[BAG : PROLOGUE]
"cinta, ya?"
pertanyaan menggema diiringi jatuhnya cagak pohon cemara, desiran angin pada akhir musim semi menjemput pahit; mengulumnya dalam ombak lautan lalu dikabarkan lewat merpati.
teruna itu tak akan pernah lupa pun luput soal yang satu itu.
cinta, benar. ia pernah merasakannya, tujuh tahun yang lalu mungkin? sebelum bertemu jimin? entahlah, ia tak begitu yakin.
taehyung mengatup bibir, diam-diam daging pipi sudah digigitnya pelan.
"iya, kau percaya mereka ada?" jimin kembali menimpalinya dengan pertanyaan.
lantas terkekeh, pemuda dua puluh satu tahun itu menoleh—menatap entitas sahabat karibnya yang kini memandang hamparan bahar dengan teduh, "kau percaya mereka ada, jim?"
jarang-jarang mereka masuk ke dalam obrolan dengan tema begini, dirinya maupun jimin lebih memilih untuk berseloroh dan tertawa. mereka selalu berpikir, segala sesuatu di dunia ini harus dibawa santai dan tidak perlu dijadikan beban. ya, kecuali beban permata kuliahan sih—yang satu itu tidak bisa dielak keberadaannya.
"kenapa kau balik bertanya?" jimin menoleh, dan ketika matanya bersapu pandang dengan jelaga milik taehyung—ombak menyurut di dekat kaki. menghantarkan dingin yang tak kira. waktu yang salah karena keduanya datang pada musim semi bukan musim panas.
taehyung tak menjawab lantas menoleh ke depan. pemuda itu menyugar surai sebelum tersenyum lembut.
"karena aku tak percaya mereka ada, jim."
COLORS OF THE WIND
sore itu suara laras hujan yang bergemuruh adu dengan jalan raya menjadi penghantar awal jam istirahat sore di hari jum'at yang kelabu. beberapa pengunjung tampak mulai menghela nafas gusar sebab yang tadinya gerimis berubah lebat. angin-angin meniup begitu lantam, beberapa tajuk rawal pontang-panting menebas arah sementara jalanan mulai sunyi menyisakan kebisingan dari sumber masalah sore hari ini.
tring!
lonceng cafe berbunyi mersik karena dorongan dari luar sedikit tergesa, dua orang masuk meraup separuh atensi pengunjung tak terkecuali seseorang dari balik conveyor toaster dengan wajahnya yang dihiasi sedikit puder.
"selamat datang, tuan. ada yang bisa kami bantu?" seorang pelayan menyahut.
bertepatan dengan itu animo beberapa pengunjung kembali direbut untuk menapak pada alam jagat kesadaran, mereka memalingkan wajah dan balik apatis dengan kegiatan masing-masing.
satu diantara keduanya memimpin langkah sementara yang satu memilih duduk di sudut ruangan, akan sangat memalukan jika mereka hanya diam di sini menunggu hingga badai usai tanpa memesan apapun. meskipun sepuluh menit yang lalu keduanya baru saja selesai menyantap makanan di dekat kantor perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS OF THE WIND : JENNIE ft KIM TAEHYUNG
Fanfictionpertanyaan itu masih bersemayam di bilik hatinya, apakah rasanya persis seperti mandi hujan untuk pertama kali? atau seperti menemukan dalam kehilangan? atau pula senyum dalam cantingan sendu? tulisan ini ditulis, ketika hujan merindu. 𝗟𝗢𝗪𝗘𝗥𝗖...