari pesan itu yang dibalas. Bahkan dia rela membeli ponsel baru hanya untuk sekadar membeli sim card lain. Takutnya jika nomor dia diblokir.

Jangan tanya LINE! Sudah jelas jika LINE milik Kla diblokir Techno.

Seminggu sudah Kengkla dibuat gelisah olehnya. Setiap hari dia datang ke kampus Techno untuk menjemput, atau hanya sekadar melihat Phi-nya itu. Dia sudah tahu, pasti Techno akan menolak dan menghindar darinya.

Saat ini dia tengah memerhatikan Techno dari jauh. Nampak bahagia, dia masih bisa tertawa dengan seorang cowok berperawakan kecil yang sering dipanggil Can itu. Kengkla mulai menggila, dia benar-benar kacau. Bagaimana bisa hanya dirinya saja yang terluka di sini. Sedangkan No di sana, dia nampak terlihat baik-baik saja.

Kengkla merogoh sakunya. Segera dihubungi sang sahabat sekaligus adik dari pacarnya. Atau tepatnya mantan pacar.

"Kau di mana?" Kla bertanya saat sambungan telepon terhubung.

"Allay wah meung? Sudahlah, kau menyerah saja, Kla."

"Bantu kumendapatkan kakakmu lagi." Suara Kla pelan, namun jelas.

****

Techno sedang di kamarnya. Bergelung selimut sambil memeluk guling. Di tangannya, gawai dia sedari tadi menyala. Puluhan pesan masuk dari orang yang sama, dengan isi yang kurang lebih sama. Ingin meminta maaf dan ingin bertemu.

Techno mendadak kesal sendiri. Karena teror pesan, juga karena dia nggak bisa lupain malam itu. Malam yang menjadi malam termanisnya. Kalau dipikir-pikir, itu adalah kali pertama dirinya berhubungan badan dengan seseorang dalam keadaan sadar—meski sebenarnya dia melakukan tanpa sadar pun hanya dengan Kengkla juga—dan sepenuhnya menikmati itu. Tapi, dia harus ditampar dengan kenyataan jika yang ditemukan di bawah bantal adalah afrodisiak.

"Kenapa kau melakukan itu?" Techno menyibak selimutnya. Sudah beberapa saat yang lalu pesan itu berhenti datang. Pikirannya melayang. Menyesalkan hal yang kadung terjadi itu. "Nggak bisa kau melakukan itu karena cinta?" gumamnya lagi.

Jujur, sebenarnya dia merasa sakit juga saat berkali-kali harus bertindak nggak acuh pada teman adiknya itu dan tanpa disadari, benih-benih cinta sudah masuk jauh ke relung hatinya.

Keesokan harinya, Techno beraktivitas seperti biasa. Dia akan sarapan dan kemudian naik lagi ke kamar, seperti yang udah dia lakukan belakangan ini. Menunggu seseorang datang, dan membiarkan si bibi keluar dan mengatakan jika No sudah berangkat. Tapi, kali ini lain, sudah beberapa menit yang lalu Techno mematung di depan jendela kamarnya. Namun orang yang ditunggunya nggak kunjung datang juga. Sekarang perasaannya nggak karauan, berkali-kali pandangannya menuju gerbang rumah, tapi masih nihil.

Meski Techno selalu berkata jika dia nggak mau bertemu dengan Kla ... jujur di dalam hatinya dia masih berharap jika Kengkla akan terus datang menjemput dan membujuknya.

.

.

.

Techno menyelesaikan mata pelajaran kuliah terakhir hari ini. Dia sedikit kecewa karena Kengkla nggak ada menjemputnya tadi pagi. Techno merasa seperti ada yang kurang dalam hidupnya, dan anehnya dia mendadak menjadi maniak ponsel. Sejak datang ke kampus, dia selalu mengecek gawainya dalam per 10 menit. Meskipun dia tahu jika di ponselnya nggak ada notifikasi apa pun, meski hanya sekadar SMS dari provider yang memberitahukan jika kartu sim-nya dalam masa tenggang.

Mengejar Cinta Phi Techno (Remake Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang