RFT - 8

2.3K 433 91
                                    

Room For Two | 08

Kalimat magis Taehyun terus menghinggapi benak Beomgyu. Mendebarkan. Beomgyu meremas dadanya sedangkan hidungnya masih memerah karena menangis tadi. Agak malu sih karena dia lagi-lagi menangis di depan Taehyun yang notabene lebih muda darinya dan sebagai satu orang yang dipercayakan oleh Seunhee untuk menjaga adik kesayangannya, seharusnya Beomgyu nampak tegar dan anti menangis.

"Aku tidak menangis, Taehyun-ah. Mataku hanya perih."

"Oke, aku juga tidak berpikir kau menangis di hadapanku untuk kedua kalinya, Hyung," sahutnya santai.

Beomgyu mengulum senyum, mengusap matanya kemudian memandang Taehyun miring. Jadi kami teman sekarang? "Apa maksudmu dengan membuat 'kekacauan bersama'? Aku penasaran," tanyanya, agak menggoda Taehyun.

Sadar ke mana arah pembicaraan itu, Taehyun cepat memalingkan wajah, enggan menatap lawan bicaranya. "Ak .. aku hanya mengarang saja. Maksudnya, yah, kalau band membuatmu agak 'melanggar' dan 'lari' dari studimu, bukankah itu kekacauan?" Taehyun menyadari suaranya agak gemetar. "Maksudku, bukan apa-apa."

"Oh, jadi kau bisa mengajak orang lain untuk melanggar atau bahkan lari dari studinya?"

"Bu—bukan begitu! Seperti yang kubilang, fokus belajar itu bagus tapi jangan terlalu serius dan kaku. Sesekali, kau butuh penyegaran dan Hyung, kau suka musik 'kan? Itu punya efek pos—"

"Apakah kau menyukaiku?"

Taehyun mematung. Seketika ada sesuatu yang menggelegak di perutnya seiring dengan suaranya yang tersendat. Bagaimana bisa Beomgyu berpikir—"Tentu saja, maksudku, tidak. Ya! Aku menyukaimu seperti halnya seorang adik menghormati kakaknya terlebih aku kan tidak punya kakak laki-laki, Hyung!" Taehyun terkekeh canggung. "Aku menyukaimu."

Beomgyu mengangguk. "Aku paham dengan itu tapi maksudku, benar-benar suka? Seperti kau ingin terus melihatku dan menatapku? Kau senang jika aku senang.."

"Sudah, yuk! Kita harus pergi dari sini karena aku ada banyak urusan." Taehyun mendadak bangkit, mengejutkan Beomgyu yang hendak mengangkat suara lagi. Taehyun meneguk ludahnya berat, berjalan cepat ke dekat parkiran, dan mengabaikan pipinya yang agak panas. Mana boleh bertanya selancar itu di saat .. Taehyun merasa jantungnya akan melompat keluar begini.

.

.

Beomgyu jarang mendapatkan niat untuk menulis lagu secepat ini. Apalagi mengingat ada banyak tahap naik dan jatuh yang dialami dengan musik. Seharusnya, musik berbalik memusuhinya, kan? Karena ia sempat berpikir untuk berpisah dari semua ini? Hanya saja, Beomgyu duduk, membuka buku kemudian membuat coretan. Ia memangku gitarna, menemukan satu persatu kunci nada, kemudian bergumam kecil.

Ayo buat kekacauan bersama.

Beomgyu mau tidak mau kembali mengulum senyuman, merasakan pipinya bergerak dengan sudut bibir tertarik ke atas. Bisa-bisanya Taehyun mengucapkan kalimat selantang itu di saat Beomgyu sudah tidak mau lagi berkutat dengan semua ini. Beomgyu ingin memuji betapa gigih pemuda itu sekarang, apalagi dengan mimik penuh tekad—Hyung! Harus kembali ke band! Yah, dia persis anak kecil yang gemar merajuk agar keinginannya tercapai. Tapi ini kan bukan keinginannya sepenuhnya yang berhubungan langsung untuk dirinya sendiri. Ini impian Beomgyu. Melihat sikap Taehyun yang sangat peduli akan impiannya, Beomgyu jadi tersentuh.

Entah bagaimana bisa ada manusia seperti Taehyun; tulus, lugu, dan sangat baik.

"Hyung, um, maaf menganggu."

ROOM FOR TWO | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang