『 tujuh 』

3K 506 100
                                    

hai! (◕‿◕)♡

•°•°•

"Di rumah lo ada siapa aja, Chan?"

Haechan memarkirkan motor matic-nya di halaman rumah yang besar. Melepas helm nya lalu meletakkannya di rak helm. Haechan menoleh lalu menunjuk rumah sederhana yang ada di samping kanannya.

"Di sini ada Oma gue, kalo disana," Haechan menunjuk bangunan yang lebih luas dari rumah tadi. "Itu tempat kost punya Oma gue. Lo jangan kesana, ya. Isinya melon semua, bisa di amuk Oma nanti."

•°•°•

Haechan membuka pintu putih dengan perlahan, takut menimbulkan suara gaduh yang akan mengganggu Oma. Haechan menoleh kebelakang dan berbisik kepada Minhyung untuk mengikutinya. Haechan berjalan secara perlahan menuju ruang tv.

"Oma, adek pulang." Haechan bersimpuh di hadapan Oma yang sedang asik menonton telenovela di kursi tua kesayangannya lalu menyalimi tangan keriputnya.

"Sudah pulang? Cuci kaki, ganti baju, terus makan. Oma masak sayur asem kesukaan adek." Haechan berdiri lalu mengangguk.

"Oma, adek bawa temen." Haechan menarik Minhyung. Yang ditarik tersenyum canggung saat Oma Haechan tersenyum lembut kepadanya. Minhyung melakukan apa yang Haechan lakukan tadi. Sebelum berdiri, dia menahan bahu Minhyung. "Namanya siapa, cah ganteng?"

"Minhyung, Oma."

Oma menepuk pelan pundak Minhyung lalu mengangguk. "Yaudah makan dulu sana sama adek, jangan lupa cuci kaki sama tangan dulu."

•°•°•

Sekarang ini Minhyung dan Haechan sedang berbaring di atas kasur, lebih tepatnya Haechan yang hanya berbaring.

"Habis makan jangan tidur, nanti gendut." Kata Minhyung sambil menarik tangan Haechan pelan.

"Biarin gue gendut, ga peduli."

"Itu tuh kurang baik buat lambung lo, Haechan. Sekarang ayo duduk." Perintah Minhyung otoriter. Haechan mencebikkan bibirnya malas. Dia turun dari kasur lalu duduk di lantai dan menyandarkan punggungnya pada tepian kasur. Minhyung mengikuti pergerakan Haechan.

"Hyung."

"Apa?"

"Katanya dari kelas empat SD lo ga pernah keluar rumah kecuali bener-bener penting." Haechan menjeda ucapannya lalu menoleh ke kiri untuk menatap Minhyung. "Lo ga gabut apa di rumah terus?"

Minhyung pun melakukan hal yang sama, menoleh ke kanan untuk menatap Haechan.

"Di bilang bosen sih iya, tapi lama-lama gue nyaman sendiri. Apalagi nyokap sama bokap belikan gue barang biar gue ga suntuk."

Haechan mengangguk pelan. Dirinya melirik jam yang menempel di dindingnya.

"Uda mau jam lima, gue anter pulang?" Tawar Haechan.

"Ngga usah, gue pesen ojol aja."

"Biar gue tau rumah lo, masa lo doang tau rumah gue?"

"Ngga usah, Chan. Gue pesen aja, nanti ngerepotin."

"Ngga ngerepotin."

"Chan–"

"Gue mau sekalian ke kak Yeri, mau tau rumahnya ngga?"

Kalo dikasih tau rumah gebetan siapa yang mau nolak?

•°•°•

"Kak Yeri main, yuk!" Teriak Haechan dari depan pagar Yeri.

"Ngga usah teriak kali." Yeri keluar dari rumahnya sambil menatap sinis ke Haechan lalu bola matanya bergulir menatap Minhyung.

"Eh, Minhyung, hai." Sapanya. Yang disapa turun dari motor Haechan lalu tersenyum kecil.

"Teh Joy ada di rumah?" Tanya Haechan tetap pada motornya.

"Teteh masih ada kerjaan, katanya jam tujuh baru pulang." Yeri tak membiarkan Minhyung dan Haechan memasuki rumah karena kurang pantas seorang gadis membawa masuk dua laki-laki.

"Yaudah gue mau nganter Minhyung dulu." Haechan memberi kode kepada Minhyung. "Oh iya, ini dari Omanya Haechan." Minhyung menyerahkan rantang yang berisikan sayur asem kepada Yeri.

"Waduh Oma lo baik banget, Chan, ngga kayak cucunya."

Haechan mendengus mendengar ucapan Yeri lalu menatap Minhyung sambil menyalakan motor miliknya.

"Yaudah gue nganter Minhyung dulu, dadah."

Minhyung tersenyum singkat ke arah Yeri, "Duluan, Kak." Lalu naik ke atas motor Haechan.

•°•°•

Koeun tengah berbaring di ranjang miliknya. Di bawah terdapat Hina dan Lami yang sedang asik bermain kartu.

"Koeun."

Karna tak kunjung mendapat jawaban Lami lantas menolehkan kepalanya melihat Koeun.

"Koeun." Panggil Lami sekali lagi dan berhasil, gadis itu berdeham sambil memiringkan kepalanya. Hina yang peka meletakkan kartunya dengan punggung kartu di atas lalu memutar duduknya menghadap Koeun.

"Lo masih ada rasa sama Haechan?"

Koeun kembali memandangi langit-langit kamar. Dia memainkan tangannya di atas perut rampingnya. "Munafik kalo gue bilang ga suka."

Koeun menghela napas lalu duduk di kasur menghadap mereka. "Gue mau nyoba move on ke Minhyung tapi ga bisa. Hati sama otak gue sejalan, itu ke Haechan." Lami meletakkan kartunya lalu duduk di samping Koeun diikuti oleh Hina.

Koeun menunduk lalu menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Isakan lirih perlahan terdengar dari bibir gadis itu. Hina mengusap punggung Koeun untuk menenangkannya.

"Seandainya dulu gue lebih berani, Haechan ga bakalan pacaran sama Yeri." Koeun berkata diselingi isakan kecil. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu Hina lalu memeluknya dan Hina balas memeluk Koeun.

"Gue cupu banget, ya? Gangguin Haechan seolah gue benci dia, padahal gue suka banget sama dia."

•°•°•

tbc

uda ya jangan hujat koeun dkk terus :(

anyway, sampe sini kalian uda dapet alurnya bakal gimana?

jangan lupa tinggalin jejak, ya! have a nice day, wuff u (❁ᴗ͈ˬᴗ͈)◞🌻❤

terlalu tampan ⑅ markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang