"Bisakah lebih cepat lagi? Aku sudah terlambat," ucap Liana pada sopir taksi yang ditumpanginya.
Liana tidak bisa menghilangkan rasa gelisahnya. Sedari tadi ia terus saja memilin jari-jarinya atau melirik jam tangan bundar yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Pagi ini, Liana berangkat ke kantor tanpa Lisa. Karena teman baiknya itu tidak pulang semalaman entah ada dimana dia sekarang Liana tidak tahu.
Lisa sangat susah dihubungi sejak semalam. Untungnya saja Liana menerima ajakan Liam untuk berkeliling kota tadi malam jadi ia memiliki tumpangan gratis untuk pulang ke apartemen Lisa dan Liana tidak harus menghadiri pesta kantornya sampai acara selesai. Dan hal yang paling menguntungkan bagi Liana lainnya adalah ia tidak harus melihat wajah brengsek bosnya di podium.
Liana mengaduh kesakitan saat kepalanya terbentur kursi jok mobil. Liana mengerutkan dahinya saat sopir itu menghentikan laju mobilnya. Apakah sudah sampai?
Kedua mata Liana dengan kilat melirik ke arah luar jendela mobil. Liana sekilas menatap gedung pencakar langit yang sudah tidak asing lagi di matanya lalu menolehkan kepalanya menatap agrometer yang tertera disana. Liana mengeluarakan satu lembar uang senilai 20 dolar dan memberikannya pada sopir taksi itu. Dengan tergesa-gesa Liana membuka pintu mobil itu dan melangkahkan kakinya keluar.
"Tunggu! Kembalianmu?"
"Kembaliannya ambil saja untukmu," ucap Liana sembari menutup pintu mobil itu.
Liana menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan setelahnya ia melangkahkan kedua kakinya lebar-lebar seperti berlari. Karena Liana tidak ingin atasannya memarahi hanya karena ia tidak datang tepat waktu. Itu sama sekali bukan dirinya, Liana termasuk orang yang disiplin dan sangat menghargai waktu. Sedari kecil Liana di didik keras untuk itu.
Liana mengernyitkan dahinya saat telah memasuki lobi kantor. Tidak ada satu pun orang yang berlalu lalang disana. Apakah hari ini semua karyawan di liburkan? Liana menggeleng keras. Tidak mungkin. Jika hari ini di liburkan pasti Emma atau Carol sebelumnya akan memberitahunya terlebih dahulu.
Liana melirik arloji di tangannya. Jarum pendek berada tepat di angka 10. Liana membelalakan matanya tidak percaya. Ia sudah sangat terlambat sekarang.
"Oh astaga! Tamatlah riwayatmu Liana!"
Liana mempercepat langkah kakinya menuju lift. Setelah sampai di sana Liana menatap pria berbaju hitam yang tersenyum simpul padanya. Mau tidak mau Liana membalasnya dengan senyuman yang sama lalu melangkah memasuki lift. Setelah sampai di lantai yang ia tuju. Liana dibuat terkejut dengan suasana kantor yang sepi. Hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Selamat pagi, Ms. Collins," sapa Emma ketika Liana telah duduk di tempatnya.
"Selamat pagi, Emma." Liana mengernyitkan dahinya saat menatap Emma yang pagi ini hanya seorang diri biasanya Emma selalu bersama Carol. Mereka berdua tidak dapat dipisahkan.
"Kemana perginya Carol pagi ini? Apa dia tidak berangkat kerja?" tanya Liana penasaran.
"Kau tidak tahu ya? Carol semalam mabuk berat. Dia mengambil cutinya dan dia pasti sekarang sedang tidur nyenyak di ranjangnya."
"Dan yang lainnya? Apa sama?" tanya Liana sembari menatap sekeliling kantornya.
"Mereka? Entahlah aku tidak tahu," jawab Emma sembari mengangkat kedua bahunya. "Sepertinya malam ini kita akan kerja sampai larut malam." Emma menghembuskan nafasnya kasar. Ia sangat membenci jika harus bekerja diluar jam kerja.
"Kerja lembur maksudmu?" tanya Liana yang di balas anggukan kepala oleh Emma.
"Why?"
"Kita harus menyelesaikan pekerjaan mereka yang tidak masuk hari ini, Liana. Bos kita sangat penggila kerja dia tidak peduli jika yang lainnya mengambil cuti, pekerjaan tetap harus dikerjakan. Dia tidak mau membayar kita secara cuma-cuma." Jelas Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JERK BOSS
Romance[ADULT ROMANCE | CEO SERIES] Apa yang diharapkan dari kehidupan Liana yang bekerja sebagai administrator disebuah kantor cabang yang letaknya jauh dari pusat kota? Tentu saja tidak ada. Penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan biaya te...