Enam

2 0 0
                                    

" Saya seorang janda dengan satu anak tante!" Lirihku, berharap wanita separuh baya ini tidak memperpanjang pertanyaannya karena memang sudah aku buat jawabanku sesingkat mungkin agar tidak ada pertanyaan lanjutan.

"Bagus. Bagimana kalau kamu ibu kenalkan dengan anak ibu?"Katanya antusias

Tunggu, aku yang kebentok tanah kenapa malah jadi ibu-ibu ini yang rada aneh dengan menawarkan anaknya padaku.

" Anak ibuk cakep loh nak. Rasanya wanitan sebaik kamu ini cocoknya ya sama anak ibuk yang baik dan ganteng! " Senyumnya terukir sehingga tak ada lagi wajah cemas di wajahnya.

"Mau ibu kenalkan? Sebentar lagi dia akan menjemput ibu ke sini, dan biar kami yang mengantar kamu ke tempat tadi.."

MATI--- kalau ini sebuah perjodohan dadakan aku tidak mau, bisa aja seorang ibu selalu memuji dan membanga-banggakan anaknya di depan orang banyak walau pada kenyatannya wajah tidak sebagus yang di ceritakan. Iyuhhh, dan aku tidak mau itu. Lagian untuk saat ini tidak ada pernikahan yang terbersid di dalam pikiranku.

Phonselku berdering, ku lihat nama ibu di sana... Untuk kali ini setidaknya aku terselamatkan kali ini.

"Hallo buk...?"

"Khanza tiba-tiba panas Ran, kamu di mana sekarang..Apa kamu masih di kantor? kalu iya bisa pulang lebih cepat?" kata ibu dengan rentetan pertanyaan di sebrang.

"Iya, ini Rania langsung ke rumah ibuk! " Sahutku dan mengakhiri percakapan kami " Tante rasanya saya harus pulang duluan anak saya demam, maaf kalau saya tidak bisa menunggu anak tante.."

"Tidak apa-apa, tapi kita tebus dulu obat kamu ya nak.." Kata wanita separuh baya itu.

Dia masih mengenggam tanganku dan terakhir meminta nomor phonselku untuk di simpannya.

"Nahhh itu nomor ibuk, di simpan ya... Cobak anak ibu lebih cepat datangnya pasti dia bisa bertemu dengan kamu " Wanita itu mengusap pipiku lembut.

"Lain kali tante.. Iya saya akan menyimpan nomor Tante..." Ucapku sambil menyimpan nomornya.

"Nama saya Winda.. Tetapi jangan panggil tante lah, panggil ibu saja, kan kamu calon mantu ibu...Insyaallah" Katanya dengan senyum lebar.

Aku tersenyum simpul dan segera mencium tangan tante Winda sebelum berlalu pergi untuk menyetop sebuah angkot menuju tempat dimana tadi aku meninggalkan mobilku.

Di tengah jalan tiba-tiba ada chat masuk.

Tante Winda : Kapan kita bisa bertemu lagi sekalian bawa anak kamu Ya??

Entahlah apa yang di inginkan Tante winda, hidupku sudah sangat kacau hari ini jadi aku tidak ingin menambahnya semakin kacau lagi.

Me : Nanti Rania kabarin Tante..

Tante Winda : Iya jangan lama-lama kalu ada apa-apa sama kamu segera hubungi ibu, dan satu lagi jangan panggil Tante.

Aku hanya tersenyum miris, bagaimana jika anaknya benar-benar ganteng dan Kayaraya.. Mumajir jika mengabaikan yang seperti itu, tetapi jika kebalikannya malah aku nanti yang apes. Ohhh tuhan bagimana ini..??

"Loh..loh kenapa kepala kamu Rania?" Tanya ibu ketika membukakan pintu rumah untukku.

Aku segera mencium tangan ibu dan Ayah bergantian sebelum duduk di sofa ruang tamu.

"Jatuh tadi, Rania agak meleng! " Bohongku

"Kebiasaan makanya hati-hati Rania" Semprot ibu

"Iya, nanti lebih hati-hati..Oh iya Khanza gimana apa perlu kita bawak ke dokter?"

Hey I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang