Part 7~Pintu dimensi

9 4 1
                                    

Amalia terus saja memikirkan tentang perpustakaan gaib itu. Apalagi setelah mendengar cerita dari Cindy. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi.

Sekarang sudah pukul 11 malam. Amalia mencoba untuk memejamkan matanya. Amalia beberapa kali mengubah posisi dirinya tidur. Terkadang dia tidur terlentang, terkadang menghadap ke arah kanan, dan terkadang menghadap ke kiri. Akan tetap matanya tetap terjaga.

Amalia masih ingat setiap kata yang diucapkan Cindy padanya, saat menjelaskan tentang perpustakaan gaib itu.

Kata yang paling Amalia ingat dari ucapan Cindy adalah,' gerbang mereka terbuka, saat pukul 12 malam.'

Amalia bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah lemari. Dia mengambil  jaketnya yang tergantung di dalam lemari. Kemudian Amalia memakai jaket itu.

Amalia menaruh beberapa barang ke dalam tasnya, kemudian berjalan keluar kamarnya.

Amalia menatap ke sekeliling ruangan. Sunyi, sepertinya Mama dan Papahnya sudah tidur pikir Amalia. Amalia berjalan mengendap-ngendap seperti maling yang takut ketahuan.

Ketika Amalia sudah sampai di depan pintu rumah, Amalia membuka pintu rumah dengan sangat pelan. Amalia tidak ingin pembantu atau orang tuanya sampai bangun.

Setelah berhasil keluar, Amalia kemudian menutup pintu rumahnya dengan sangat pelan. Amalia menghela napas setelah berhasil keluar dari rumahnya.

'Gue pengen buktiin, cerita itu emang benar, atau sekedar hoax.'

****

Kini Amalia sudah berada di taman di belakang sekolahnya. Butuh waktu 45 menit untuk sampai ke sekolahnya.

Suasana di taman itu sangatlah sepi. Hanyalah ada dirinya disini di temani dengan suara jangkrik.Angin malam menembus kulit Amalia, cuaca disini sangatlah dingin. Padahal Amalia sudah memakai jaket, tapi masih saja terasa hawa dingin menusuk kulitnya.

Amalia bergegas mencari pohon besar di ujung taman sekolah, seperti yang Cindy pernah ceritakan. Setelah sekitar 10 menit mencari letak pohon itu, Amalia akhirnya menemukannya.

Amalia berjalan pelan ke arah belakang pohon besar itu. Amalia hanya melihat sebuah tembok biasa, tidak ada apa-apa disini.

Amalia menghela napas, mungkin benar itu hanya hoax pikir Amalia. Amalia berjalan menjauh dari pohon besar itu.

'Gerbang mereka terbuka, saat pukul 12 malam.'

Amalia langsung menghentikan langkahnya, dia ingat akan ucapan Cindy.

Amalia spontan langsung menatap jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya.

"Masih jam 11.59 malam. Satu menit lagi gerbangnya terbuka," Amalia langsung berlari kembali ke arah belakang pohon.

Amalia menatap ke arah tembok itu. Jantung Amalia tiba-tiba berdetak dengan kencang dan tubuhnya bergetar, saat dia melihat sedikit demi sedikit cahaya berwarna putih terang mulai muncul dari balik tembok itu.

Tubuh Amalia semakin bergetar saat cahaya itu muncul semakin besar dan semakin terang. Matanya seketika menjadi silau. Walaupun Amalia buta monokrom, tapi matanya masih peka terhadap cahaya, walaupun hanya berupa cahaya putih yang terlihat.

Amalia melihat dua cahaya yang telah membentuk sebuah pintu.

'Benar memang ada dua pintu,' batin Amalia berucap.

Cerita itu, memang benar. Cerita itu bukan hanya sebuah dongeng atau rumor semata. Memang ada dua pintu penghubung dimensi di belakang pohon ini. Dan yang pasti salah satunya pintu menuju perpustakaan gaib yang di ceritakan oleh Cindy.

Amalia bertanya-tanya pintu manakah yang benar menuju ke perpustakaan itu. Pintu sebelah kanan atau yang kiri? Dia tidak mungkin sembarang memilih pintu. Konsekuensi yang iya terima saat salah dalam memilih pintu adalah akan selamanya terjebak dalam dimensi itu.

Entah mengapa Amalia menyentuh lehernya. Amalia merasakan ada sebuah kalung yang tengah bertengger di lehernya sekarang.

Amalia memegang kalung itu. Ya, dia ingat kalung itu adalah kalung yang dia temukan di hutan waktu perkemahan. Saat Amalia sadar waktu itu, Amalia melihat kalung itu masih ada ditangannya. Akhirnya Amalia memutuskan untuk memakai kalung itu.

Entah insting dari mana, Amalia tiba-tiba mengarahkan buah kalung yang berbentuk potongan sebelah bintang itu ke arah salah satu pintu dimensi. Seketika salah satu pintu dimensi tiba-tiba tertutup dan satunya tetap terbuka.

"Kayanya ini benar pintu menuju ke arah perpustakaan."

Setelah meyakinkan dirinya, akhirnya Amalia perlahan-lahan mulai memasuki pintu dimensi itu.

*****

Hallo semua maaf segini aja wkwk, otakku lagi mumet mikirin jalan ceritanya.

Gray Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang