Dua tahun terhitung sudah umur pernikahan mereka. Namun selama itu pula Jongho harus menahan dirinya yang menderita.
Choi San, laki-laki tampan yang menjabat sebagai suaminya itu kerap membawa pulang perempuan yang berbeda setiap harinya.
Terkadang Jongho muak dengan semuanya. Tapi mengingat ini semua keinginan terakhir ayah dan ibunya yang menginginkan dirinya menikah dengan San. Laki-laki cantik ini akhirnya memutuskan untuk bertahan lebih lama, demi ayah dan ibunya. Walaupun kebahagiaannya yang menjadi taruhan.
Malam ini, seperti malam malam sebelumnya, San membawa perempuan lain pulang. Jongho terlampau hapal wajah perempuan yang suaminya bawa pulang. Choi Yena, kakak sepupunya.
Cukup. Jongho muak.
Tanpa basa-basi, Jongho melewati keduanya yang tengah berbincang tidak jelas dengan San yang setengah mabuk. Menaiki tangga menuju kamarnya dan sang suami yang jarang di tempati. Memasukan satu persatu pakaiannya ke dalam koper.
Jongho masih mempunyai harga diri. Ia tidak ingin di perlakukan seperti ini.
San menyadari keberadaan suaminya dengan koper hitam besar yang ia bawa. Sontak San beranjak dari duduknya, menahan lengan Jongho yang sudah akan pergi.
"Lepas." Ucapnya tanpa memandang wajah San.
San mengernyit, "Kamu mau kemana?" Tanya San dengan intonasi nada rendah. Seperti menahan amarah, yang membuat Jongho sedikit gentar.
"Bukan urusan kamu, lebih baik kamu temenin kak Yena."
Cengkraman San pada pergelangan tangan Jongho semakin mengeras. Menandakan bahwa dirinya benar-benar marah.
"Masuk kamar."
Jongho menggeleng dengan keberaniannya yang tersisa, "Ga.. Aku mau pergi."
"Masuk ke kamar, Choi Jongho. Sekarang."
Mau tidak mau Jongho kembali ke kamarnya. Duduk di pinggiran ranjang seraya menekuk lututnya, menenggelamkan wajahnya dan menangis terisak.
Jongho lelah. Ia muak.
San tidak pernah mengerti perasaannya. Jangankan perasaan, rasa-rasanya menganggapnya ada pun tidak. Mungkin San menahan Jongho pergi karena tidak ingin di marahi oleh ibunya.
Pintu di buka, tapi Jongho masih enggan mengangkat wajahnya. Cukup lama ia menangis, dan tidak ada suara lain selain suara isakannya yang tersendat karena terlalu lama menangis.
Laki-laki cantik itu mendongak, ada suaminya yang berdiri seraya menatapnya.
"Udah nangisnya?" Tanya San.
Jongho menenguk ludahnya kasar. San terlihat menyeramkan. Rahangnya mengeras dan urat-urat tipis di pelipisnya timbul.
San berjalan mendekat, duduk di samping Jongho yang masih menormalkan nafasnya.
Tubuh Jongho mematung kala Dan membawanya ke dalam pelukan paling hangat yang ia rasakan selain pelukan ayah dan ibunya. Ragu-ragu Jongho mencoba membalas pelukan San. Persetan dengan harga dirinya kali ini, Jongho membutuhkan sebuah pelukan menenangkan.
"Maaf, maaf." Ucapnya berkali-kali sembari mencium pucuk kepala Jongho.
"Maaf, selama ini aku bodoh banget nyakitin hati kamu.."
Jongho masih diam. Membiarkan suaminya mengeluarkan semuanya.
"Aku nyesel, tolong jangan tinggalin aku." Dan suara isakan lain mulai terdengar, samar.
Choi San, suami iblisnya itu menangis di hadapannya. Setelah mengatakan bahwa ia menyesal dan memintanya untuk jangan meninggalkannya.
"Tolong maafin aku, Ho." Pintanya dengan tatapan memelas.
San bangkit, bersimpuh di hadapan Jongho. Menggenggam tangan yang lebih mungil, menatap Jongho penuh penyesalan. "Aku mohon.. Aku janji bakal berubah, aku janji bakal jadi suami yang lebih baik. Tolong maafin aku."
Jongho menghela nafas panjang, "Aku maafin kamu mas, tolong berdiri."
"Tolong jangan kecewain aku lagi, ini kesempatan terakhir kamu."
𝗮/𝗻:
Ueue aku oleng mulu dari yungi ke san, kayanya ga mungkin kalo ngestan ateez tapi ga pernah oleng sksk
Choi San hair pink bener beber bencana buat atiny tukang oleng kaya aku:"(
KAMU SEDANG MEMBACA
our little | choi jongho.
Fanfiction#bxb. please read the desc. oneshoot, twoshoot special edition harem! jongho. can request 'bout the pair. kindly send me a message on dm or write on com...