08

631 122 42
                                    

[ cherry (instrumental) - harry styles]
0:00━━━━|━━━3:37
◅◅ ▷ ▻▻

Hari-hari pun berlalu tanpa disadari. Bagai angin yang berhembus begitu saja, ketika mengecek kalender tanggal sudah berpindah ke tanggal lainnya.

Sudah beberapa hari ini kamu lebih sering mengunjungi Kita dan neneknya. Membantu Kita berkebun, bersama Kita berjalan atau menaiki sepeda lelaki itu ke pasar.

Sepertinya hampir seluruh kegiatanmu berotasi padanya.

"Aku berangkat!" teriakmu pada ibu.

"Kemana?"

"Jalan-jalan!"

"Hati-hati!" seru Ibu sebelum berteriak lagi, "Jangan pulang kelamaan! Ibu akan menanyakan kabarmu pada Kita-kun."

HAH.

"Maksud ibu?!"

"Pasti kamu mau jalan-jalan dengannya, kan? Sudah sana pergi," ucapnya. Kamu bingung tapi tetap pergi dengan langkah ragu. Pertanyaan mulai menyerbu pikiranmu. Bagaimana ibu bisa tahu?

"Iya, aku pergi dulu...."

Hari ini kamu memakai sesuatu yang berbeda dari biasanya. Dress berwarna krem menemanimu berjalan keluar. Jangan lupakan jepitan kecil dan jam tangan —
Ada keinginan untuk tampil lebih cantik dalam dirimu. Tiba-tiba saja, hari ini.

Kita hari ini berjanji untuk mengajakmu ke ladang padi milik Nenek. Kemarin kalian sudah hampir setiap hari berkebun bersama, sekarang saatnya mengganti suasana.

Kamu melihat jam tangan. Jarum jam pendek berada di angka tujuh dan yang panjang berada di angka enam. Pukul setengah delapan.

Tring! Tring!

Suara khas klakson sepeda memenuhi gendang telingamu. Atensimu beralih kepada laki-laki bersurai putih paduan hitam itu. Ia melambaikan tangan, memberi aba-aba untuk kamu datang padanya.

"Pagi, Kita-san." sapamu. Kita tersenyum lebar. "Pagi, sudah siap pergi ke ladang padi?"

Anggukan menjadi jawabanmu. "Ayo, naik," seperti biasa kamu duduk di belakang dan perjalanan pun dimulai.

Dari rumah Nenek Miya ke ladang padi memerlukan waktu sekitar 15 menit. Ladang padi desa ini berada di bawah desa, sehingga perlu turun dengan kendaraan karena jalanannya sangat menanjak.

Kita akhirnya berhenti di salah satu ladang. Menurunkan standar, sepeda pun terparkir dengan sempurna di sisi jalanan.

"U-um, Miya-san..."

Matamu terus tertutup hingga tak tahu bahwa sepeda sudah berhenti. Kamu mencuri pandang ke arah belakang. Tadi sepedanya melintas sangat cepat saat turunan, membuatmu harus berpegangan pada Kita lebih erat.

"Ah!" Sadar apa yang kamu lakukan, kamu melepas pelukanmu. "Maaf!"

"Y-ya." Mengapa Kita tiba-tiba gugup?

Turun dari sepeda, kamu merasa takjub melihat pemandangan yang ada di depan mata. Ladang padi yang mulai menguning seperti permadani, langit yang cerah dan bagaskara yang lembut. Tak lupa dengan udara hangat berdansa kesana kemari, dengan gunung-gunung yang berdiri gagah.

Kita melihatmu menganga membuatnya terkekeh. "Takjub, ya? Lucunya," bisiknya pelan.

"Kita-san! Ini indah sekali!" Hanya itu yang kamu ucapkan dari tadi. "Aku— ah, indah sekali pemandangan ini."

"Iya, kan?"

Semakin indah ketika melihatnya bersamamu.

"Nanti jam sebelas aku akan membantu Nenek di sini," Kita menjelaskan. Ia melanjutkan perkataannya, "Selagi aku belum ada pekerjaan, ayo!"

garden, k. shinsuke  ☑  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang