BAB 4

3.3K 334 5
                                    

Malam minggu, Jeno duduk di bar di Ninth Street Wine Grotto dan sedang minum bir keduanya. Ia menolak untuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri akan pilihan lokasinya. Pertemuannya dengan Haechan dua minggu yang lalu merupakan kebetulan. Hal itu tidak akan terjadi lagi. Perasaan frustasi mencengkeramnya. Jeno harus mendorong Haechan keluar. Ia butuh Haechan yang telanjang. Di bawahnya. Di atasnya. Berlutut di bawahnya.

Bayangan wajah Haechan ketika mantan suaminya yang jalang meneleponnya menghiasi otaknya. Pandangan matanya ketika Haechan menyadari ia tidak menikah. Takut. Lega. Bingung.

Haechan tidak kebal atas dirinya. Tidak sama sekali.

Apa yang telah mendorongnya melakukan sandiwara kecil dengan menggoda Jeno seperti yang ia tunjukkan kemarin? Apa yang ada di kepala cantiknya itu? Ada yang berubah dengannya. Jeno berniat mencari tahu apa itu.

Jeno tahu Haechan menginginkannya. Mungkin tidak sebanyak Jeno menginginnya, tetapi Haechan penasaran pada Jeno. Penasaran bagaimana jadinya kalau Haechan bersamanya. Jeno bisa menciumnya. Keingintahuan. Keingintahuan itulah yang akan memberinya pembukaan yang dibutuhkannya. Jeno harus membuat hal itu terjadi. Fakta bahwa Haechan tak akan dapat mempertahankan pekerjaannya memang menyedihkan. Jeno tahu ia adalah seorang bajingan kejam, tapi ia akan menemukan caranya. Dan tidak lama lagi, ia akan mengatur kepingan-kepingan itu menjadi tindakan.

*****

Senin siang, Haechan sedang berada di ruang arsip mencari diantara cetak-biru yang berdebu ketika ia mendengar pintu terbanting.

Tubuhnya tersentak dan jalinan perasaan panik dan gembira meluncur di sepanjang tulang belakangnya ketika ia melihat Jeno bersandar di pintu tertutup. “Apa yang kau lakukan disini?” suaranya mengoyak Haechan.

“Mrs. Hwang membutuhkan cetakan proyek Belle Chase.” Syaraf Haechan menegang namun untungnya suaranya tidak bergetar.

Jeno berdiri, lengannya menyilang, memandanginya. Ya Tuhan, Jeno tampan. Haechan mengingat postur Jeno satu demi satu. Rambut Jeno gelap dengan helai abu-abu yang menghiasinya. Mata coklat yang indah dengan alis tajam. Bibirnya penuh dan kulitnya putih, dengan warna kehitaman. Hidungnya terlalu mancung dan seperti perosotan. Hal itu membuatnya terlihat maskulin, wajah jantan yang mencolok.

Jantung Haechan berdetak lebih kencang.

“Aku mau kau keluar dari pekerjaan ini. Ini tidak akan berhasil.” Itu adalah perintah.

Haechan terkejut dan ia tidak siap. Haechan mencoba mengulur waktu. “Kenapa?” Suaranya lembut.

“Kenapa? Kau bercanda?” Jeno mendorong, menutup pintu dan melangkah seperti seekor predator ke arah Haechan.

Haechan menjatuhkan kertas-kertas di tangannya dan melangkah mundur satu langkah. Ia mengangkat satu tangan rampingnya untuk menjauhkan Jeno.

Hal itu cukup untuk menahannya sebentar.

“Jadi kau akan menyerahkan surat pengunduran dirimu?”

Kekecewaan dan panah kesakitan meluncur ke dalam dirinya. “Apa kau memecatku?”

“Tidak. Aku ingin kau mengundurkan diri.” Garis bibirnya menipis.

“Aku tidak mau mengundurkan diri.” Lebih daripada apapun Haechan mulai ingin tahu kemana hal ini akan berlanjut.

“Sialan, Haechan. Berhentilah bersikap keras kepala. Kau tahu ini akan berakhir buruk untukmu.” Suara Jeno berubah tajam.

Haechan mengangkat dagunya dan menyerang balik, menantang Jeno. “Mungkin itulah yang akan berakhir buruk untukmu. Mungkin kau takut padaku.”

✓ Bedded By the boss | nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang