Mémoire : 53. Try To Be Strong

21.9K 1.8K 809
                                    

Angin berhembus dengan lembut. Menerpa wajah pucatnya. Membelai dia yang kini hanya memiliki tatapan kosong. Tanpa suatu perasaan tersirat di hatinya.

Yejin membenarkan syal yang membungkus leher anak bungsunya. Lalu berlutut untuk mensejajarkan posisinya dengan Lisa yang kini sedang duduk di atas kursi roda.

"Sayang sekali disini tidak ada dandelion. Tapi Lisa bisa melihat bunga lain yang lebih indah, kan?" tanya Yejin dengan tatapan teduhnya. Mengusap wajah Lisa yang terasa sangat dingin.

Wanita itu tidak yakin jika Lisa sedang menikmati keindahan taman rumah sakit yang dipenuhi oleh bunga berwarna-warni. Anakanya itu sudah tidak bisa merasakan bahagia. Bukan, lebih tepatnya lupa bahagia itu seperti apa.

"Saat Lisa berumur delapan tahun, Lisa pernah merengek pada Appa untuk mencarikan bunga dandelion. Appamu sampai harus memasuki hutan untuk mendapatkannya." Yejin mulai bercerita. Mengenang masa kecil anaknya yang bahagia. Sebelum akhirnya Hyunbin direnggut oleh keegoisan.

"Appa dan Eomma selalu melakukan segala hal untuk membuat Lisa bahagia." Suara wanita itu memelan. Kepalanya menunduk saat hatinya berdenyut sakit.

"Sekarang, Eomma dan Appa harus melakukan apa untuk membuatmu bahagia? Bagaimana caranya, Sayang?" Yejin menggenggam kedua tangan Lisa. Menatap wajah anaknya dengan mata berkaca-kaca.

Sebagai seorang ibu, Yejin ingin yang terbaik untuk anaknya. Dia ingin anaknya selalu dikelilingi oleh kebahagiaan. Tapi sekarang bagaimana caranya dia membuat Lisa bahagia, jika gadis itu bahkan sudah lupa bagaimana caranya bahagia?

Setiap detik Yejin memang selalu ketakutan jika Lisa akan pergi. Tapi di lain sisi, dia juga resah karena seakan memaksa Lisa untuk tak bahagia. Dia merasa egois, tapi tak bisa juga melepaskan rasa egois itu.

"Lisa masih kuat kan? Lisa masih ingin berada di sini kan? Eomma harap, kebahagiaan Lisa ada di sini. Bukan di tempat lain."

Yejin bergerak untuk memeluk tubuh tak berdaya Lisa. Hangatnya tidak ada lagi. Tubuh itu seakan hidup tapi mati. Yejin bahkan terkadang bingung, sebenarnya Lisa masih bersamanya atau sudah hilang?

Sampai dimana tubuhnya terasa disengat oleh tegangan listrik. Kakinya melemas, tangannya gemetaran. Dan suaranya tercekat hingga tak bisa berucap setelah mendengar sebuah bisikan lirih.

"Eomma."

Yejin mengerjabkan matanya. Dia berusaha menyadarkan diri yang sempat terbang tinggi ke angkasa. Tidak, Dokter bilang stroke iskemik yang Lisa alami sudah cukup parah. Mustahil anaknya itu berucap tanpa terbata sedikit pun.

Suara tadi sungguh jelas. Mengalun lembut. Menyapu telinga Yejin dengan hangat. Panggilan yang sudah lama tak dia dengar. Dan sayangnya, Yejin meyakini itu sebagai hayalannya saja.

..........

Jisoo terkena demam, sehingga mengharuskannya berdiam diri di mansion. Meredam rasa rindunya pada Lisa dengan mengunjungi kamar sang adik.

Aroma buah yang pekat, Jisoo sungguh menyukainya. Ciri khas sang adik yang tak pernah hilang sampai sekarang. Karena walau sakit pun, saudarinya yang lain akan memenuhi tubuh Lisa dengan aroma parfum itu.

Berjalan ke arah meja nakas yang ada di dekat jendela kamar, Jisoo mengusap sebuah miniatur bola salju pemberiannya untuk Lisa sekitar tiga tahun lalu.

Benda itu adalah satu-satunya barang di kamar Lisa yang tidak diganti. Karena selain miniatur itu, barang-barang disana sudah beberapa kali diganti. Tentu akibat amarah Lisa yang tak terkendali. Gadis itu sering sekali melempar semua barang-barangnya hingga hancur. Kecuali miniatur bola salju pemberian Jisoo.

Mémoire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang