Prolog

7.2K 644 9
                                    

//

Prolog

"Ayo masuk mobil, Taehyunie."

Taehyun mengangguk kemudian menyeret koper besarnya ke dalam bagasi. Setelah menutupnya dengan cepat, dia bergegas duduk di kursi penumpang seraya menutup pintu mobil. Kakaknya nampak cantik dan menawan seperti biasa. Meskipun raut wajahnya tenang, Taehyun tahu dia agak kalut. "Tapi tidak apa-apa sebenarnya, aku bisa tinggal di hotel dekat kampusmu saja, Noona. Toh ini hanya delapan hari, kan? Aku sudah SMA dan aku harus bolak-balik ke sekolah tiap harinya sedangkan kau punya urusan di kampus."

"Tenanglah, aku sudah punya rencana."

Huh? Taehyun menaikkan satu alisnya. Seunhee tidak pernah berubah rupanya. Kapan terakhir mereka bertemu? Tiga bulan lalu? Itu pun karena liburan natal dan Seunhee hanya menghabiskan natal dan tahun baru kemudian kembali ke asramanya lagi seperti asrama dan kuliah adalah dua hal terpenting dalam hidupnya. Jika Taehyun mendengar pengakuan Seunhee (dia sangat blak-blakan mengenai urusan yang menurutnya penting) agar Taehyun menyingkir, maka Taehyun agak maklum. Meski sejauh ini belum ada sampai keputusan sejauh itu.

"Aku sudah hubungi teman kampusku, dia berada di asrama sebelah sama-sama anak Fakultas Budaya juga. Namanya Choi Beomgyu, anak band, kadang aku juga menonton penampilannya. Tapi yang terpenting, dia bisa dipercaya," gumam Seunhe kemudian melajukan mobilnya ke jalanan dengan santai.

"Apa?"

"Taehyunie, dia sangat baik kepadaku dan kau tidak perlu khawatir, meski agak urakan dan terlihat dingin, dia itu baik. Aku dan Beomgyu satu SMA pula. Mungkin kalian belum pernah bertemu, tapi aku dan dia punya satu perkumpulan yang sama. Dia cukup asyik diajak bicara." Seunhee tersenyum. Jadi teman prianya, huh? Taehyun pun hanya menyandarkan punggung seraya melihat keluar. Seoul tengah mendung-mendungnya beberapa hari terakhir, sekarang alih-alih berada nyaman di kamar dengan selimut dia harus dititipkan kepada orang asing. "Dia akan menyukaimu, aku jamin."

.

.

Asrama pria dan wanita itu bersebrangan, dipisahkan oleh satu jalanan di depan bangunan kemudian akan ada pos penjaga yang mengawasi. Mungkin umur mereka sudah legal, bahkan sudah berusia di atas 20 tahun bahkan lebih. Tapi peraturan tetap peraturan. Asrama itu khusus mahasiswa dan mahasiswi, dengar-dengar dari penuturan Seunhee pernah ada kasus skandal menghebohkan di mana ada pasangan tertangkap basah tengah berbuat mesum di lorong asrama wanita sampai si wanita hamil dan berhenti kuliah, sehingga dari situ pihak kampus menegaskan untuk tidak ada kontak fisik atau bahkan kunjung mengunjungi di jam yang terlampau larut apalagi sampai menginap. Mereka tetap seteguh itu sampai detik ini.

Seunhee menepikan mobilnya di dekat jalan, hanya sebentar. "Nah, aku akan telepon Beomgyu dahulu. Sebentar." Dia melepaskan sabuk pengamannya seraya mengaduk isi tas di belakang. Jujur saja, Taehyun sudah merasakan aura berbeda sejak mobil itu berhenti dan dia menurunkan sedikit kaca jendela mobil. Ada beberapa mahasiswa yang membawa ponsel, bercakap kemudian menunggu di halte. Ada juga yang tengah bicara dengan orang lain, terlihat seperti petugas asrama. Taehyun tidak bisa berhenti berpikir; apakah nanti dia juga akan bermukim di sini? Seperti kakaknya?Dan apakah Beomgyu itu nampak seperti mereka? Sangat "dewasa" serta terlihat mencolok?

Taehyun mengerutkan bibirnya. Tanpa terasa, Seunhee rupanya sudah berhenti bicara di telepon lantas menarik tangannya. "Nah itu dia!" Taehyun menyipitkan matanya sesaat ada pria yang menyeberang jalan bersama gerombolan yang terlihat seperti mahasiswa lain. Karena Seunhee sudah mengeluarkan tangannya dan melambai dari kaca jendela, maka satu sosok itu memisahkan diri di tepi jalan dan mendekati mobil mereka.

Taehyun tercenung. Dibanding teman-teman kuliah yang pernah Seunhee ajak ke rumah dan bertemu orang tua mereka jelas yang satu ini berbeda. Dandannya sangat misterius, dari ujung kaki sampai ujung rambut semuanya hitam dan memancarkan aura garang. Taehyun harus mengalihkan pandangan dari tindikan di bawah bibir yang coba pria itu sembunyikan dengan mengulum bibir bawahnya. "Seunhee?"

"Beomgyu!"

Pria itu pun merunduk di dekat jendela mobil. Dia tersenyum miring memandang Seunhee dan Taehyun bergantian. Taehyun kaku di tempat, hanya saja dia membungkuk kecil di kursinya. "Beomgyu! Maaf menelepon, kau masih ada kelas setelah in?"

"Oh, akan ada kelas jam empat tapi aku free, jadi?"

"Taehyun, ini Beomgyu dan Beomgyu ini adikku, Taehyun. Seperti yang aku sudah bicarakan, aku minta tolong kepadamu untuk menampung Taehyun selama beberapa hari ini. Aku sudah transfer biaya sewanya dan juga untuk makannya, jadi aku pastikan semuanya aman. Jika butuh sesuatu, hubungi saja aku." Seunhee menoleh kecil ke wajah adiknya, agak pucat. "Nah, Taehyun. Ini temanku, kau tidak perlu khawatir apapun dan jadi anak baik, oke?"

Taehyun mengangguk ragu. Sejurus kemudian, dia menatap Beomgyu yang nampak tenang. Jujur saja, Beomgyu punya sorot mata yang membuat siapapun jadi merasa kerdil dan kikuk. Itu berefek kepada Taehyun.

.

.

Beomgyu memimpin jalan di depan. Letak bangunan asrama itu nampaknya jadi lebih raksasa dari jarak dekat ini. Mereka menapaki undakan tangga sesaat Beomgyu agak menoleh kecil, dan masih memimpin jalan di depannya. "Nah, Taehyun, kau bisa gunakan seluruh ruangan di rumahku kecuali studio dan kamarku. Nanti aku akan jelaskan beberapa tempat dekat sini jika kau bosan. Ah ya aku dengar kau masih SMA, huh?"

"Ya, begitulah." Taehyun mengangkat perlahan kopernya. Beomgyu hanya memperhatikan dan menunggu. Setibanya di undakan tangga terakhir, Taehyun menghela napas dan menariknya lagi. Beomgyu kembali mengarahkan langkah mereka ke dekat lift. "Aku akan ada di sekolah dari jam tujuh sampai jam empat, jadi yah, kau tidak perlu khawatir."

"Baik, jadi di sebelah timur akan ada kantin besar, ada juga supermarket jika kau ingin berbelanja. Jika kau berjalan ke belokan, di sana ada PC bang kalau kau berminat. Sebelahnya lagi toko buku, restoran China, kemudian lapangan, tempat gym. Kalau masih ingin berjalan, akan ada taman kecil."

Taehyun mengangguk. Lift pun berdenting dan membuka, kosong. Mereka berjalan masuk dengan Beomgyu menahan tombol agar lift tetap terbuka. Taehyun menyeret koper itu dengan gemas. Mengapa bawa banyak pakaian sih? Merepotkan. Taehyun pun mencapai dalam lift dan menyeka keringatnya. "Jadi, kau hanya tinggal sendiri?"

"Yah, unitku di lantai delapan dan aku sudah terbiasa sendiri."

"Aku minta maaf jika kehadiranku merepotkan."

"Tidak sama sekali, santai saja," gumamnya kemudian tersenyum. Dari jarak dekat ini, Taehyun dapat memandangi sepasang iris hitam menawan, garis bibir tipis, hidung mancung serta rahangnya yang tajam. Beomgyu punya rambut hitam tebal yang jatuh menutupi dahi sehingga memberikan kesan yah-aku-agak-terlihat-bad-boy-huh kemudian dia punya wajah yang membuat gadis-gadis di SMA pasti naksir berat kepadanya.

Taehyun berdeham. "Kau harus melepaskan jarimu dari tombolnya."

"Oh? Ya, maaf." Pintu lift pun menutup. Tidak ada pembicaraan apapun, sampai Taehyun mulai menggerakan kakinya seraya menunggu. Seunhee sudah izin pergi tadi karena dia ada kelas setengah jam lagi dan dia harus menagih modulnya dari seniornya di dekat kampus. Yah, intinya Taehyun benar-benar dipindahtangankan ke pria di sebelahnya.

Sesampainya di lantai delapan, Beomgyu pun keluar lebih dahulu. Punggung tegapnya menjadi satu-satunya pemandangan, bersama dengan tungkai-tungkai panjangnya. Dia mengenakan skinny jins hitam dengan atasan kaus berjaket kulit senada. Siapapun akan tahu bahwa dia bukan mahasiswa biasa, dan Taehyun dapatkan kesan itu dengan kuat sejak dia masih di mobil dan Beomgyu mendekati mobil mereka. "Apakah ada yang pernah menginap di unitmu sebelum aku?"

"Sejujurnya tidak, mereka terkadang hanya berulah dan aku rasa anak band jarang tidur di apartemen, lebih enak di studio mereka," katanya kemudian mengeluarkan kartu aksesnya. "Hanya kau, Taehyun."

"Oh, begitu."

Beomgyu berbalik kemudian tersenyum. "Buatlah dirimu senyaman mungkin."

[]

ROOM FOR TWO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang