Liana menghela napasnya kasar. ia beberapa kali menekan tombol bel apartemen milik Lisa. Liam mengantar Liana kemari karena sebelumnya wanita itu tidak memberitahukan di mana ia tinggal sekarang. Liana tidak bisa memberitahu pria itu kalau ia tinggal di mansion Darel, karena ia tidak ingin menyakiti lebih dalam perasaan Liam. Jika seseorang yang di cintai tinggal bersama pria lain tentu saja itu pasti akan menyakiti perasaannya.
Wanita itu juga tahu benar bagaimana hubungan keduanya yang sejak lama sudah memburuk, jika mereka bertemu selalu ada pertengkaran. Darel, pria itu menyalahkan setiap masa lalu buruknya kepada Liam. Liana berjanji pada dirinya untuk tidak membiarkan mereka bertengkar lagi, ia berjanji akan memperbaiki hubungan mereka meski itu terdengar mustahil.
Sebelumnya Liana merasa senang, karena Liam mengantarnya kemari. Ia sudah lama sekali tidak mengunjungi teman baiknya ini. Liana harap Lisa ada di apartemennya, karena sebelumnya ia tidak memberitahu kalau ingin berkunjung. Wanita itu menghela napasnya pelan saat rasa mual itu kembali datang.
"Liana?"
Lisa terlihat terkejut, setelahnya ia tersenyum gembira.
"Aku sangat merindukanmu! Apa sangat menyenangkan tinggal di sana? Sampai-sampai kau tidak mengunjungiku! Oh astaga.. Bagaimana kabarmu? Apa semuanya baik?"
"A-aku mau muntah."
Liana menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tidak bisa lagi menahan rasa muntahnya. Wanita itu memasuki apartemen Lisa, Liana berlari menuju kamar mandi. Ia memuntahkan seluruh isi perutnya di kloset.
"Huek.. Huek.."
"Kau kenapa, Liana? Apa kau baik-baik saja?" tanya Lisa khawatir. Ia menghampiri Liana lalu menepuk-nepuk pelan punggung wanita itu.
"Aku baik-baik saja, Lisa. Hanya.. Huek.. Huek.."
Liana kembali memuntahkan isi perutnya, kali ini tidak sebanyak yang pertama. Lisa mengambil tisu dan memberikannya pada Liana. Wanita itu mengambilnya lalu menyeka sisa-sisa cairan di mulutnya.
"Sejak kemarin aku sering merasakan mual dan muntah, aku tidak tahu kenapa," ucap Liana lemah. Wanita itu mendekati wastafel dan menyalakan keran. Ia berkumur-kumur.
Sementara itu Lisa mengernyitkan dahinya, mencoba berpikir keras. Tak lama ia membulatkan kedua matanya terkejut, tidak percaya dengan apa yang ada di pikirannya sekarang.
"Oh my god! I don't believe this! Apa kau hamil, Liana?!" tanya Lisa histeris.
Pupil Liana melebar begitu mendengar ucapan teman baiknya itu. Ia menyemburkan air keran yang ada di mulutnya.
"What?!" pekik Liana keras.
Bagaimana bisa Lisa memiliki pikiran seperti itu.
"Apa?! Apa yang kau bicarakan, Lisa? Itu tidak.."
Liana tidak melanjutkan ucapannya. Wanita itu terhanyut dalam pikirannya. Apa ia hamil? Liana pernah membaca sebuah artikel mengenai tanda-tanda kehamilan. Merasakan mual juga muntah merupakan tanda awal kehamilan walau tidak semua wanita merasakannya. Dan juga ia dan Darel tidak pernah sekali pun menggunakan alat kontrasepsi. Apa itu mungkin? Hamil? Ia bahkan tidak pernah sekali pun memikirkan hal semacam itu.
"Oh.. Astaga! Apa kau belum memeriksanya, Liana? Kapan terakhir kali kau datang bulan? Dan sudah berapa lama keterlambatannya?" tanya Lisa penasaran. Ia yakin Liana pasti hamil.
Oh.. Mengapa ia tidak memikirkan hal semacam itu? Tamu bulanannya sudah terlambat datang selama tujuh hari, sebelumnya ini tidak pernah terjadi padanya.
"A-apa kau memiliki testpack, Lisa?" tanya Liana terbata.
"Ya, ada. Aku akan mengambilnya." Lisa keluar dari kamar mandi menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JERK BOSS
Romance[ADULT ROMANCE | CEO SERIES] Apa yang diharapkan dari kehidupan Liana yang bekerja sebagai administrator disebuah kantor cabang yang letaknya jauh dari pusat kota? Tentu saja tidak ada. Penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan biaya te...