BAB 1

9.7K 597 47
                                    

Seo Haechan menyeimbangkankan sepatu pantofelnya di kursi dan satu lutut konter ketika meraih ke atas dan mencari di dalam kabinet teratas mencari sebuah kotak folder manila. Ia mencengkeram telepon nirkabel di satu tangan sementara ia berusaha meraih ke atas dengan tangannya yang lain. Otot betisnya menegang dan menegang pada saat sepatunya melayang diatas bangku sehingga ia berdiri dengan ujung kakinya.

Begitu masa percobaan sembilan puluh harinya selesai, ia bersumpah hal pertama yang akan dilakukannya adalah mereorganisasi ulang seluruh kantor. Sistem filenya kuno, proses ordernya jadul, dan system penyimpanan benar-benar konyol. Mrs. Hwang benar-benar baik hati, tetapi ia sudah tambah tua.

“Turun dari kursi sialan itu sebelum kau membunuh dirimu sendiri.” Haechan mendengar hardikan dan mencengkeram pintu lemari kabinet. Syarafnya langsung menegang ketika ia mengenali suara itu. Ia bahkan tidak tahu kalau pria itu ada di kota, meninggalkan gedung itu. Sial! Pria itu seharusnya ada di Gangnam minggu ini.

Ada kegalakan dalam perintahnya dan Haechan memutuskan untuk melawannya lebih jauh. Ia meletakkan box itu dan menurunkan kakinya yang lain dengan hati-hati ke kursi. Hebat. Sekarang ia berdiri miring dengan pantat di udara dan tepat di hadapan pria itu. Ia melanjutkan dan turun dari bangku seanggun yang dapat dilakukannya dengan sepatu pantopel dengan hak 2 cm, tetapi ia hanya menggunakannya karena pria itu tidak seharusnya ada di Gangnam minggu ini.

*****

Lee Jeno mengontrol emosi yang mencengkeramnya dengan kejam. Seo Haechan adalah sebuah kesalahan serius dan ia telah menyadarinya ketika pertama kali ia melihatnya lima minggu yang lalu. Pengaruh kesempurnaan penampilan Haechan sudah cukup berefek buruk, namun kesederhanaan yang keluar dari tubuhnya memiliki efek provokatif pada Jeno yang tidak dibiarkannya terlihat. Haechan seksi, tak perlu diragukan lagi. Seksi yang tidak memberi Jeno kelonggaran, siang maupun malam.

*****

Ketika Haechan pelan-pelan berbalik menghadapnya, ia memperingatkan dirinya sendiri agar tidak membiarkan pria itu menyerangnya. Pria itu sama seperti pria lainnya. Sama seperti bos yang lainnya. Ia benar-benar menolak memikirkan betapa tampak terkejutnya pria itu. Pria itu tidak punya pengaruh apapun padanya. Sama sekali tidak. Ia tidak akan mengizinkannya.

Haechan baru saja akan bicara ketika telepon yang dipegangnya berdering. Terima kasih Tuhan. Haechan butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya selama beberapa saat sembari mencoba mendapatkan kembali penguasaan dirinya. Ia menekan tombol bicara dan mengangkat telepon ke telinganya. “Lee  Construction. Ini Haechan.”

“Ini Lee Renjun. Aku ingin bicara dengan suamiku, please.” Suara di ujung sambungan terdengar terengah dan tidak mengandung aksen Chinanya.

Haechan tahu ia bicara dengan logat wilayah Seoul bagian utara yang renyah. Haechan memaksakan nada ceria dalam suaranya. “Tolong tunggu sebentar, Mrs. Lee. Aku akan menyambungkan Anda dengannya.”

Haechan memandang bosnya yang berdiri diam memperhatikannya dengan wajah tak suka. Ia berdeham dan melihat ke arahnya. “Istri Anda mau bicara dengan Anda.” Ia menyodorkan telepon itu kearah Jeno. Wajah Jeno menjadi gelap karena jengkel. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dan tidak bergerak untuk mengangkat telepon. “Mantan istriku. Aku sekarang tidak menikah. Aku sudah 5 tahun tidak menikah.” Kata-katanya menuduh sekaligus mengancam.

Haechan tiba-tiba mendengar raungan di telinganya dan ia mulai gemetar. Ia dilanda perasaan antara lega dan sedih. Pelan-pelan Haechan memandang lelaki itu dan terperangkap dengan cepat dalam pengaruh kuat tatapannya. Haechan tersentak. Mata Pria itu menahannya. Satu detik, dua detik, tiga detik, empat…. Haechan menurunkan bulu matanya karena ketegangan yang terus mencengkeramnya.

✓ Bedded By the boss | nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang