kemaren koeun, sekarang yeri.
•°•°•
"Sayur asemnya dari siapa? Enak."
Joy menuang sayur asem yang dia panaskan tadi ke mangkok berukuran sedang. Yeri membantunya dengan menyiapkan peralatan makan.
"Omanya Haechan. Tadi Haechan sempet mampir kesini, mau nganterin temennya pulang."
Joy dan Yeri duduk berhadapan di meja makan. Setelah mengucapkan doa mereka makan dengan tenang.
"Yer, Teteh mau tanya jawab jujur, ya?" Tanya Joy setelah makanan mereka habis.
"Apa?"
Joy menatap lekat adiknya itu. Hidup bersama adiknya selama 18 tahun membuat Joy hafal gerak gerik adiknya itu. Ditambah enam tahun belakangan mereka hidup berdua lantaran Ayah mereka dinas di pulau seberang dan mereka tidak ingin ikut. Setiap sebulan sekali mereka akan pulang untuk menengok dua anak gadisnya.
"Haechan uda mulai ada ketertarikan sama kamu?"
Yeri menunduk lalu menghela nafas pelan lalu menggeleng. "Kayaknya dia ngga bakal suka sama aku, Teh."
"Kenapa kamu bisa bilang gitu?"
Yeri tahu Haechan tidak membalas perasaannya. Pandangan pemuda itu kepada Yeri seolah mengatakan jika dia menganggap Yeri sebagai seorang kakak yang ingin dia jaga dan sayang.
"Harusnya aku ngga nawarin hal bodoh itu ke Haechan aja, ya Teh?"
Hal bodoh itu. Tidak seharusnya Yeri menawarkan itu kepada Haechan. Sekarang dia terjebak karena perkataan bodohnya itu.
Masih tercetak jelas di ingatan Yeri saat itu. Saat usianya menginjak sepuluh tahun dia melihat sisi terapuh Haechan.
"Haechan kenapa murung? Ngga suka sama puding yang kakak kasih?" Si surai coklat menggeleng.
"Tadi sebelum kesini Ayah sama Ibu bertengkar lagi, terus mereka bilang mau cerai."
"Haechan tau apa artinya?" Yang di tanya menganggukkan kepalanya lesu. "Pisah, 'kan?"
Kepalanya mendongak, mata bambi itu menatap tepat di mata Yeri. "Mending Ayah sama Ibu mukul Haechan daripada pisah. Kasian adek bayi di perut Ibu."
Yeri memeluk Haechan dengan erat. Dia baru tahu jika di balik Haechan yang ceria ternyata ada Haechan yang suka kena imbas dari pertengkaran kedua orangtuanya.
"Haechan jangan sedih, ya? Masih ada Mama, Papa, Kakak, Teh Joy, sama Oma yang sayang sama Haechan."
"Haechan mau puding? Tadi Kakak sama Mama bikin, kita makan bareng, ya?" Hibur Yeri.
Yeri tersenyum sendu saat mengingatnya. Janin di kandungan Ibu Haechan tidak selamat karena kekerasan fisik yang Ayah Haechan lakukan, juga karena stres berkepanjangan.
Karena cinta pertama Haechan yang selalu mengumpat bahkan memakinya, karena idola pertama Haechan yang selalu memukulnya, dan karena si peri kecil yang tak sempat melihat dunia membuat Haechan kehilangan sesuatu. Dia kehilangan perasaannya. Haechan tidak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain saat jantungnya berdetak lebih cepat atau bahkan darah yang berdesir karena orang yang dicintai.
Haechan tidak bisa merasakan itu semua saat usia ke sembilannya. Untunglah ada Oma dan keluarga Yeri yang selalu memberinya support.
"Yeri, kamu mikirin apa?" Joy menepuk pelan bahu adiknya saat melihat adiknya melamun saja dari tadi di kasur. Yeri menoleh lalu menggeleng pelan.
"Keinget dulu pas Haechan nangis gegara orangtuanya cerai, sama omonganku yang ngga mikir dulu. Haduh Teh bisa-bisanya aku ngomong ngga difilter dulu." Kata Yeri dengan bersungut.
Joy duduk di samping Yeri lalu mengusap lengannya. "Kamu nyesel uda bilang itu ke Haechan?"
Jika ditanya menyesal atau tidak jawabannya adalah tidak. Dia justru merasa beruntung dan bersyukur.
"Haechan, Eunji suka sama lo tuh."
Yeri bersandar pada Haechan yang sedang belajar untuk ujian kelulusan SMP sementara itu Yeri membantunya jika Haechan tidak mengerti.
"Iya, terus kenapa?" Tanya Haechan kelewat santai.
Yeri terbangun dari posisi menyandarnya lalu memutar badannya menghadap Haechan. "Lo ngga suka gitu sama dia?"
Haechan menutup bukunya lalu berbalik menatap Yeri. "Engga, dan kayaknya ngga bakal."
Yeri menepuk jidatnya, sedikit kesal dengan anak di depannya ini. "Itu Ko Eunji, Haechan! Cewek cantik di sekolah lo, most wanted! Mana keluarga dia kaya lagi, keluarga Ko! Bisa-bisanya lo nolak dia?!"
Haechan memijat pelipisnya lalu menatap Yeri tepat di matanya. Membuat hati Yeri sedikit bergetar.
"Pertama, lo uda taukan gue mati rasa dari kecil. Kedua, karna dia dari keluarga kaya gue males. Ketiga, gue mau ujian kelulusan, Kim Yerin, jadi gue mau fokus ujian dulu."
Yeri mengangguk paham, alasan Haechan cukup masuk akal. Tapi, apakah Haechan benar-benar mati rasa?
"Dari pada lo mikir aneh mending bantuin gue belajar, ujian uda–"
"Gimana kalo gue bantuin lo?"
"Emang harus, 'kan?"
Yeri menggeleng."No, maksud gue, gue bantuin lo biar ngga mati rasa."
Haechan sebenarnya kurang tertarik, tapi apa salahnya di coba? Lagian tidak mungkin seumur hidupnya dia mati rasa.
"Gue bakal bikin lo suka sama orang, terutama cewek dan itu gue." Yeri tersenyum miring menantang Haechan.
Haechan menimang tawaran Yeri sejenak lalu mengangguk. "Okelah, disini ngga ada yang dirugikan. Sekalian bantuin gue biar Eunji ngga suka gue, deal?" Haechan mengulurkan tangannya ke Yeri dan Yeri menjabatnya dengan bersemangat.
"Deal!"
"Kamu uda pernah coba tanya ke Haechan? Teteh kasian sama kalian."
Yeri tersenyum kecut. Kasihan karena Haechan yang mati rasa dan kasihan kepada dirinya yang ditolak oleh cinta keduanya, setelah Ayah Yeri tentu saja.
"Pas itu aku pernah nyoba mancing Haechan, Teh. Aku tanya uda ada feeling ke orang apa ngga sama dia lagi suka siapa. Terus Haechan jawab masih sama kayak dulu."
Joy tidak ingin membodohi adiknya itu dengan kata-kata positif. Joy tahu jika pandangan Haechan kepada Yeri sama seperti Haechan memandangnya. Binar itu memang terlihat senang namun berbeda seperti binar yang Ayah mereka tunjukkan kepada Bunda. Tidak, Joy tidak ingin makin melukai adiknya.
•°•°•
Tbc
kalian ngerasa chapter ini aneh ngga si? :( aku ada banyak ide buat ngelanjutin beberapa cerita tapi pas aku tulis kayak aneh gitu :(
anw, aku mau publish oneshoot, ayo tebak siapa pairnya, nanti aku kasih hadiah hihi
clue; crackpairhave a nice day! (/^▽^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
terlalu tampan ⑅ markhyuck
Humor- on going. ꜥꜤ Original story by me inspired by 'terlalu tampan'. 谷 - sinopsis: Derita seorang Mark Lee yang memiliki wajah terlalu tampan.