Empat

6 0 0
                                    

Minggu yang cerah, tetapi kali ini aku tidak boleh bangun siang karena aku harus pergi ke rumah Ayu untuk menepati janjiku semalam.

Hampir pukul 08:00 Wib. Cahaya matahari sudah menyeruak masuk ke dalam kamarku melalui korden transparan penutup jendela kaca yang berbingkai kayu jati. Korden berwarna putih itu bermotif bunga-bunga berwarna ungu yang ada di sisi tempat tidur.

Kadang aku juga heren kenapa aku suka sekali dengan warna ungu, sampai semua perintilan dengan nuansa ungu pasti aku beli. Seperti dekorasi yang aku pilih untuk kamarku ini yang memang sengaja aku cat dengan warna ungu ber kombinasi abu-abu, kata orang-orang warna ungu itu memang identik dengan warna janda.. Padahal nyatanya warna ungu itu mencerminkan ketenangan, sportifitas dan penyayang. Jadi jangan pernah berfikir negatif pada orang yang menyukai warna ungu. Sedikit saja aku jelaskan tentang warna kesukaanku itu.

Mataku masih memicing dengan hiasan kotoran mata di ke 2 sudut mataku. Malas bangun rasanya pengen tidur lagi, apalagi Khanza dan Mbok Yum pagi-pagi sekali sudah di jemput Ayah dan ibu katanya hari ini mereka akan jalan-jalan ke pantai.

Terkadang mereka sangat menyebalkan ketika tega meninggalkanku sendiri dengan alasan mobil yang kecil hanya muat 4 orang, padahal nyatanya ibu memang malas mengajaku karena aku seenaknya sendiri ketika aku merasa bosan pasti akan meminta mereka untuk pulang dan melarang mereka makan yang aneh-aneh padahal aku tahu kecing manis Ayah yang sering kambuh, dan darahtinggi ibu yang kadang tidak dikontrolnya. Mungkin mereka lebih aman pergi dengan cucunya dari pada mengajak anaknya sendiri.

"Buk Rania, buk Rania---" Terdengar suara ketokan paga di luar.

Aku bergegas  bangkit dari pembaringanku dan sedikit menengok dari jendela karena dari sana aku bisa melihat tamu dengan jelas.

Ku lihat ada beberapa ibu-ibu komplek yang tengah mengetok pintu pagarku yang tingginya hanya sepinggang dengan kencang. Disana juga terlihat buk Rt dan mereka semua sudah siap dengan pakayan aerobik mereka.

Lah emak-emak ini pada mau ngapai ??pagi-pagi udah berpakayan kayak gitu, bikin sakit mata yang lihat, padahal lipatannya udah kayak kue lapis.

Aku segera bergegas keluar karena aku yakin kalau aku tidak nongolin muka barang semenit mereka pasti tetap menggedor-gedor pintu pagarku sampai aku keluar.

Masih dengan muka tidur dan rambut yang di ikat caplok asal aku keluar menemui ibu-ibu itu.

"Iya buk---kenapa ya?'' Tanyaku sok cuek dengan penampilanku yang masih menggunakan romper pendek sedikit membuatku terlihat sexsy dan mengexspos bagian paha dan kaki jenjang ku.

Ibu-ibu itu saling menatap. Mungkin mereka heran karena melihat si janda beranak satu ini keluar dengan berpakayan sexsy seperti itu, takut kegaet kali bapak-bapaknya.

"Ehhh buk Rania, nggak terlalu sexy itu buk bajunya.?" Salah satu ibu-ibu itu menceletuk ketika tadi mereka sama-sama diam dan hanya memperhatikan aku.

Aku menggerutkan keningku. Wahh ni ibu-ibu pagi-pagi udah mau cari masalah kali ya, lagian siapa suruh bertamu pagi-pagi.

"Ehh maksud kami, buk Rania belum siap-siap kita kan ada acara senam aerobik buk pagi ini di lapangan..?" Potong Buk Dina cepat. Wanita berhijab yang tak lain adalah buk Rt itu kini memperlihatkan senyum ramahnya padaku.

"Loh kok saya nggak tahu..?"

"Surat edarannya kemarin pak Rt yang ngantar" Sahut Buk Dina

Aku menghela nafas. Pasti ini si mbok lupa bilang.

"Ayok buk..."kata buk Dina "Biar saya tungguin.."Sambung buk Dina lagi.

Harusnya aku nggak usah keluar rumah kalok begini ceritanya. Pengennya libur dan pergi ke rumah Ayu nah ini malah di ajakin aerobik jadi mundur ke rumah Ayunya agak siangan.

Hey I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang