mungkin kita membutuhkan satu jalan panjang untuk membayar sebuah rindu.

356 56 47
                                    

[BAG: 5]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BAG: 5]

"apa yang kau rasakan?"

"bukankah, kau sangat menyukai kota itu?" jennie mengerjap, matanya menatap sosok di seberang dengan mawas. sementara sosok itu tengah mengapit putung rokoknya dengan syahdu, pupilnya ikut bergulir menjatuhkan diri pada kubangan gulita milik keduanya. sudah hampir dua puluh menit keduanya dibiarkan untuk menunggu park jimin, mau tak mau, jennie maupun taehyung berusaha membuka obrolan, entah itu sekedar bertanya mengenai kegiatan kampus ataupun mata kuliah keduanya yang tentu saja bentrok satu sama lain.

jennie sempat tertegun sebelum menyadari bahwa kota yang dimaksud taehyung adalah sebuah gambar yang dipajang jimin di ruang tamu apartemennya. pont alexandre III yang nampak tua di tahun 80an. gambar itu selalu menyita perhatian jennie setiap perempuan itu menginjakkan kaki, matanya tidak akan pernah lepas dari lukisan itu sebelum berpindah menuju bagian lain dalam apartemen ini.

"kau? bukankah kau juga menyukainya?" jennie balas menatap laki-laki itu dengan sedikit menuding, sementara yang ditatap hanya mengangkat bahunya tidak peduli sebagai respon dari pertanyaan yang dilemparkan kepadanya.

"semua orang yang pernah ke sana, pasti akan jatuh cinta. jadi, tidak ada alasan untuk tidak menyukainya."
"kau tentu sadar metafora dari suka yang kuucapkan tidak mengarah ke perasaan setelah mengunjungi, bukan?"

taehyung menarik nafas panjang, putung rokoknya ia lumat di atas asbak sebelum mendekati lukisan yang menjadi bahan perdebatan keduanya. obrolan ini akan panjang. sengaja, ia mengambil posisi di belakang jennie, mengikis jarak, lantas merasakan pertahanan perempuan itu akan runtuh, sigap, ia mencengkram pundak perempuan itu "berdirilah dengan benar, bukankah kau seorang pelukis yang sedangmenilai lukisan lain?" 

"aku sadar, apakah salah memilih untuk tidak ingin memberitahumu?"taehyung melanjutkan ucapannya.

"itu curang," lembut, tajam, dan hampir tidak terdengar, ingatkan jennie untuk menjaga kesadarannya dengan benar setelah ini.

taehyung diam-diam tersenyum, "apakah, kau juga memiliki alasan yang sama denganku, lantas kau membutuhkan pembuktian langsung?" pemuda itu membalikkan tubuh untuk kembali bersitatap dengan sosok di depannya. kedua tangannya sudah berada di dalam saku, seolah siap untuk mengintimidasi perempuan itu kembali. ini adalah bagian-bagian yang selalu ia sukai ketika berada di dekat jennie; obrolan yang panjang, keributan yang tak dapat dihindarkan dan perasaan kagum yang tak dapat diindahkan.

"apakah itu karena perasaan yang tak bisa kau jelaskan?" jennie pun tak pernah begitu yakin, apakah benar semua hal yang memicunya menyukai kota itu adalah profesor kim, atau hal lain yang pernah terjadi jauh sebelum ini. seumur hidupnya, ia tidak pernah merasakan kecocokan yang amat sangat mengikat diantara lawan jenis. bahkan dengan jimin sekalipun. namun kasus menjadi berbeda ketika itu menyangkut kim taehyung, sejak pertemuan pertama yang tidak pernah disengaja itu, jennie merasakan hal lain yang sangat ia benci setelahnya. jennie benci untuk merasakan golak utopia dalam dirinya, apalagi setiap kali menyadari bahwa perasaan demikian hanya dapat dipicu oleh kim taehyung seorang.

COLORS OF THE WIND : JENNIE ft KIM TAEHYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang