4. Setapak

3 0 0
                                    



Melihat gumpalan salju tipis menyelimuti rerumputan kering di pinggiran sungai membuat tanganku terasa kosong. Butirnya terkikis sedikit demi sedikit, menghilang di arus tenang Sungai Edo. Tinggal menunggu waktu hingga selimut putih usang itu tergerus habis. Aku ingin mengabadikannya.

Seseorang pernah berkata padaku. Fotografi adalah cara baru yang diperkenalkan teknologi untuk merasakan keabadian. Dengan memotret, kau bisa mencuri kepingan kecil sebuah momen berharga untuk kau lihat lagi suatu saat, bahkan ketika objek itu telah tiada.

Aku mengaminkan perkataan itu dalam hati. Sekeras apapun berusaha, kenangan itu tetap kembali. Alih-alih hilang, ia hanya mengendap di dasar memori, mencuat tanpa permisi. Tak peduli seberapa dalam aku menguburnya. Mungkin dari awal melupakan memang bukan pilihan, melainkan keegoisan. Bagi mereka ataupun diriku sediri.

Kali ini, aku akan membayarnya dengan layak.

Selesai memesan taksi, kakiku melangkah menuju lahan parkir yang berada tak jauh dari tempatku beristirahat. Hatiku telah menemukan tempat persinggahan selanjutnya. Dan aku akan terus menggikutinya. Setidaknya, hingga kepalaku mampu berpikir jernih.

Setelahnya, kubiarkan kakiku terus berjalan bersama roda-roda yang bergemeletuk di belakangku, melibas permukaan jalan setapak yang kulewati.

***



image source : commons.wikimedia.org

Hana ga Saku Toki [When the Flowers Bloom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang