Bab 8~ Perpustakaan Gaib

10 5 1
                                    

Amalia membuka matanya perlahan-lahan. Amalia menatap ke sekelilingnya.

'Hutan?' tanya Amalia di dalam hati.

Amalia seketika cemas. Kenapa dia bisa berada di hutan ini? Mungkinkah dia salah masuk pintu? Mengapa pintu dimensi yang satunya menutup?

Amalia mengambil sebuah senter di dalam tasnya. Entah keberanian dari mana, Amalia mencoba untuk berjalan lebih masuk kedalam hutan itu dengan menggunakan pencahayaan dari senter. Walaupun matanya tetap sama melihat dengan cahaya putih ke abu-abuan.

Amalia menghentikan langkahnya. Dia melihat sebuah ruangan di depannya sekarang. Amalia menatap ruangan itu dengan seksama.

Amalia menutup mulutnya dengan menggunakan tangan. Amalia tak percaya dengan apa yang dilihat didepannya sekarang. Serasa seperti mimpi.

Ruangan itu bertuliskan SELAMAT DATANG DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Cerita itu bukan sekedar rumor semata. Perpustakaan itu memang benar-benar ada.

Amalia mencoba menetralkan debaran jantungnya. Tentunya dia masih sangat terkejut dengan apa yang dilihat didepannya. Amalia beberapa kali mengatur napasnya. Dia akan masuk kedalam perpustakaan itu.

Amalia berjalan semakin mendekat ke arah perpustakaan itu. Amalia membuka pintu perpustakaan dengan perlahan. Jujur saja ada sebuah rasa takut yang iya rasakan.

Amalia masuk ke dalam perpustakaan itu. Amalia berjalan melihat ke kanan dan ke kiri isi ruangan perpustakaan ini. Isinya sama, seperti perpustakaan yang ada di dunianya. Banyak buku-buku di perpustakaan ini, yang tersusun rapi di rak buku.

Amalia menyentuh buku itu dengan tangannya.

"Ada perlu apa kamu datang ke sini?"

Suara itu benar-benar sangat mengejutkan Amalia. Amalia langsung berbalik badan, mendengar suara laki-laki yang menegur dirinya. Amalia menatap laki-laki di depannya sekarang. Laki-laki itu memakai pakaian kemeja rapi, seperti pakaian seorang guru.

"Seperti kamu sangat terkejut."

Amalia menunduk kepala dan memejaman mata. Amalia mencoba mengatur deruan napasnya. Amalia mengira hanya ada dirinya di perpustakaan ini.

"Nama kamu Amalia,kan?" Amalia menatap laki-laki di depannya dengan terkejut.

"Ba-bapak kenal nama saya?" tanya Amalia dengan suara terbata-bata.

Laki-laki itu tertawa pelan.

"Tentu saja, saya kenal dengan semua murid di sekolah ini. Hanya kalian yang tidak mengenal saya," Amalia menatap laki-laki itu dengan tatapan bertanya-tanya.

"Perkenalkan nama saya, Abhicandra Adiguna. Saya guru penjaga di perpustakaan ini. Kamu bisa memanggil saya Bapak Adiguna."

Amalia menatap ke sekelilingnya perpustakaan ini. Dia masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Guru itu menatap Amalia dengan seksama. Guru itu tersenyum ketika melihat kalung yang terpasang di leher Amalia.

"Monokromatik!" Amalia seketika menatap bingung pada guru itu.

"Kamu seorang Mono, kamu membutuhkan Droga."

"Droga?" tanya Amalia bingung.

"Obat untuk penyakitmu."

Guru itu kemudian berjalan ke salah satu rak buku. Amalia menatap dengan heran. Guru itu mengambil salah satu buku di rak itu. Kemudian dia kembali berjalan mendekati Amalia.

Guru itu menyerahkan kepada Amalia buku yang telah di ambilnya tadi. Amalia menatap buku di hadapannya. Dengan ragu-ragu Amalia mengambil buku di dari tangan guru itu.

"Buku itu cocok untukmu. Kamu akan menemukan jawaban di buku itu. Kamu ingin meminjamnya?"

Amalia menatap buku ditangannya sekarang. Buku itu berjudul GRAY LOVE.

"Buku ini bisa dipinjam?" tanya Amalia.

"Tentu saja. Tapi kamu harus isi di daftar buku peminjaman buku."

Amalia berjalan mengikuti guru di depannya. Amalia menatap buku daftar pinjam di atas meja. Amalia melihat nama orang yang pernah meminjam buku di perpustakaan ini.

"Hanya ada dua orang yang pernah datang ke sini?" tanya Amalia.

"Iya, kamu orang ketiga yang mengunjungi perpustakaan ini. Murid jarang berkunjung ke perpustakaan ini, hanya orang yang beruntung saja bisa masuk ke dalam sini. Mereka bisanya hanya dapat masuk ke perpustakaan satunya," jelas Guru itu.

Amalia mengambil pulpen di ada di atas meja itu. Kemudian menulis namanya, tanggal peminjaman, judul buku dan juga memberikan tanda tangan di akhirnya.

"Kalau sudah selesai kamu bisa pergi."

Amalia tersenyum kecil, kemudian berjalan ke arah pintu keluar perpustakaan.

Amalia tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mendengar guru itu mengatakan sesuatu kepada dirinya.

"Setelah ini, kamu akan bisa membedakan manakah orang yang seperti kamu dan manakah orang yang dapat memberikan obat untukmu," Amalia terdiam sebentar kemudian kembali melangkahkan kakinya.

"Ada sebuah pepatah, setiap perbuatan ada sebuah akibat yang akan terjadi. Ingat, segera kembalikan buku itu," Amalia kembali menghentikan langkahnya sebentar.

Amalia memejamkan matanya dan menghela napas. Amalia berbalik badan melihat ke arah guru itu.

"Terkadang akibat lebih dulu datang sebelum adanya perbuatan dilakukan. Dan saya tidak pernah sepenuhnya berpegang dengan kata-kata itu," Guru itu tersenyum mendengar jawaban yang Amalia berikan.

Amalia berbalik badan kemudian berlari keluar dari perpustakaan itu.

Pada saat Amalia telah keluar dari perpustakaan itu. Amalia tiba-tiba sudah berada di hadapan pohon besar tempat dirinya masuk ke pintu dimensi menuju perpustakaan gaib.

Amalia menghadap ke arah belakang. Sudah ada lagi pintu penghubung dimensi itu. Hanya ada sebuah tembok di belakangnya sekarang. Dia harus cepat kembali ke rumah untuk membaca isi buku ini.

Amalia berjalan cepat pergi dari depan itu. Namun dia menghentikan langkahnya ketika secara tiba-tiba angin bertiup dengan kencang. Amalia menatap ke arah langit malam.

"Kayanya mau hujan," gerutu Amalia.

Amalia langsung berlari agar dirinya cepat sampai ke rumahnya.

****

Hai, semua maaf ya kalo ada typo, segini aja ya. Maaf dua hari ini nggak nyampe 1000 kata.



Gray Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang