RFT - 22

1.9K 339 25
                                    

ROOM FOR TWO | 22

Taehyun mengirim pesan dan menunggu di dekat gerbang. Dia sudah ingin pergi dari sana atau dia akan merasa pusing. Tempat ini hanya buat Taehyun mual dan kesal. Jadi, dia mengertakkan gigi dan dengan cepat menghentikan taksi daripada menunggu Seunhee yang hendak makan malam dengannya. Taehyun tidak ingin berlama-lama di dekat gerbang sekolahnya. Itu membunuhnya.

"Tunggu."

Taehyun tersentak, matanya lebar kala motor itu berhenti disusul sosok yang melepaskan helm hitam. "Hyung... Beomgyu Hyung?"

"Hei, kau jadi naik, tidak?" tegur supir taksi.

Beomgyu bergegas menaruh helmnya di atas jok motor kemudian menangkap tangan Taehyun. "Ayo, ikut denganku." Tubuh tingginya agak mencolok di tengah banyak siswa lain yang turut bubar dari sekolah. Beomgyu mencondongkan tubuh seraya bicara sopan kepada supir taksi itu. "Maaf, tapi dia akan ikut denganku, Pak. Terima kasih."

"Tapi, Pak, tunggu!"

Taksi sudah berlalu, bersama dengan sang supir setengah menggerutu. Sementara itu, Beomgyu sudah menoleh dengan seulas senyum. "Ayo, kita harus pergi."

Taehyun mendecih samar kemudian menundukkan wajahnya. Ia menarik tangannya dari genggaman tangan Beomgyu. Setelah beberapa langkah, Taehyun berbalik untuk bertatapan dengan sosok jangkung dengan jas kulit hitam. "Soal jaketnya, terima kasih, Hyung."

"Oke. Jadi, mengapa ponselmu tidak dapat dihubungi? Sesibuk itu kah?"

Taehyun agak bergidik, menyadari ada banyak sorot perhatian yang ditujunkkan kepadanya jadi dia agak berdeham, mengangkat wajah untuk memberanikan diri menatap sosok lawan bicaranya. "Jangan di sini. Ayo, pergi."

"Kau yakin? Aku takut kau akan lari dariku."

Taehyun menggeleng. "Apa maksudmu lari? Aku tidak .. aku tidak pernah lari darimu." Dengan gemas, Taehyun mengandeng tangan Beomgyu agar mereka mendekati motor hitam Beomgyu agar lekas pergi dari sana. Taehyun merasa tengkuknya meremang kala Beomgyu menyerahkan helm seraya terus menatapnya.

"Aku .. aku pikir hubungan kita membaik setelah menghabiskan waktu di malam itu, Tae."

"Hm."

Beomgyu menatap miring. "Kau tidak marah kepadaku, kan?"

.

.

Taehyun cepat menepuk-nepuk bahu Beomgyu. "Turun di sini saja. Aku tidak mau ke kamarmu." Taehyun terus merasa teror sampai ke pembuluh darahnya apalagi mengingat sosok itu berada di gedung yang sama dengan Beomgyu. Setelah bersabar agar Beomgyu dapat memarkirkan motornya seraya mereka berhenti, Taehyun melepaskan helm. "Oke, jadi terus terang saja, aku rasa aku butuh waktu untuk hubungan ini."

"Mendadak?"

Taehyun mengangguk. "Aku punya banyak pikiran terkait hubungan kita. Aku akan menghormati kalau kau paham akan keputusanku ini. Aku tidak mau.."

Beomgyu menaruh telunjuknya cepat di depan bibir Taehyung. Celaka, itu keputusan yang salah dan gegabah karena selanjutnya, Beomgyu terus fokus ke bibir merah muda yang merekah, minta untuk digoda olehnya. Beomgyu berdeham, pandangannya naik ke wajah pemuda ini. "Dengar, aku terima alasan apapun tapi jangan langsung seperti ini. Jelaskan kepadaku, mengapa kau seolah menghindar dariku? Apakah aku terlalu menekanmu?"

"Bukan begitu, Hyung. Ini hanya masalah pribadi saja."

"Yak, katakan kepadaku. Kita seharusnya membagi masalah kita, kan?" Beomgyu akhirnya turun dari motor, diikuti oleh Taehyun yang turut berdiri berhadapan dengannya. Di momen sedekat ini, Beomgyu sudah tidak sabar ingin mendekap Taehyun, tidak ingin sosok itu pergi darinya bahkan sulit digapai olehnya. Beomgyu terus tersiksa kalau Taehyun terus memaku jarak di antara mereka bahkan membuat Beomgyu uring-uringan karena tidak dapat kabar apapun mengenai Taehyun.

ROOM FOR TWO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang