Satu

9 0 0
                                    

Aku masih memencet tombol foto coppy yang ada di hadapanku. Karena ada beberapa berkas yang harus aku foto coppy sebelum aku menyerahkan pada buk Susan sebagai chief financial offer. Sebenarnya paling males kalau harus berurusan sama ni ibuk-ibuk. Udah wajahnya model judes dan kalu ngomong nyerocos aja bikin hati yang denger pegel. Sumpah nggak ada enak-enaknya kalau berurusan sama dia.

"Heheh muka di tekuk gitu kenapa?" Suara Cempreng Ayu tedengar, dia bersender di dinding dengan tangan terlipat di depan perut seperti tengah memperhatikan aku. Mirip cicak yang lagi nempel di dinding diam-diam merayap dan datang seekor nyamuk hupppp lalu di tangkap.

"Cekk males--Oh iya, elo yakin mau keluar dari perusahaan ini?" Mataku memicing sedikit mengiba kalau ni anak ngurungin niatnya buar resigen dari kantor ini 

"Yakin. Gue mau jadi isteri solehah Ran yang ikut mas Wahyu ke aceh dan jadi isteri baik buat dia, lagian apa gunanya gue jadi isteri kalau nggak bisa di hangatin ama suami..." Mata Ayu mengerjab centil membuatku ngeri, karena ternyata libido sexnya jauh dari apa yang aku bayangkan.

"Dan gue gimana, masak elo tega sih?" Aku sedikit mengkerucutkan bibirku

"Ya--Gimana lagi makanya buruan nyarik cowok, elo udah banyak yang naksir malah nggak mau.."

"Emang gampang carik cowok... Iya kalau carik daleman mah gampang tinggal mecingin atas sama bawah dengan ukuran pas, udah di beli. Lagian gue males cari cowok Ay. Elo lihat ajah Khanza, kalau mau sama gue mungkin banyak tapi yang tulus sama anak gue rasanya nggak ada! "

"Bukan nggak ada tapi masih belum ketemu ajah. Ehh elo tahu kalau Pak Saka naksir berat sama elo---Jabatannya udah manajer bok di kantor ini. Dia kan juga duda jadi gue rasa elo cocok sama dia"

Aku mencubit lengak Ayu kecil dan membuatnya mengadu kesakitan.

Membayangkan nikah sama Pak Saka ajah udah ngeri. Perutnya buncit dan kepalanya botak yang ada si Kampret Fadli bakal ngetawain aku habis-habisan dan itu tidak akan pernah terjadi.

"Amit-amit" kataku ngeri sambil mengetok-ngetok mesin foto coppy dengam bagian depan telunjukku.

"Hahaha, kenapa wajah elo?"

"Sialan elo, masak gue nikah sama pak saka yang ada dia bakal kenak setrok pas malam pertamanya sama gue"

"Kok bisa?" Mata Ayu memicing sedikit berfikir.

Memang telminya kadang kumat di saat yang tidak tepat, dan semoga saja Mas Wahyu betah bakalan nikah sama cewek model beginian.

"Ya lah. Lihat tuh model Pak Saka dan lihat model gue?"Aku mondar mandir seolah-olah aku tengah melakukan Fahsion show

"Iya juga, tapi dia banyak uang Ran"

"Kampret elo" Sekali lagi ku cubit lengan Ayu

"Hemmm"Terdengar suara Buk Susan berdeham

Aku dan Ayu sama-sama diam. Kami hanya saling menatap satu sama lain.

"Masih jam kerja, tingkahnya kayak anak Tk aja. Rania segera selesaikan tugas kamu jangan bercanda terus " katanya dan segera berlalu pergi.

"Yang model begituan yang cocok sama pak Saka--Lagian mana ada orang yang mau nikahin dia bibirnya ajah pedes kalau ngomong" Bisikku pada Ayu dan hal itu membuat Ayu ngakak keras-keras.

Buk Susan yang tadi sudah hendak pergi menghentikan langkahnya.

"Kalian ngetawain saya?" Tanya buk Susan sinis

"Ohhh engak buk, ini Ayu dapat chat dari calon suaminya jadi dia kesenengan makanya ketawa. Lagian siapa yang berani ngetawain ibu, iya kan Ay?"

"iya buk" Angguk Ayu cepat

"oke--- Oh iya Rania 10 menit lagi semua berkas keuangan yang saya butuhkan sudah ada di meja saya"

"iya buk susan" Anggukku cepat

Buk Susan menggeleng-gelengkan kepalnya dan segera berlalu pergi.

Ih memang si perawan tua yang satu itu bikin gondok dan males lihatnya. Bayangkan lama-lama aku satu ruangan sama dia keluarnya aku sakit mata, makanya kalau dapat pekerjaan dari Buk Susan secepat mungkin aku selesaikan. Mungkin poinnya di situ makanya aku sempat jadi karyawan terbaik di kantor ini.

"Tuh lihat. Apa yang akan terjadi sama hidup gue kalau gue tinggal di sini tanpa elo Ayu"

"Elo yang sabar Ran. Inget cicilan rumah dan mobil elo masih belum lunas jadi kalau hanya buk Susan libas aja--- Semangat Rania sayang" Ayu memberiku semangat " Oh iya ini undangan gue udah jadi, dan jangan lupa elo harus datang tepat waktu dengan baju Bridesmaid yang gue udah siapkan buat elo dan Khanza"

"Pasti. Ini kan gue jadi sedih lagi kalau ingat kayak gini bakal terjadi Ay " Aku memeluk Ayu, dan tanpa sadar air mataku jatuh gitu aja.

Aku dan Ayu kali ini berpelukan erat rasanya pengen nangis. karena tingal beberapa hari lagi aku akan berpisah dengannya. Padahal semenjak SD sampai saat ini aku dan Ayu selalu bersama.. Iya selain keluargaku, ada Ayu yang akan selalu memberi semangat di saat badai rumahtanggaku karam waktu itu. Teman curhat yang baik dan sekarang malah aku akan kehilangan dia..Rasanya nggak rela, tapi benar kata Ayu nggak mungkin dia di sini sementara suaminya di aceh.

                          ****
Aku dan Khanza sudah mengenakan gaun Bridesmaid berwarna pale green berbahan satin dan ada tambahan kain brukat di bagian dada. Panjang gaunnya selutut sangat kontras dengan kulit putih kami.

Khanza memilih menggunakan headband rajut bunga mawar di kepalanya sebagai pelengkap. Sedangkan aku menggunakan model rambut rambut yang di kepang keselahsatu arah dan ujungnya di gulung di belakang telinga dan tinggal menggunakan  jepitan sunghuh simpel tapi masih terlihat cantik.

Sekalilagi ku poles bibirku dengan lipstik terang menyala menonjolkan betapa sexsinya bibirku---Dan ternyata tuhan memang menciptakanku begitu sempurna ahhh terimakasih tuhan atas anugerah ini.

"Mbok, Rania sama khanza pulangnya agak malam ya---"

Mbok Yum hanya mengangguk. Tadi aku tidak menghadiri akad nikah Ayu karena pekerjaan yang Urgent. Aku hanya menyuruh ibu dan Ayah untuk pergi duluan... Jadi sekarang setidaknya aku dapat menebus kesalahanku datang dia acara resepsi Ayu sampai selesai. Walau nyatanya aku memang telat dan Ayu sedaritadi menelponku sudah puluhan kali walau tidak aku angkat.

Setelahku kira semua beres, aku dan Khanza segera masuk ke mobil. Sekarang giliran Khanza yang merengek tidak jelas karena tadi masih minta di belikan es krim dulu. Sementara resepsi Ayu sudah di mulai.

"Nanti aja ya Nak. Sekarang kita ke tante Ayu dulu di sana banyak es krimnya"

Khanza sudah memanyunkan bibirnya. Aku memang tidak bisa menjadi pawang anakku sendiri..

Setibanya di sana sudah banyak tamu undangan yang datang. Aku segera menggenggam tangan Khanza agar dia tidak terlepas dariku.

Ayu sangat cantik dengan gaun warna senada denganku sedangkan Mas Wahyu terlihat gagah dengan seragam dinas dan lilitan bunga melati di lehernya.

"Selamat.." kataku sambil mencium ke2 pipi Ayu "Maaf harus telat.. Elo tahu sendiri kan kerjaan gue dobel setelah elo keluar" Aku berusaha memperlihatkan manyunnya bibirku pada Ayu.

Ayu juga ikut memanyunkan bibirnya, tetapi sesaat kemudian dia tertawa mendengar gerutuanku.

"foto dulu dong...''Pinta mas Wahyu yang sigap langsung menggendong Khanza.

Kami berfoto dengan beberapa pose. Tentu aku akan sangat merindukan momen-momen seperti ini nanti dan Fixs rasanya semakin ngenes ketika aku masih setia dengan setatus menjandaku, sementara Ayu sudah berubah dari setatus single menjadi menikah. Nyesek sumpah. Rasanya pengen guling-gulin di sini...

Aku membawa turun Khanza dari atas panggu yang di sulap menjadi singgasana Ayu dan Mas Wahyu untyk malam ini.

"Nak--- Bunda ke toilet dulu ya? Khanza berdiri di sini, jangan kemana-mana ini banyak orang. Soalnya nanti kalok Khanza hilang bunda repot.."

"oke bunda.." Khanza memperlihatkan ibu jarinya padaku

"Janji?" Aku mengangkat kelingkingku dan menautkan di kelingking mungil milik Khanza. Setidaknya itu yang sering kami lakukan ketika sudah berjanji.

Hey I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang