15. Berkunjung

22.5K 1.1K 25
                                    

Suasana kini cukup hening, hanya terdengar suara isakan Aqilla yang menunggu jawaban dari David atas permintaannya.

"Oke!"

Deg!

Jawaban itu seketika membuat jantung Aqilla berhenti berdetak sepersekian detik, ia menatap kekasihnya ralat, mantan kekasihnya itu dengan tatapan tak terbaca, air matanya mendadak tak bisa berhenti keluar dari netranya.

"AYAH BUNDAAA HUAAAAA!" tangisan dan teriakan Aqilla cukup menggema di kamar gadis itu setelah beberapa detik ia mencerna jawaban dari David, Aqilla menangis keras dengan mata yang kini menutup, sangat sakit.

Melihat Aqilla yang kini menangis dengan begitu sesenggukan, wajah yang basah juga memerah membuat laki-laki itu tak tega, namun tak urung ia mengembangkan senyum kecilnya.

David merengkuh tubuh kecil gadisnya untuk ia bawa ke pelukannya, ia mengusap-usap punggung Aqilla berharap kekasihnya segera tenang.

"Jahat!" Jerit Aqilla saat ia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang milik David, tangannya yang melingkar di pinggang laki-laki itu kini memukuli tubuh bagian belakang David, menyalurkan kekesalannya.

"Maaf!" Lirih David, ia mengecup beberapa kali pucuk kepala Aqilla yang masih memeluknya, lebih tepatnya ia yang tidak ingin melepaskan pelukan Aqilla.

"Aku tau aku salah," ungkap Aqilla dengan tangisan yang mulai reda meskipun kini ia berbicara dengan sesenggukan, "Aku minta maaf!" lanjutnya.

"Tapi kenapa kamu juga gak minta maaf? Kenapa malah makin nyalahin dan nyudutin aku? Kamu jahat, Dev!" cercanya yang kini malah membuat tangisannya kembali terdengar keras.

David terdiam mendengar ucapan kekasihnya itu, ia mengusap surai panjang milik Aqilla sambil termenung. Benar, tak seharusnya ia melimpahkan semua kesalahan pada gadisnya, karena bagaimanapun semua kejadian ini melibatkan dirinya.

"Aku sedih banget kamu gak ada kabar beberapa hari ini, tau kabar kamu cuma dari temen-temen," Aqilla mendongak untuk melihat ekspresi David saat ini, ia melonggarkan pelukannya, "Emangnya kamu gak kangen aku apa?"

David tersenyum tipis, ia menatap Aqilla yang kini juga menatapnya dengan sendu. David mengecup kening Aqilla dengan sayang, "Maafin aku!" bisiknya di sela-sela kecupan tersebut.

"Kamu sebenernya kenapa?" Tanya Aqilla saat David mulai menjauhkan wajahnya dan kembali menatapnya, "Kamu gak pernah semarah ini tentang Raka," lanjutnya.

Aqilla melepaskan pelukannya, ia membawa kekasihnya itu untuk duduk di sofa yang ada di sana, "Aku marah perihal cewek yang deketin kamu itu udah biasa kan? Kita juga sering debatin semua orang-orang yang deketin kita, tapi kenapa sekarang kamu bisa semeledak ini?"

Lagi-lagi David tersenyum tipis, ia mengusap surai panjang milik Aqilla, kebiasaannya, "Maaf, La! Akhir-akhir ini di osis lagi banyak masalah, aku pusing banget ngadepinnya, ditambah lagi liat Raka setelah kejadian di pasar malem waktu itu yang bertingkah seolah gak terjadi apa-apa, aku kira dia bakal menjauh dari kamu, gak bakal deket-deket kamu lagi."

"Semuanya di luar kendali aku, Dev. Perihal Raka yang masih deketin aku itu juga bukan kemauan aku," Aqilla menyenderkan punggungnya pada beanbag, "Waktu aku nge gep kamu bareng Anna di parkiran, sebelumnya aku sempet ngobrol sama Raka tentang kejadian malem itu." Jelas Aqilla yang membuat David mengerutkan keningnya bingung.

"Aku jelasin semua ke dia tentang hubungan kita, semuanya! Di akhir, Raka minta ke aku untuk gak nyuruh dia buat ngejauh, Raka mastiin bahwa ke depannya dia bisa jaga sikap buat ngehargain kamu sebagai pacar aku, aku oke in karena kamu tau sendiri dari awal dia selalu bareng-bareng sama aku, Fanny, Nasya. Temen Raka cuma kita bertiga, Dev."

With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang