Dua

11 0 0
                                    

Aku bergegas ke toilet dengan tergesah-gesah. Kebiasaan kalu habis naik mobil memang aku harus segera bergegas ke toilet karena beser.

Setelah selesai , kembali aku melangkahkan kakiku keluar dari toilet setelah tadi aku sedikit memperbaiki polesan makeupku dengan cepat.

Tapi apa yang terjadi aku tidak melihat Khanza di tempatnya berdiri tadi. Tempat terakhir aku meninggalkannya.

Aku mulai kalut karena kehilangan Khanza. Kemana aku harus mencari putri kecilku??Dalam kerumunan orang yang semakin padat seperti ini.. Mataku mencari...Namun sejauh mata memandang tetap aku tidak melihat tubuh mungil putri kecilku. Apa aku harus berteriak? Ohhh tidak, mungkin itu hanya akan membuat suasana resepsi pernikahan Mas Wahyu dan Ayu kacau.. Apalagi tangapan tamu undangan itu padaku, pasti mereka akan beranggapan aku ini sosok ibu yang tidak becus karena kehilangan anak berusia 3 tahun dalam acara resepsi seperti ini.

Aku kembali mencari Khanza di luar, mungkin saja dia melangkah ke luar gedung tetapi mana mungkin anak sekecil itu berani keluar... Ahhhh, aku mulai frustasi setelah aku mencari Khanza keluar dan tidak ada.

Tiba-tiba mataku tertuju pada deretan kursi di dekat sajian makan. Dan--- iya, khanza berada di sana tengah duduk dengan seorang laki-laki yang mengenakan jas hitam. Aku hanya bisa melihatnya di bagian belakang dari tubuhnya karena dia menghadap langsung kearah Khanza.

Apa itu Fadli? Tetapi manamungkin Ayu juga akan mengundang Fadli dalam acara resepsiannya. Ku kutuk Ayu jadi batu...  Kalau sampai benar  itu terjadi.

Aku geram bercampur ngeri. Apa lagi sekarang banyak manusi pedofilia yang berkeliaran di mana-mana dan membuat orang tua resaha. 

Kakiku melangkah lebih cepat dan sigap, bahkan sampai high heelsku patah dan membuatku tersungkur di lantai. Dan ya, dengan sekejab aku menjadi bahan tontonan banyak mata. Malu? jangan di tanya.. Malu bercampur kesal lebih tepatnya. Tapi lebih besar rasa kesalku entah pada siapa dia.

Aku bangkit bersikap seolah-olah biasa saja. Oh------- sidt high heels mahalku.

"Bunda!" Teriak Khanza yang sudah berdiri di hadapanku.

Dan di samping Khanza, laki-laki itu juga berdi dan memperhatikanku. Iya dengan tatapan tajamnya.

Ganteng!!!. Buset dah----Ada loh manusia yang di ciptakan sempurna dia. Mungkin  pas tuhan nyimpain ni laki-laki moodnya lagi baik manyanya tidak ada acat.

"Bunda khanza?" Tanya laki-laki itu pada Khanza

Miris ketika dia bertanya seperti itu pada putriku. Sedangkan padaku dia tidak bilang sesuatu, malah wajahnya terlihat datar kayak kanebo kering.

"Iya---" Angguk putriku polos

"Khanza sini" Perintahku

Khanza melangkah menghampiriku

"Bunda kan udah bilang tunggu sebentar, tadi kan udah janji juga.." Kataku bersungut-sungut

"Maaf bunda.."Sahut Khanza ketakutan

"Hey dan anda, entah siapa nama anda dan anada berasa dari pelanet mana saya tidak peduli. Yang pasti jangan pernah sok akrab sama anak-anak yang baru di kenal apa lagi pada ini anak  saya. Jangan berharap anda bisa dekat-dekat dengan anak saya. Bisa saja, ada niat jahat di diri anda buat anak saya--" Tukasku kesal. Berapi-apai... Jangan sekata-kata ganguin anak aku kalau nggak maulihat tandukku muncul dari sisi kepaluku.

Laki-laki itu terdiam. Sudah cukup aku marah pada laki-laki tak bernama ini... Setidaknya apa yang aku lakukan sudah membuatnya malu. Biarin, makanya jangan macam-macam sama Rania.

Hey I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang