Chapter 12 : The biggest scar

1K 168 3
                                    

hayy walau ini rada memaksakan tapi nanti insyaallah saat revisi uthor akan perbaiki. enjoy.

.

.

Kata Madam Pomfrey, luka di bahu Anne tak bisa sembuh secara instan. Ya memang masih bisa langsung disambungkan lagi daging dagingnya namun jahitannya tak akan cepat kering dan meninggalkan bekas. Anne hanya mengangguk mengangguk saja. Lagian Anne juga masa bodoh dengan hal itu. Setelah selesai diobati Anne langsung menuju ke ruangan Prof.Dumbledore.

"Professor, semalam Bellatrix mendatangiku." Anne langsung tanpa babibu mengatakan maksud kedatangannya.

"Ya, terlihat dari luka itu Anne." Prof. Dumbledore mengangkat sebuah kertas.

"Juga surat ancaman ini." Prof. Dumbledore membaliknya.

"Apa apa an surat itu?!" Anne protes setelah membacanya.

"Sudah jelas Anne, mereka ingin kau membangkitkan era kejayaan Voldemort. Dengan dirimu yang mempunyai kekuatan setara tuan mereka, kau sudah pasti bisa membuat hal itu tak mustahil." Prof.Dumbledore menjelaskan. Sebelum sempat menajwab Prof. Dumbledore berbicara lagi.

"Dan tentu saja jawabanmu tidak kan? berarti kita harus mengambil pilihan melawan para death eater atau kita harus memilih mereka mengobrak abrik dunia sihir, dan mau tidak mau kita harus melakukan perang itu, disini. Hogwarts. Kita diberi waktu seminggu untuk bersiap siap Anne. Dan semoga saja itu cukup. Anne kau juga salah satu harapan kami, kalau kau bisa mengendalikan sepenuhnya kekuatanmu maka sebanyak apapun Death Eater yang datang....Kita bisa menang." Prof. Dumbledore mengedipkan mata.

Sekarang Hogwarts sedang sibuk. Berita bahwa Anne adalah putri Voldemort tak lagi sebuah rahasia. Memang awalnya Anne dicemooh dan diejek, namun pada akhirnya dia berhasil membuat para penyihir percaya bahwa Anne adalah anak baik baik. Dan hanya untuk meyakinkan orang orang memerlukan waktu 3 hari. Sekarang waktu semakin menipis tersisa 3 hari....Anne tak benar benar yakin dapat menyiapkan segalanya. Untungnya bala bantuan datang. Anak anak dari angkatan Harry dan Angkatan Kembar membantu. Tapi walaupun sekarang Hogwarts terlihat sangat penuh oleh orang orang kuat dan juga dilapisi banyak mantra, Anne tetap merasa gelisah entah mengapa.

"Anne?" Molly (okey biar ga susah) memanggil Anne halus. Anne yang kelihatannya masih melamun tidak menjawab panggilan ibunya itu.

"Anne." Sekali lagi dan Anne baru menoleh.

"Iya ibu?' Anne menjawab

"Kenapa kau melamun begitu?" Tentu saja sebagai ibu yang perhatian, Molly mencemaskan keadaan putrinya itu.

"hmm? tak apa bu." Anne tersenyum, yang kelihatan sekali dipaksakan.

"Anne...kau tak perlu terlalu khawatir tentang semua ini." Molly mengelus lutut Anne.

"Bagaimana tidak ibu...tinggal 3 hari aku harus menghadapi para penyihir hitam." Anne memasang raut muka resah.

"Kami disini untuk melindungimu Anne." Molly sekali lagi meyakinkan Anne.

"Aku takut kehilangan orang yang kucintai bu." Anne menutup mukanya dengan telapak tangan.

"Anne orang yang mencintaimu pasti takut juga kehilangan mu." Molly menguatkan hati Anne. Inilah bukti bahwa Molly benar benar menganggap Anne adalah putri kandungnya. Molly bisa menguatkan hati Anne berkali kali, hanya untuk memastikan anaknya itu tak merasa takut. Molly bahkan jika dibutuhkan bisa memberikan hidupnya untuk anak perempuannya itu.

"Aku sangat menyayangimu, Anne. Kau satu satunya yang tahu apa maksudku." Ginny datang dan duduk bersandar ke kaki Anne. Anne menjauhkan telapak tangannya.

"Yah..kau lebih baik daripada Ginny." Ron juga datang dan duduk di sisi lain kaki Anne. Langsung saja 2 anak paling kecil di keluarga itu saling bertarung. Anne terkekeh melihat kelakuan 2 adiknya itu.

"Kau adalah adik kami yang paling tidak petakilan Anne." sebuah kejutan ketika ternyata Percy, Charlie, dan Bill ada disana juga. Anne langsung melakukan toss dengan mereka.

"Dan tentunya kau adalah seseorang yang paling berharga di hidup kami." Si kembar datang bersamaan dengan Arthur. Keluarga itu saling berpelukan, diam seakan saling berbicara lewat pikiran. Anne benar benar sangat menyukai kehangatan keluarga itu. Bukan hanya rambut mereka yang menyala namun kasih sayang mereka untuk satu sama lain juga sangat membara. Anne benar benar bersyukur dirinya dibesarkan dalam marga "Weasley". Tak terasa Anne menangis dalam diam, dia sedang menguatkan hatinya untuk menghadapi apa yang akan segera datang.

.

.

wahh 3 hari lagi uthor mah lagi siap siap ke tukang pijit. Tangan uthor pegel dan sekarang sering typo huhu:3

I am Weasley ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang