[BAG 3]
"sudah dua minggu"
-
mimpi
"mimpi buruk lagi?"
dengan nafas yang terasa menjepit di bilik dadanya-jennie menoleh menemukan presensi jimin. suara nafas yang putus-putus menjadi satu-satunya lawan bunyi gemeletuk jari dan papan keyboard. pemuda itu menatapnya khawatir setengah bingung. menoleh sekilas, jennie meneguk ludah yang terasa menggumpal, oh, ia masih berada di dalam ruang organisasi.
sembari mengganti posisi menjadi duduk sepenuhnya, jennie mengesat bulir yang jatuh diantara pelipis dan anak rambut, "ya, seperti biasa jim."
jennie tak mengerti, lebih dari pada itu, ia seperti krisis identitas. rasanya pemuda di dalam mimpi semakin terasa dekat. tenda ridge yang disibak bersamaan si objek mimpi yang masuk mencumbu perempuan lain dan ia yang berada di posisi setengah tidur persis seperti tadi tengah menahan lelah. terlalu cepat, jennie hanya bisa diam, membiarkan kehadirannya sebagai sesuatu yang tidak terlihat. perempuan itu tak kalah familiernya dalam ingatan jennie; rambut ikal pekat kecoklatan, dengan mata sayu sedikit runcing di ujung, hidung mancung dan senyum manis seperti kelopak bunga mawar. siapa? siapa mereka? kenapa? kenapa dadanya bertambah sesak? jennie meremat jemari, membiarkan buku-bukunya berganti menjadi putih.
sungguh, gemuruh yang menghampiri jiwanya bukan lagi sebuah gugup hasil penantian pengumuman, lebih dari khawatir dan takut, ia geram.
"jane?" tak dihiraunya jimin yang sudah mengudarakan tiga kali panggilan.
"jane kau menangis." bukan, bukan pertanyaan-jimin memberi tahu jennie yang masih setengah sadar sembari menyeka bulir yang jatuh dari mata kiri perempuan itu karena jennie masih terlihat syok dengan nafas yang tercekik, lama kelamaan ia terisak.
"jim..."
khawatir, jimin duduk tergesa di tempat yang tersisa lantas mengusap punggung jennie dengan lembut berusaha menenangkan.
"sudah dua minggu, tidak mau ke psikiater saja?"
mengusahakan sebuah senyum-jennie menggeleng pelan, "tidak jim, ini tak akan selesai jika hanya ke psikiater."
"jim, kau tidak pulang?" suara menginterupsi dari arah pintu masuk. taehyung berdiri di sana tanpa melihat langsung orang yang ia panggil, pemuda itu terlena dengan kegiatan membakar rokoknya, tepat ketika tubuhnya membentur kusen pintu asap rokok mengepul di sana. pemuda itu bersandar, dan untuk kedua kalinya mengeluarkan asap dari hisapan sigaretnya.
jennie yang masih nampak enggan tak menyadari eksistensi kim taehyung, bahunya mengendur menahan tangis, rambut yang tercepol asal semakin berantakan dan mencuat kesana kemari.
"kau mau menunggu? jennie sedang tak baik."
taehyung mengangkat satu alis. jennie? jadi perempuan itu jennie?
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS OF THE WIND : JENNIE ft KIM TAEHYUNG
Fanfictionpertanyaan itu masih bersemayam di bilik hatinya, apakah rasanya persis seperti mandi hujan untuk pertama kali? atau seperti menemukan dalam kehilangan? atau pula senyum dalam cantingan sendu? tulisan ini ditulis, ketika hujan merindu. 𝗟𝗢𝗪𝗘𝗥𝗖...