Bukan rahasia lagi, jika Lisa adalah adik kesayangan kakak-kakaknya. Walau menurut banyak orang Lisa bukanlah gadis yang sempurna, tapi dia selalu tampak sempurna di mata ketiga kakaknya.
Kedua mata itu memandang sebuah miniatur bola salju dengan bunga dandelion di dalamnya. Hadiah yang sudah Jisoo siapkan sejak lama untuk ulang tahun Lisa. Hadiah sederhana, namun Lisa pasti sangat menyukainya.
Bagi mereka yang sudah memiliki segalanya, hadiah mahal bukanlah hal istimewa. Justru hal sederhana seperti yang Jisoo ingin berikan untuk Lisa inilah, hadiah yang istimewa. Terlebih, adiknya sangat mencintai bunga dandelion.
Tapi sepertinya Jisoo harus menyimpan hadiah itu lebih lama lagi. Karena hari ini, Jennie terlebih dahulu mendapatkan Lisa. Yang sebenarnya Jisoo sangat ingin menghabiskan waktu bersama Lisa mengelilingi kota Seoul.
Menghela napas, Jisoo meletakkan miniatur itu ke atas meja nakas. Beralih meraih sebuah kertas note dan pena. Berniat sekedar ingin memberikan kalimat manis di hadiah ulang tahun itu.
Untuk adikku yang manis,
Selamat ulang tahun, adik kesayangan Jisoonie. Jangan mencoba untuk kuat jika kau tak bisa. Tak apa jika Lisa lemah, karena Unnie akan menjadi penyanggamu di saat terjatuh. Jadi, larilah kepada Unnie ketika ada yang menyakitimu.Salam sayang,
JisoonieJisoo tersenyum tipis. Mulai memasukkan note beserta miniatur bola salju itu ke dalam sebuah kotak berwarna kuning. Bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan kamarnya. Berpindah memasuki kamar Lisa yang siang ini tampak sepi. Lalu meletakkan hadiah itu di atas tempat tidur adiknya yang memiliki warna sama.
"Semoga kau menyukainya, Lisa-ya."
.........
Hari ini, Lisa merasakan bahagia yang tidak bisa ditandingi dengan apa pun. Mulai dari membuka mata, hingga hari menjelang sore dia terus saja tersenyum. Tak ada sedikit pun raut kesedihan yang terpancar dari wajah cantiknya.
Gadis itu tidak menyesal karena menunda pertemuannya dengan Siwon hari ini yang akan membahas masalah kontrak. Membiarkan lelaki seumuran dengan Ayahnya itu kebingungan kala tak mendapatkan kabar dari Lisa.
"Igeo," Jennie datang, menyodorkan cotton candy untuk Lisa. Sebelumnya dia memang pamit untuk membelikan Lisa sesuatu tadi.
"Gomawo, Unnie." Lisa menerima cotton candy itu dengan senyum lebar. Mulai menikmatinya dalam diam, sembari memperhatikan apa yang orang-orang sekitarnya lakukan.
Ini hari biasa, jadi taman hiburan tak terlalu ramai. Mereka berdua cukup bersyukur karena tak perlu berdesak-desakan untuk menaiki wahana juga membeli makanan.
"Kau harus terus tersenyum seperti ini, Lisa-ya."
Lisa yang semula sangat menikmati permen kapasnya, seketika terhenti setelah mendengar ujaran Jennie. Gadis berponi itu beralih menoleh pada sang kakak, dan terkejut melihat wajah Jennie yang memucat. Kenapa dia tak sadar?
"Unnie, sepertinya kau kelelahan. Ayo kita pulang saja." Lisa hendak beranjak berdiri, namun dengan cepat Jennie menahan lengannya.
"Sebelum pulang, bagaimana jika kita naik bianglala?" Jennie menunjuk salah satu wahana yang belum mereka coba sedari tadi. Karena kedua gadis itu selalu mencari wahana yang cukup menantang, dibandingkan wahana yang tampak biasa.
"Tapi---"
"Unnie tak apa-apa. Ayolah, Lisa-ya."
Lisa akhirnya terpaksa mengangguk. Pasrah saja ketika Jennie menarik lengannya menuju wahana bianglala yang tak terlalu diminati oleh pengunjung. Bahkan tanpa mengantri, mereka kini sudah masuk ke dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mémoire ✔
FanfictionTangis, canda, tawa, sepi, dan kebersamaan. Semua kenangan itu akan tersimpan di dalam kepala seseorang sampai dia mati. Tapi bagaimana, jika kenangan itu justru perlahan menghilang. Tak tersisa, bahkan satu detik pun. Terhapus oleh waktu yang begit...