Bab 2 ~ Acara Perkemahan II

21 10 16
                                    

Amalia duduk di bangku meja belajar di kamarnya, sambil menatap surat izin untuk mengikuti perkemahan sekolah.

Sebenarnya, bukan masalah izin dari orang tuanya, bagi Amalia. Karena apapun yang diminta oleh Amalia pasti di kabulkan oleh orang tuanya. Wajar saja, Amalia adalah anak tunggal di keluarganya.

Yang dipikirkan oleh Amalia yaitu apakah dia harus ikut acara ini atau tidak. Walaupun sebenarnya dia ingin ikut, tetapi hatinya tidak mengijinkan untuk pergi. Amalia merasakan pirasat buruk untuk dirinya.

"Ikut nggak, ya?" gumam Amalia dengan jari yang mengetuk-ngetuk meja belajarnya.

Amalia menghela napas. Amalia sudah bulat menentukan keputusannya. Dia akan ikut acara perkemahan ini. Kapan lagi acara seperti ini diadakan sekolah, bukan? Apalagi sekarang dia sudah kelas 12. Hitung -hitung untuk kenangan sebelum dirinya lulus.

Amalia pergi dari kamarnya menuju ruang tamu. Amalia sudah hapal dengan kebiasaan Papah dan sang Mama. Setiap malam mereka selalu menghabiskan waktu bersama keluarga, dengan menonton TV.

Amalia melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton salah satu acara TV. Sesekali mereka tertawa dengan acara TV itu.

"Mah? Pah?" panggil Amalia.

Papah dan Mama Amalia lantas menatap ke arah putri mereka.

"Kenapa sayang?" tanya Mama Amalia dengan lembut.

Amalia berjalan mendekati kedua orang tuanya, kemudian duduk ditengah tengah mereka.

"Amalia cuman mau minta tanda tangan papah buat acara kemah minggu depan."

Mama dan Papah Amalia saling menatap, kemudian melihat wajah sang putri dengan tatapan heran.

"Kok Mama sama Papah liatin Amalia gitu, sih?" tanya Amalia bingung.

"Ya, Papah heran aja gitu. Tumben kamu mau ikut acara kaya ginian."

"Amalia nggak boleh ikut,ya?" tanya Amalia sambil menunduk.

"Boleh, kok. Mama sama Papah ngizinin kamu ikut acara kemah sekolah," ucap Mama sambil mengelus rambut panjang Amalia.

"Sini Papah tanda tanganin."

Amalia memberikan surat itu kepada Papahnya.

Papah Amalia bangun dari sofa untuk mengambil pulpen kemudian kembali duduk ke sofa dan menanda tangani surat itu.

Papah Amalia kemudian memberikan surat yang telah ditanda tangani itu pada Amalia. Amalia mengambil surat itu sambil tersenyum.

"Ya udah sana tidur, besok sekolah," suruh papah Amalia.

"Ya udah, Amalia balik ke kamar dulu ya."

Amalia berdiri kemudian memeluk dan mencium Papah dan Mama bergantian. Kemudian Amalia pergi menuju kamarnya.

****
Satu minggu kemudian,

Tiba di mana hari dilangsungkannya acara perkemahan yang diadakan sekolah Amalia.

Amalia sekarang masih berada di dalam mobil sang Papah.

"Huaa, Amalia bakalan kangen sama Papah dan Mama," ucap Amalia sambil memeluk Papahnya di dalam mobil.

"Papah sama Mama juga pasti kangen sama kamu," balas Papah Amalia.

"Udah sana cepetan pergi, nanti kamu telat lagi," lanjut Papah Amalia.

Amalia melepaskan pelukannya pada sang Papah, kemudian keluar dari mobil.

Amalia melambaikan tangannya saat melihat mobil yang ditumpangi Papahnya melaju pergi meninggalkan dirinya yang menatap dari gerbang sekolah.

Setelah Amalia tidak melihat lagi dengan mobil Papahnya. Amalia kemudian masuk ke area sekolah.

Ternyata sudah banyak para siswa-siswi yang sudah datang. Amalia menatap ke arah sekitarnya.

"Ayo lagi ngapain?"

Amalia terkejut ketika ada yang menyentuh pundaknya. Amalia melihat Cindy pelaku yang membuat dirinya terkejut.

"Ish, lo ngagetin gue tahu nggak," teriak Amalia kesal.

Cindy tertawa melihat wajah kesal yang Amalia tunjukkan.

"Galak amat, bu. Canda doang."

"Nggak lucu."

"Ehh, Mal. Ayok buruan, temen-temen kelas kita udah pada naik ke bus," Cindy menarik tangan Amalia ke bus kelas mereka.

Amalia dan Cindy mencari tempat duduk mereka di bus itu. Cindy kemudian menarik Amalia ke arah kursi di tengah tengah bus.

"Kita duduk di sini aja," jelas Cindy sambil membereskan tas yang di bawanya.

Pada saat bus ingin berangkat ke tempat tujuan. Bapak Andi selaku pembina kelas mereka memberikan arahan sebelum berangkat.

"Oke anak-anak disini bapak ingin menjelaskan peraturan peraturan yang harus kalian patuhi saat di tempat tujuan kita nanti."

Semua orang mendengarkan penjelasan yang diberikan Bapak Andi.

"Baiklah, Langsung saja. Pertama, pada saat kalian membutuhkan apapun, silahkan hubungi salah satu panitia. Kedua, jangan pernah pergi sendirian, karena kita berkemah di dalam hutan. Ketiga, patuhi segala arahan yang di berikan panitia. Dan yang terakhir, jangan sekalipun kalian menyentuh atau mengambil barang aneh apapun yang ada di hutan tersebut."

"Memangnya kenapa, pak," tanya salah satu murid.

"Karena kita harus menghormati segala bentuk kepercayaan dan adat istiadat warga atas hutan tersebut. Ada lagi pertanyaan?"

"Nggak Pak," Teriak seluruh Murid.

"Baiklah kalo begitu kita mulai perjalanannya."

Seluruh murid berteriak riuh. Amalia menatap ke sekeliling teman-temannya sambil tersenyum.

Setelah menghabiskan waktu sekitir satu jam dalam perjalanan. Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

Ketika Amalia turun dari bus, Amalia menatap ke arah depan hutan yang menjadi tempat acara berkemah mereka. hati Amalia berkata untuk tidak masuk kedalam hutan itu.

"Baiklah anak-anak, kalian akan di bagi dalam beberapa grup. Satu grup akan terdiri dari 7 orang yang berbeda-beda kelas."

Amalia tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara instruksi dari Bapak Andi.

"Baiklah ayok kita masuk ke dalam."

Kakiku memang mengikuti kemana arah langkah mereka
Tetapi hatiku berkata, ada yang aneh di sana
Seolah-olah ada yang berbisik kepadaku
Bahwa, ada sesuatu yang mengintai diriku

***
Hai semua akhirnya aku update lagi. Semoga besok update lagi ya, jangan lupa like and comment biar aku semakin semangat bikin ceritanya







Gray Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang