Tujuh

1 0 0
                                    

Tidak... Aku harus tepis-tepis pikiran itu. Ini dunia nyata bukan sinetron yang tiba-tiba ceritanya si gembel bertemu dengan cowok kaya dan di nikahi. Setelah itu hidup bahagia di rumah mewah,  mereka punya anak terus tamat. Gila, bikin baper kan tuh cerita....

Phondselku berdering ku lihat nama Ayu terpampang di layar phonselku. Buru-buru aku menjawab panggilan Ayu.

"Assallamualaikum"

"Waalaikum salama. Rania gimana wawancara elo?" Tanya Ayu kepo di sebrang sana.

''Ini ajah baru kelar"

"Di terima?''

"Iya---Gue kan pinter... Kalau elo mungkin nggak akan keterima di perusahaan ini" Aku tersenyum getir ketika kalimat itu meluncur dari bibirku. Sebenarnya aku merasa takut apa lagi aku sudah pernah menuduh pemilik perusahaan ini pedofil. Dan kejadian waktu itu di minimarket juga. Pasti Pak Rafif sangat dendam padaku makanya dia menerimaku tanpa aku harus susah-susah ikut tes wawancara.

"Sukur deh---Gue kira elo bakalan jadi pengangguran selamanya" Tawa Ayu pecah di ujung sana

"Sontoloyo elo--"

"Hihihi, terus gimana tadi?" Tanya Ayu masih antusia

Aku masih ingin bercerita banyak pada Ayu , tetapi mataku kali ini tertuju pada sosok laki-laki yang berdiri tak jauh dariku. Dia tengah berdiri di depan kap mobilnya dengan senyum mereka sambil memperhatikan layar phonselnya. Dan sialnya dia terlihat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger sempurna di wajahnya.

"Ran..Rania" Ayu kembali bersuara

"Elo taunggak ternyata laki-laki yang gue tuduh mau macem-macemmin si Khanza,  itu ternyata bos baru gue Ay, padahal gue udah maki-maki dia di depan banyak orang" Ceritaku pada Ayu

"Pas di nikahan gue?"

"Iya, dan tau nggak elo Ay??" Aku menghela nafas dalam "Gue nggak di wawancarai tetapi langsung di terima gitu aja... Gue yakin laki-laki itu pasti dendam banget sama gue. Mencurigakan banget kan?"

"Bukan mencurigakan justeru itu lebih baik. Karena elo nggak usah repot-repot buat wawancara tetapi langsung di terima kerja--"

Nah, kan----Aku sudah bilang apa, kayaknya otak Ayu memang sedikit kegeser dari tempatnya. Makanya pikirannya selalu dominan seperti ini. Kadang aku nanyak salah apa aku ya, kok punyak sahabat begini bangegt..

"Ya---Terserah elo deh!" Aku nyerah jika berdebat dengan Ayu karena ujung-ujungnya pasti nggak nyambung.

"Tapi tunggu deh Ran, cowoknya kayak apa. Maksud gue perawakannya gimana siapa tahu gue ingat dia?"

Aku diam dan mendengus kesal. Sama nomor Phondselnya sendiri ajah Ayu lupa apalagi inget sama para tamu undangan yang menghadiri resepsi pernikahannya. Kimat kali dunia kalau Ayu berhasil ingat itu semua.

Mati. Dia sekarang natap aku. Mungkin sadar kalau kami tengah membicarakannya.

"Yu---Dia nyamperin gue, mampus. Apa yang harus gue lakuin Yu?" Tanyaku pada Ayu yang juga terdengar ikut heboh di sebrang. Aku mengalihkan pandanganku. Rasanya pengen sajah nenggelemin diri ke dasar bumi kalau kayak gini.

"Hehmm" Pak Rafif berdeham

Aku gelagapan, tanpa aba-aba aku langsung mematikan sambungan telponku dengan Ayu dan pasti anak itu akan mengataiku habis-habisan setelah ini..Tapi bodoh, aku malah rasanya pengem cepetan-cepat kabur dari tempat ini sekarang.

"Dunia ternyata sempit ya?" Kata Pak Rafif padaku dengan gaya colnya.

Dan sumpah, ini tuh bikin silau mata. Rasanya mata hari menatap sinis kepadaku, nggak ikhalas karena cowok setampan Pak Rafif mendatangiku. Ngidam apa sih pak mamanya dulu kok tampannya kebangetan..??

Hey I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang